lanjutan dari Winda: Nikmat Terbalut Guna-guna 1
Malam Jumat itu Winda telah jatuh dalam pelukan dan takluk pada
keperkasaan Johan di atas ranjang. Ya.., semalaman mereka berhubungan
hingga pagi.
Pagi hari Johan bangun terlebih dahulu, meninggalkan Winda masih
terlelap di ranjang yang telah acak-acakan tersebut. Saat Winda bangun
ada sedikit rasa sesal di hatinya, selangkangannya terasa sedikit nyilu.
Masih tertera dalam benaknya bagaimana perlakuan Johan pada setiap
sudut tubuhnya, terutama saat – saat penetrasi yang dramatis. Pagi Jumat
itu Winda mandi sebersih – bersihnya, berusaha agar jejak – jejak di
tubuhnya hilang. Ya…, Winda kuatir jika jejak – jejak itu akan terlihat.
Jejaknya mungkin bisa hilang, tapi nikmatnya tidak akan pernah hilang,
juga sprei tempat tidurnya direndamnya juga..
Winda masuk kantor pagi Jumat itu seperti biasanya. Dari kantor Winda
menelepon ke Padang memberi tahu suaminya bahwa ia tidak bisa pulang,
ada urusan kantor yang harus di bereskan, demikian alasannya. Winda
berbohong, berusaha untuk mendapatkan tengat waktu yang cukup untuk
menghilangkan jejak memerah di tubuhnya dan mencari penyelamatan diri
dari perselingkuhan yang tidak dihendakinya itu
Di kantor seperti biasa, Winda menyelesaikan dengan baik seluruh
pekerjaannya hingga sekitar jam setengah 5 sore Jumat itu. Segera ia
pulang. Sesampai di rumah wanita berkulit putih itu langsung menuju
kamar mandi, mencuci pakaian dan sprei yang telah ia rendam pagi itu.
Dan setelahnya langsung mandi. Winda saat itu mengenakan kaos bertangan
panjang, dan celana panjang santai berwarna hijau muda berikut penutup
kepala seperti biasa, Terlihat segar dan cantik ia sore itu.
Kembali di dalam rumah paviliunnya itu Winda berkutat di dapur
memasak untuk dirinya sendiri. Lalu membereskan kamarnya, merapikan
semua yang dianggapnya tidak pada tempatnya.
Senja itu sekitar pukul 6 sore. Itu Johan datang. Tanpa bicara
sepatahpun langsung ia menuju rumah induk dan terdengar mandi.
Mengenakan kemeja panjang, sesaat kemudian Johan mendatangi wanita muda
yang tengah duduk di ruang tamu pavilion kamarnya itu. Sambil berdiri di
pintu ia bertanya pada Winda
“Winda , indak pulang ka Padang (Winda, pulang ke Padang ‘gak)”?.
“Ma bisa Winda pulang… (mana bisa Winda pulang)..“, sambil berdiri di pintu paviliun Winda sewot menjawab.
“Winda alun siap ka Padang, takuik pado kasalahan malam kapatang (Winda belum siap ke Padang masih takut pada kesalahan yang terjadi malam kemaren)” tambah wanita bertubuh sintal itu…
“Di badan ko panuah jajak pa-buek-an uda.. (di tubuh ini penuh jejak perbuatan abang)”
“Apolai jikok uda Winda mintak jatah, bisa kiamat beko (apalagi jika suami Winda minta, jatah bisa kiamat)” ujar wanita muda tersebut menerangkan.
“Ma bisa Winda pulang… (mana bisa Winda pulang)..“, sambil berdiri di pintu paviliun Winda sewot menjawab.
“Winda alun siap ka Padang, takuik pado kasalahan malam kapatang (Winda belum siap ke Padang masih takut pada kesalahan yang terjadi malam kemaren)” tambah wanita bertubuh sintal itu…
“Di badan ko panuah jajak pa-buek-an uda.. (di tubuh ini penuh jejak perbuatan abang)”
“Apolai jikok uda Winda mintak jatah, bisa kiamat beko (apalagi jika suami Winda minta, jatah bisa kiamat)” ujar wanita muda tersebut menerangkan.
Johan hanya tersenyum dan duduk di sebelah kanan Winda. Lalu ia berkata.
“Uda ka pai ka Medan malam ‘ko (Abang mau pergi ke Medan malam itu)”.
“ Untuk 3 hari se nyo (untuk 3 hari)” tambahnya. Kemudian dia meraih jemari wanita muda tersebut.
“ Uda sayang bana ka Winda (abang sangat menyayangi Winda)” Winda diam saja, merasa percuma untuk menolak karena sudah tidak ada lagi yang perlu ia pertahankan, sebab hubungan yang tercipta diantara mereka sudah tak ada batas lagi sejak malam Jumat yang bergelora kemaren.
“ Untuk 3 hari se nyo (untuk 3 hari)” tambahnya. Kemudian dia meraih jemari wanita muda tersebut.
“ Uda sayang bana ka Winda (abang sangat menyayangi Winda)” Winda diam saja, merasa percuma untuk menolak karena sudah tidak ada lagi yang perlu ia pertahankan, sebab hubungan yang tercipta diantara mereka sudah tak ada batas lagi sejak malam Jumat yang bergelora kemaren.
Johan berjalan menghampiri Winda yang duduk dengan tangan masih
berada di pangkuannya, memandang mata memandang kedepan, menerawangnya.
Mengajaknya agar duduk di sebelah kirinya. Lebih dekat pada sofa di
ruangan itu. Kedua tangan Johan berada berada pada bahu kiri Winda,
perlahan lelaki itu mendekatkan wajahnya, dan mulai mengecup. Bibir
berkumisnya berlabuh pada kening wanita bertubuh sintal itu… Winda diam
membiarkan saja, bibir berkumis tersebut meluncur turun di sepanjang
pipi halusnya sambil tak henti mengecup pipi sebelah kiri tersebut, dari
dahinya menuju dagu yang lancip, naik keatas menemukan kedua bibir
lembut wanita muda dan langsung melumat
Beberapa saat Winda membiarkan dan menerima saja perlakuan Johan pada
bibirnya itu. Lelaki gagah itu kini menjulurkan lidahnya, menyelusuri
permukaan lembut bibir Winda mili demi mili, mendesak kedua bibir
tersebut agar memberikan jalan, meyelusuri setiap permukaan gusi dengan
lembut dan perlahan. Kedua bibir wanita muda tersebut membuka dengan
perlahan, iapun terus mengulum rongga mulutnya beberapa saat hingga
Winda tergerak membalasnya…, mulai menghisap.. dan kedua tangannya
dengan nakal menjamah dada Winda yang saat itu masih berpakaian lengkap.
Winda menengadahkan kepalanya menyambut dengan sukacita. Tubuhnya mulai
bersandar ke bahu lelaki tersebut. Winda mengikuti saja… tindakannya
tubuhnya mengeliat-geliat dalam geli yang memabukkan.
Lalu diapun melepaskan pagutan pada bibirnya. Johan berdiri melangkah
ke arah pintu, menutupnya dan kembali kearah wanita muda tersebut.
Ditariknya tangan kanan Winda untuk masuk kamarnya. Dalam cahaya lampu
yang terang Winda tak sedikitpun berusaha menolak. Merebahkan Winda di
ranjang biru muda dalam kamarnya, terlentang…, lalu melepaskan busana
Winda termasuk pakaian dalamnya yang berwarna putih, juga pakaian yang
dikenakannya termasuk pakaian dalam biru tuanya yang membungkus
pertemuan pahanya. dengan cepat tergesa – gesa sekali.., melemparkan
semuanya di lantai. Winda hanya memandang dengan nafas yang mulai tak
teratur. Ada ketakutan dan keinginan kuat yang bercampur Winda tau Johan
ingin melakukannya lagi seperti juga keinginannya juga. Masih terpatri
kuat dalam benaknya kejadian malam sebelumnya yang sangat melenakannya….
Winda terlentang pasrah, tubuh Johan mulai menindih, dan kedua kaki
wanita muda itu di bukanya. Winda yang tengah memeluk bahu lelaki itu,
tak sadari saat ia telah memasukkan kejantanannya pada kewanitaan Winda.
Hanya rasa nyilu terbit dari pertemuan pahanya, tubuhnya terlonjak
kekiri dan kekanan. Lelaki itu bergerak perlahan, menghunjamkan
pinggulnya pada pertemuan kedua paha Winda yang kedua kakinya terbuka
lebar.., dengan tempo yang teratur. Pinggul wanita muda itu menyentak
keatas, menyambutnya, menjemput hunjaman batang kokoh tersebut… hingga
akhirnya Johan menghunjam dengan kuat, mendesakkan kejantanannya se
dalam-dalamnya, menggeram…, dan mencapai klimaks. Melepaskan semuanya
didalam tubuh wanita muda itu. Lalu tubuhnya jatuh masih diatas tubuh
wanita berkulit putih tersebut… Padahal Winda belum apa – apa. Setelah
ia sampai klimaks iapun berdiri mengenakan pakaiannya kembali, menjauh
darinya masih dalam kamar tersebut.
“ Uda ka pai ka Medan, jadi tadi itu adolah raso nan ‘ndak uda sampaikan ka Winda (Abang akan ke Medan jadi tadi itu adalah rasa yang ingin abang sampaikan pada Winda)”, ucap Johan.
“ Uda minta maaf, uda tau Winda alun apo – apo, lain wakatu uda ‘ndak mamuehkan diek Winda (abang minta maaf, abang tau Winda belum apa- apa, lain kali abang akan memuaskan dik Win)”, tambah lelaki berkulit gelap tersebut. Winda merasa aneh, Johan malah minta maaf karena persetubuhan itu hanya memuaskan satu pihak saja. Johan minta izin berangkat malam itu kira – kira jam 9 malam. Malam itu Winda tinggal sendiri di kamarnya, ada rasa kecewa karena Winda merasa hanya jadi sarana pelampiasan nafsu Johan saja.
“ Uda minta maaf, uda tau Winda alun apo – apo, lain wakatu uda ‘ndak mamuehkan diek Winda (abang minta maaf, abang tau Winda belum apa- apa, lain kali abang akan memuaskan dik Win)”, tambah lelaki berkulit gelap tersebut. Winda merasa aneh, Johan malah minta maaf karena persetubuhan itu hanya memuaskan satu pihak saja. Johan minta izin berangkat malam itu kira – kira jam 9 malam. Malam itu Winda tinggal sendiri di kamarnya, ada rasa kecewa karena Winda merasa hanya jadi sarana pelampiasan nafsu Johan saja.
Dan Sabtu itu Winda tetap di rumah saja, karena Johan ke Medan selama
3 hari. Merapikan rumah, dan membereskan pakaian untuk bekerjanya Senin
nanti. Jam 10 pagi suaminya telpon. bahwa dia dan anaknya akan ke
Bukittinggi hari Sabtu itu sekalian singgah di tempatnya. Suaminya
datang sekitar jam 3 sore dengan mobil mereka di tempatnya bersama
anaknya berikut mertua Winda. Seharian itu Winda asyik dengan anak dan
suaminya… jalan – jalan di daerah itu. Tak sedikitpun ada kesempatan
atau waktu bagi wanita muda tersebut dan suaminya untuk dapat sedikit
bermesraan dan berhubungan layaknya suami istri. Minggu sore sekitar jam
jam 5 sore suaminya pulang ke Padang. Windapun kembali larut dengan
rutinitasnya..
Saat itu Winda baru pulang dari kantor sekitar jam 5 sore. Masih
sendirian dia karena kakaknya Johan masih belum pulang Winda pun mandi
membersihkan badannya, karena capai seharian kerja. Selasa malam itu
Johan pulang. Dia pun langsung ke rumah dan mandi. Saat itu Winda
mengenakan kimono tidur berikut penutup kepala seperti biasa dan celana
panjang bermotif bunga. Mengenakan pakai celana pendek dan hanya kaos
kutang Johan lalu menemui Winda di kamarnya dan minta Winda menemaninya
makan, di dalam rumah kakaknya sebab saat itu ia membawa oleh – oleh
makanan yang ia beli di jalan. Winda yang merasakan lapar akhirnya mau
menemaninya makan senja itu.
“ Win, uda bali nasi jo gulai kambiang di tampek langganan, lamak mah, kawani uda makan yo
(Win, abang, beli nasi dengan gulai kambing di tempat langganan, ini
enak Win, kawani abang makan ya)?”,kata Johan. Winda menurut saja dan
menyajikan makanan itu untuk mereka makan malam itu. Setelah makan Winda
merasakan makanan amat kentara ‘panas’nya ‘maklum gulai kambing’
pikirnya tubuhnya memanas peluhnya keluar .hingga keningnya basah, Johan
juga begitu.
Setelah makan saat itu mereka duduk berhadapan, masih di dalam rumah
itu. Winda menceritakan tentang kedatangan suaminya hari Sabtu itu
kepada Johan. Johan hanya tersenyum simpul dan tidak sedikitpun merasa
iri atau cemburu mendengar penuturan wanita muda berkulit putih itu.
Kemudian ia berdiri dan meraih tangan kanan Winda dan menariknya kearah
kamarnya. Winda agak keberatan, berusaha melepaskan tangannya karena tak
terbiasa…
“ Ado apo kok Winda di bao ka siko da (ada apa kok Winda di bawa kesini)?, tanya Winda jengah.
“ Ado sasuatu untuak Winda (ada sesuatu buat Winda)” jawabnya…
“ Ado sasuatu untuak Winda (ada sesuatu buat Winda)” jawabnya…
Winda dengan sedikit menahan diri melangkah ke kamar yang terletak di
sebelah kiri terpisah dari rumah induk berlantai kayu itu dengan
bergandengan tangan. Winda dimintanya duduk di tepian kasur spring bed
dalam kamar itu, kakinya menjuntai. Winda duduk saja mengikuti
permintaannya karena Johan memohon dengan amat sangat, tak terbersit
sedikitpun akan hal- hal yang dapat terjadi pada benak wanita cantik
tersebut, menurut saja. Springbednya 1 lapis saja sudah lusuh dan jarang
dicuci sepertinya. Juga bau rokok dan minuman terbersit pada hidung
wanita bertubuh sintal itu. Winda memaklumi kamarnya yang agak jorok dan
di sana sini banyak puntung rokok dan botol – botol minuman..
Kemudian Johan memgeluarkan sesuatu dari dalam laci meja di kamarnya
berbentuk kotak berwarna hitam. Rupanya ia baru saja membeli sebuah
kalung berwarna seperti emas putih. Winda merasa tersanjung atas
sikapnya itu dan merasa terpuji..
“Iko hadiah (ini hadiah)” katanya.
“ Uda mintak Winda mamakainyo kini juo (Abang minta Winda mau memakainya sekarang juga)” pintanya. Winda berusaha menolak
“Indak usahlah da…malu…” katanya dengan tersipu-sipu. dan merasa tidak ingin memakainya namun Johan yang saat itu berdiri di depannya terus memaksa. Akhirnya dengan terpaksa, Winda membiarkan lelaki itu bergerak kebelakang untuk melepaskan kalung itu yang tengah dipakainya. Winda menurut membiarkan, malah membantunya. Johan melepas penutup kepala Winda yang kemudian di letakkannya dia atas ranjang, serta melepas kalung yang selama itu membelit di lehernya. kemudian memberikan kalung yang selama ini Winda kenakan ketangan Winda, dan memasangkannya kalung berwarna putih itu pada leher mulusnya dari arah belakang, dan mulai saat itu Winda memakai kalung pemberian Johan.
“ Uda mintak Winda mamakainyo kini juo (Abang minta Winda mau memakainya sekarang juga)” pintanya. Winda berusaha menolak
“Indak usahlah da…malu…” katanya dengan tersipu-sipu. dan merasa tidak ingin memakainya namun Johan yang saat itu berdiri di depannya terus memaksa. Akhirnya dengan terpaksa, Winda membiarkan lelaki itu bergerak kebelakang untuk melepaskan kalung itu yang tengah dipakainya. Winda menurut membiarkan, malah membantunya. Johan melepas penutup kepala Winda yang kemudian di letakkannya dia atas ranjang, serta melepas kalung yang selama itu membelit di lehernya. kemudian memberikan kalung yang selama ini Winda kenakan ketangan Winda, dan memasangkannya kalung berwarna putih itu pada leher mulusnya dari arah belakang, dan mulai saat itu Winda memakai kalung pemberian Johan.
Setelah kalung putih tersebut terpakai, Johan mulai menciumi dan
mengelus tengkuk sebelah kanannya. Tangan satunya merangkul pinggang
Winda dari belakang. Winda merinding, kepalanya menunduk karena geli,
Winda berusaha menolakkan kepala Johan dengan tangan kanannya namun
Johan terus saja menciumi tengkuknya, Winda kegelian… dan Johan tak juga
berhenti, sedangkan tangan kirinya sudah tidak berada di bahunya lagi,
bergerak melalui ketiak ke depan, pada bukit padat yang membusung di
dada Winda.
“Uhhh…..”Winda mengeluh merasakan gairahnya kembali terbit, lalu
jemari kedua tangannya, memilin bukit padat yang membusung di dada Winda
yang saat itu masih terbalut kimono dan pakaian dalamnya. Winda lalu
berusaha melepas tangan Johan yang berada di dadanya, namun tidak bisa
karena tenaganya lelaki tersebut kuat tak tergoyahkan…! Hingga kancing
kimono itu akhirnya dilepaskan Johan. Winda diam saja hingga pakaian
tersebut jatuh ke lantai. Membaringkan tubuh sintal yang terbuka pada
bagian depannya hingga pinggang itu di atas ranjang. Hanya dua buah cup
berwarna hijau muda polos, berukuran 34b yang masih menutupi bukit padat
yang membusung indah di dada pemiliknya.
Perlahan Johan menciumi belahan dada yamg memutih mulus itu, mata Winda memicing menikmati rasa geli yang timbul.
“Ahh……..”rintih wanita muda tersebut tak henti-hentinya. Hingga
akhirnya penutup dada Winda lepas dan membebaskan bukit padat di dada
wanita muda itu bersentuhan dengan udara bebas. Johan membalikkan tubuh
Winda menyamping, hingga mereka berhadapan. Tangannya meraih kebelakang,
pengait penutup dada Winda dilepaskan berikut kimononya. Tak sedikitpun
wanita muda tersebut berusaha melarang atau menolak, karena dirinyapun
telah tak punya lagi yang harus dipertahankan. Saat itu pakaian atasnya
sudah lepas, tubuh mulus memutih tersebut telanjang hingga pinggang.
Pikirannya kosong… Hanya tinggal celana panjang yang masih pada
tempatnya. Kembali Johan membalikkan tubuh mulus itu menelentang, mulai
berusaha menarik celana tersebut. Winda membiarkan saja menatap sendu
pada wajah lelaki gagah tersebut. malah membantu mempermudah dengan
mengangkat pinggul hingga pakaian dalam yang berukuran medium dan
berwarna putih polos yang merupakan lembaran kain terakhirnyapun hingga
meluncur turun pada kedua tungkai mulusnya dan lepas dilantai. Winda
telanjang dan terkulai pasrah didera nafsunya yang mulai bergelora.
Johanpun berdiri, melepas semua kain yang melekat di tubuhnya, dalam
tatapan pasrah Winda yang terlentang… telanjang. Lalu rebah di samping
kiri nya. Winda pun mulai menginginkannya, mungkin karena pengaruh
makanan tadi membuat tubuhnya seakan amat panas bergairah. Johan
bergerak ia terus membelai dari dada hingga pusat kewanitaannya. Jari
tangan kanannya masuk ke dalam lepitan kewanitaan yang basah…,!!!
dibantu oleh kedua kaki Winda yang membuka memberikan jalan… Winda hanya
bisa menatap mata Johan.., menggeliat bak cacing kepanasan dan
merintih…
“Ohh………”. Lalu Johan berdiri dalam tatapan Winda pada punggungnya dia
dan mengambil sebuah botol berwarna hitam yang terletak di atas
lemarinya. dan kembali duduk di samping kiri wanita muda yang telah
telanjang tersebut. Menuangkan isinya yang berwarna merah, keatas
perutnya hingga dada dan lehernya amat wangi. Lalu ia menjilat cairan
itu yang sudah tumpah di atas kulit perut dan noktah pusarnya hingga
leher, ada rasa geli dingin dan gairah yang Winda rasakan dalam sinar
lampu kamar yang saat itu terang benderang. Ia menjilatnya hingga
tandas, lalu kepala Johan turun, meluncur kearah kewanitaannya, tubuhnya
kembali berada di lantai, dengan kedua tangan tak henti-hentinya
menggeluti bukit padat pada dada wanita bertubuh sintal tersebut..
Spontan kedua kaki Winda membuka, dirinya terangsang hebat…..
Saat dirinya yang diam menikmati, Johanpun membuka kewanitaan Winda
dengan jemari tangan kanannya, lalu menjilatnya dengan lidahnya yang
terasa kasar. Wanita bertubuh mulus itu hanya bisa menggeliat dan
merintih-rintih. Winda memiringkan tubuh karena nikmat dan geli yang
dirasakan bersamaan. menarik kepala lelaki itu. Dengan intens lidah
Johan…. terus bermain di liang kewanitaan wanita bertubuh sintal
tersebut, memggelitiki bagian lembut yang memerah muda dan telah badah
itu. Tampaknya ia amat ingin menyempurnakan dan menuntaskan gairah yang
makin membulak-bulak yang melanda tubuh sintal itu.., beberapa saat
kemudian Winda… orgasme…!!! Tubuhnya mengejang.., pinggulnya menelikung
keatas sambil merintih dengan keras. Saat itu Winda hanya bisa
memicingkan mata… kejang,.. dan merintih.. , semua cairan kewanitaan
miliknya dihisap Johan…!!!
Johan bangkit .lalu ia memandang wanita sintal yang terbaring
bersimbah keringat. Tangannya yang berbulu kekar membuka kedua kaki
Winda yang mulai merapat kembali, lalu meraih tangan kanan Winda dengan
tangan kanannya, tiba-tiba saja Winda merasakan.. menyentuh dan
memegang.. sebuah tonggak yang kuat. Dirinya kaget, rupanya Johan
menarik tangan wanita muda itu agar memegang batang kejantanannya yang
kokoh. Winda takjub karena ukurannya yang luarbiasa.. Karena agak takut
dilepaskannya kembali. Namun Johan dengan cepat menarik tangan wanita
berkulit putih itu agar kembali memegangnya. Winda menggenggamnya sambil
memandang ke wajah lelaki yang terbaring di sampingnya dengan rasa
kuatir takut akan menyakitinya.., beberapa saat kemudian Winda
melepaskannya kembali…
Lalu Johan merangkak di atas tubuhnya yang telah lemas dan telentang.
Kedua kaki wanita muda di di bukanya dan ia berjongkok memposisikan
kejantanannya dengan tangan kanannya tepat pada lepitan basahnya.
Menggesek-gesekkannya seperti kebiasaannya, Windapun turut bergerak,
menggeser pinggulnya agar ujung membola batang kokoh itu tepat pada
lepitan kewanitaannya. Winda memicingkan mata yang ada hanya perasaan
geli dan ingin cepat – cepat di masuki saja… Lalu batang kaku itu masuk
pelan pelan dengan lancar, awalnya geli, basah dan sebentuk benda hidup
masuk.., sudah tidak sakit lagi…!!!
“Uhh….”rintih Winda. Tubuh Winda terlonjak saat langsung mentok..!
Kedua kakinya tetap terbuka. Kembali seluruh tubuh wanita itu di
eksplorasi Johan dengan tangannya hingga Winda merasa sangat amat
bergairah. Sedang kedua tangan wanita muda bertubuh sintal itu di
bukanya dan jari merekapun saling mengenggam .di samping bahu telanjang
wanita muda itu. Lidahnya menggigit dan menjilati bukit padat berikut
puncaknya di dada wanita berkulit putih tersebut perlahan. Bergantian
sebelah kiri dan kanan . Lalu… lelaki itu bergerak menarik pinggulnya
perlahan, sehingga lepitan kewanitan Winda seperti tertarik keluar dan
sebaliknya saat batang kokoh tersebut menusuk ke dalam. Kepala wanita
muda terlempar ke kiri dan ke kanan saking nikmatnya rasa yang
menderanya. Pinggul padatnya bergerak menyambut dengan memutar di bawah
karena terangsang hebat aliran strum birahi dan sesekali menyentak
keatas ke bawah pada setiap hujamannya.
“Ahh……..”klimaks kembali menghampiri wanita muda tersebut. Ada rasa
seperti tersengat listrik…, tubuhnya melengkung keatas dan kedua kakinya
menjepit pinggangnya di belakang. Seluruh tubuhnya mengeletar dengan
pinggul yang bergerak liar. Winda ingin ia berlama lama dan tak cepat
klimaks. Kewanitaannya ber denyut-denyut seolah menjepit merapat dengan
kuat. Membuat Johan amat bernafsu sekali dan bergerak makin cepat. Saat
itu yang membuat Winda merasa takjup saat Johan memompa itu amatlah
kuat, iramanya perlahan dengan batang kejantanannya yang kokoh tak henti
menghunjam dan hingga beberapa kali dan kira – kira 15 menit kemudian
itu Johan semakin cepat dan menumpahkan spermanya sambil menggeram Ada
rasa hangat tumpah dalam kewanitaannya.., di rahimnya.
Johanpun mendiamkan kejantanannya di dalam beberapa saat Lalu
menggelosoh kesamping.. Kepuasan terpancar pada wajah wanita muda
tersebut. Semburat memerah terbit pada wajahnya. Berpelukan mereka
terbaring dia tas ranjang yang telah basah dan acak-acakan tersebut.
Winda terpejam dan merasa hangat pada kewanitaannya. Winda puas…
Kemudian Johan berdiri dan melangkah masuk kekamar mandi. Winda hanya
memandang, terlentang dan telanjang dengan kaki masih terbuka, yang ada
dalam pikiran saat itu hanya rasa lepas, puas dan tubuh capai,
kehabisan tenaga dan daya.
Rupanya ia baru saja mandi, saat Winda melihatnya keluar dari kamar
mandi dengan berlilitkan handuk pada pinggangnya. Johanpun lantas
meminta Winda untuk membersihkan diri di kamar mandi itu. Windapun
menurut dan beranjak ke kamar mandi, telanjang…
Dalam kamar mandi itu Winda mengguyur tubuhnya dengan air dingin,
segar sekali rasanya. Sewaktu menyabuni tak sedikitpun terbayangkan
perlakuan Johan sebelumnya pada bagian – bagian tubuh mulusnya, yang
penting tubuhnya bersih dan tidak ada keringat ataupun sisa bau tubuh
Johan.
Lalu Winda melongok ke luar kamar mandi Winda meminta handuk untuk
menutupi tubuh telanjangnya yang telah segar. Johan mendekat memberikan
handuk yang ia pakai, untuk menutupi dan mengeringkan tubuh wanita muda
yang basah setelah mandi. Winda melangkah keluar dari kamar mandi dengan
menakai handuk yang berwarna biru muda, agak kotor dan bau, mungkin
jarang di cuci, namun Winda tidak mempunyai pilihan.
Di kamar Winda pun kembali mencari cari untuk mengenakan pakaian
dalamnya namun tidak ada dan Winda bertanya. Akhirnya carik segitiga itu
dapat di temukan Johan tergeletak di sudut ranjang-nya. Winda tidak
sadar bahwa benda kecil itu tadinya terlempar oleh perbuatan mereka
berdua. Johan berdiri mendekati di depan Winda. Winda berusaha merebut
kain segitiga penutup pertemuan pahanya dari tangan Johan. Sambil
bercanda Johan melemparkan benda itu ke atas ranjang. Winda bergerak
cepat meraihnya, hampir dapat namun tak di duganya handuk yang melilit
tubuh sintalnya terlepas dari tubuhnya.
“Aw… ah.. ah.. uda (aw… ah.. ah.. abang)”, Winda menjerit
manja. Winda kembali telanjang, berusaha menutup pertemuan pahanya
dengan tangannya. Johan yang telah mengenakan celana dalam itu kembali
memeluknya. Winda langsung terjerembab jatuh ke atas ranjang itu diikuti
tubuh lelaki dan langsung ditindih oleh tubuh besarnya yang masih
lembab sehabis mandi.
Johan berusaha menciumi bibir wanita menggairahkan tersebut. Winda
yang gelagapan tak menduganya menerima perlakuannya itu sehingga mereka
saling kulum. Saat itu Winda pun tidak mau kalah, membalas setiap
hisapan lidah Johan Sementara kedua tangan berada di samping kepala
Winda, sedangkan naluriah tangan Winda mendekap bahunya. Di bawah, Winda
hanya bisa membalas perlakuan bibir dan lidah Johan, meskipun kedua
kakinya telah membuka, menempatkan tubuh Johan diantaranya.
Tangan kirinya lalu meraih bukit padat membulat di dada Winda dan
meremasnya, bibir berkumis lelaki itupun ikut andil dengan memberi
gigitan kecil pada bukit padat yang membusung pada bagian kanan sehingga
Winda mulai bernafsu lagi dan mengikuti tindakan Lelaki itu serta dan
membalasnya.. Tangan kiri Johan lalu menyelusuri perut turun kearah
bawah pusar menemukan gundukan hangat kewanitaan Winda, dan jarinya
masuk kedalam..!! Winda semakin tidak karuan, Winda sudah mulai basah,
gejolak tubuhnya sudah menegang, mendesah…
Sementara tangannya masih meremas kedua bukit membusung di dada Winda
yang puncaknya semakin menjulang, tubuh Johan turun, membuat rasa
basahnya semakin menjadi – jadi saat kepala Johan ikut turun, menjilat
seluruh isi kewanitaannya. Winda tentu saja menjepit kepalanya karena
rasa geli.., gairah.., dan rasa yang seakan meledak di dalam tubuhnya
sementara kedua tangannya berada pada kepala lelaki tersebut, menarik
dan menjambak rambutnya..!! Winda mendengus,
“Mnnnh ah mm ugh… mm”, Winda mulai merasakan ada aliran basah mengalir dari dalam kewanitaannya.
Kemudian Johan bangkit dan berdiri, memposisikan tubuhnya sejajar
diatas tubuh indah wanita muda tersebut. Tubuhmya telah telanjang juga .
Rupanya saat melakukan rangsangan pada Winda, Johan juga melucuti
pakaian dalamnya sendiri. Dengan kedua tangannya diraihnya kedua kaki
wanita muda itu dan membukanya, sementara Winda hanya bisa memegang
dengan erat kain sprei… Johan mengarahkan batang kokoh kejantanannya,
bersiap memasuki tubuh wanita muda yang telah terkangkang pasrah itu.
Winda tak berani memandang ke bawah dan hanya menatap ke samping karena
agak malu, kuatir dan jengah… Perlahan Winda merasakan sebentuk batang
yang kokoh tengah memasuki tubuhnya di bawah. Wanita muda itu menggigit
bibir bawahnya karena dirasakannya masih terasa seret dan nyilu. Tak
dapat lagi ia hentikan karena telah mulai masuk.., rasanya panas dan
kaku..! Lelaki itu bergerak memajukan pinggulnya, mendorong batang
tegangnya hingga masuk semuanya..
“Ou… uhh..” erang Winda saat batang tegang yang kaku itu amblas
terbenam…, tubuhnya menggial… matanya memicing… dengan tangan
mencengkeram sprei. Winda tau keseluruhan batang tegang Johan telah
terbenam amblas dalam kewanitannya saat terasa selangkangan lelaki itu
saat berbenturan dengan pertemuan kedua paha Winda. Johan diam beberapa
saat. Perlahan ditariknya kembali. Terasa lepitan kewanitannya tertarik
kembali. Saat Winda mulai merasakan nyaman pada kewanitaannya dengan
batang tegang itu didalamnya. Winda mendesah keras,
“Ouhh……” Baru beberapa senti kira-kira seperempat bagian yang keluar
Johan mendorong pinggulnya lagi, sangat perlahan..! hingga mentok,
rasanya hangat, masih ada sedikit rasa tebal dan nyilu…!!
Johan menarik kembali lagi beberapa saat hingga berulang- ulang, Gerakan Johan semakin cepat,
“Uu…auuu… ugh.. ugh…” Winda mendesah dengan cepat. Meski tanpa ada
gerakan berarti dari tubuh wanita muda bertubuh indah itu karena sudah
merasa capai dan otot pinggulnya serasa kaku, ia sangat menikmati
persetubuhan ini. Winda menjadi agak malu karena saat Johan bergerak
memacu pinggulnya itu terdengar ada kecipak bunyi – bunyian pada
pertemuan kedua selangkangan mereka yang telah basah oleh keringat.
Hingga sekarang Winda masih merasa malu pada dirinya sendiri apabila
mengingat itu.
Beberapa saat kemudian Winda mengerang keras dengan serak, matanya
terpejam dan meledak…, tubuhnya menegang kejang.., melentingkan
punggungnya keatas bak ulat tertusuk duri, menjepit ketat pinggul Johan
dengan kedua kakinya yang saling berkait di belakang Bagian dalam
kewanitannya kembali berkedut-kedut. Jiwanya serasa ringan, terbang
melayang… lalu terkulai.. capai..
“Oh… ahhhhhh… addduhh… ‘duhh”
Johan masih terus bergerak, menghujamkan batang tegangnya pada
kelembutan basah kewanitaan Winda tak berhenti… malah semakin cepat..!!!
Winda sudah sangat lemah saat itu, hanya terlentang, terkangkang
pasrah. Kedua tangannya tergolek tidak berdaya memegang apapun. Hanya
suara kecipak pertemuan kelamin mereka saja dan nafas Johan yang memburu
riuh terdengar dalam ruangan itu. Tidak lama kemudian Johan dengan
cepat menyusul. Seraya menggeram ia menyentakan pinggulnya ke bawah
dengan kuat membuat pinggul wanita muda itu terbenam dalam kelembutan
ranjang, menyemburkan cairan kental yang hangat miliknya di dalam
kewanitaan Winda. Dan iapun rebah lagi diatas tubuh wanita bertubuh
sintal itu beberapa saat, lalu menggelosoh ke samping Winda..
Jam 2 malam itu juga Winda meminta di antar kembali ke kamarnya namun Johan memaksanya tidur di situ.
“Da… Winda.. ka kamar malam iko yo (bang Winda..kekamar malam ini ya..),
“Beko Uni uda pulang baa pulo? Bisa gawat da (nanti kakak abang pulang gimana? bisa gawat bang..)”.kata Winda tetap ngotot. Winda takut jika tiba-tiba kakaknya pulang sedangkan Winda berada di dalam kamar adiknya.
“ Kan Winda masiah latiah, disiko sajo lah. Uni pulangnyo indak mungkin malam ‘ko (kan Winda masih letih, disini sajalah, kakakku pulangnya ‘gak mungkin malam ini koq)”, sahut Johan.
“Winda indak namuah lalok disiko, kalau di caliak urang lain tantang awak apo pulo katonyo beko (Winda tidak mau tidur disini, nanti jika dilihat orang lain tentang kita bagaimana)?”, kata Winda menerangkan.
“Beko Uni uda pulang baa pulo? Bisa gawat da (nanti kakak abang pulang gimana? bisa gawat bang..)”.kata Winda tetap ngotot. Winda takut jika tiba-tiba kakaknya pulang sedangkan Winda berada di dalam kamar adiknya.
“ Kan Winda masiah latiah, disiko sajo lah. Uni pulangnyo indak mungkin malam ‘ko (kan Winda masih letih, disini sajalah, kakakku pulangnya ‘gak mungkin malam ini koq)”, sahut Johan.
“Winda indak namuah lalok disiko, kalau di caliak urang lain tantang awak apo pulo katonyo beko (Winda tidak mau tidur disini, nanti jika dilihat orang lain tentang kita bagaimana)?”, kata Winda menerangkan.
Dengan berat hati dan malas-malasan Winda melangkah diantar Johan ke
kamarnya, meski tidak terlalu jauh. Dan untungnya jalan menuju kamarnya
lampunya tidak ada sehingga tidak akan ada orang yang tau. Saat sampai
di pintu paviliunnyanya. Winda masuk tetapi dengan nakal tangan Johan
masih sempat meraih dada membusung Winda yang langsung menepisnya.
Saking lelahnya Winda tidak teliti sehingga penutup segitiga pakaian
dalamnya masih tertinggal di kamar Johan. Winda berbisik pada Johan,
“Da, sarawa Winda lupo…, (bang pakaian dalam Winda lupa di pakai)”dengan tersenyum Johan berkata,
“Bisuak lah uda anta-an, maleh bulak baliak (besok abang antarkan, malas bolak balik). Begitu tau Winda tidak mengenakan pakaian dalamnya, tangan Johan lansung meraih ke bawah, berusaha meraba kewanitaannya yang tertutup pakaian tidur.
“ Malu ‘da, iko kan dilua (malu ini kan diluar bang..)”, kata Winda
“Bisuak lah uda anta-an, maleh bulak baliak (besok abang antarkan, malas bolak balik). Begitu tau Winda tidak mengenakan pakaian dalamnya, tangan Johan lansung meraih ke bawah, berusaha meraba kewanitaannya yang tertutup pakaian tidur.
“ Malu ‘da, iko kan dilua (malu ini kan diluar bang..)”, kata Winda
Winda kemudian mencuci muka dan berbaring. Langsung ia tertidur
karena kelelahan yang amat sangat akibat persetubuhan tadi. Dan esok nya
kembali bekerja seperti biasa. Winda juga sudah lupa pakaian dalamnya
yang tertinggal di kamar Johan. Setelah dia mengatakan akan menyimpannya
di tempat yang aman. Winda tidak kuatir lagi…
SOLUSI CANTIK & PERKASA DI RANJANG
BalasHapusKLIK DI BAWAH INI
✔ Obat Pembesar Penis Vimax Asli
✔ Pelangsing Badan
✔ Obat Kuat Sex
✔ Alat Pembesar Panyudara
✔ Pemerah Bibir
✔ Perontok Bulu Kaki
✔ Cream Pemutih Wajah
✔ Obat Peninggi Badan
✔ Obat Perapat Vagina
✔ Minyak Pembesar Penis
✔ Aneka Kondom
✔ Perangsang Cair
✔ Alat Bantu Sex Pria
✔ Penghilang Bekas Luka
✔ Pemutih Kulit Ketiak
✔ Obat Bius Liquid Sex
✔ Alat Bantu Sex P/W