Namaku Erlan umur 42 tahun, istriku bernama Afreny umur 31 tahun tinggi
160 cm berat 58 kg.Aku telah mempunyai anak satu orang putra umur 13
tahun dan putri 8 tahun.
Kehidupan rumah tanggaku baik-baik saja
tanpa ada hal-hal yang membuat kami berselisih faham. Cuma ada sedikit
keanehan dalam diri istriku. Ada perubahan sikap dalam beberapa hari
belakangan ini. Baik dalam berbicara maupun dalam perilaku sehari-hari.
Kalau biasanya paling bawel dan rada emosi kalau ada masalah yang
membuatnya tidak senang. Tetapi sekarang sedikit agak diam , lembut dan
bawaan tenang. Aku sebenarnya ingin mengetahui apa sebab yang terjadi,
tetapi aku kurang ingin tahu lebih banyak masalah keadaanya. Hal itu aku
biarkan dan seolah tidak terjadi apa-apa. Suatu ketika aku melihat
anaku yang paling besar pulang dari sekolah. Anakku yang besar sudah SMP
kelas 1 di sekolah negeri. Anaku pulang bersama
temannya dari sekolah, kulihat badannya sama tinggi dengan anakku
kira-kira 158 cm dan perawakan tubuhnya agak berisi dibanding anakku,
kira-kira berat badannya 48-50 kg. Kulit anak tersebut sawo matang namun
bersih. Sepertinya anak tersebut adalah kawan akrab anakku. Dan baru
kuketahui anak tersebut bernama Budi dan sudah sering main ke rumah
ketika aku sedang bekerja. Dan kalau aku lagi dinas keluar kota atau ada
pelatihan ke luar kota, anakku sering mengajaknya tidur di rumah.
Bedanya si Budi anaknya ramah, supel, mudah bergaul dan pandai mengambil
hati orang dan lebih dewasa dan mandiri. Lain dengan anaku, sikapnya
cuek, belum dewasa, belum bisa mandiri, kurang bergaul dengan
teman-temanya, dan tidak dapat mengambil hari orang. Sehingga kalau Budi
main ke rumah atau tidur di rumahku, seperti gak ada apa-apa dan seolah
masa bodoh. Mungkin Budi tau sikap anak lelakiku dan tau kalau ada
sedikit kekurangan atau juga tidak suka mengganggu orang lain jadi Budi
senang bermain dengan anakku. Dengan sikap Budi tersebut membuat istriku
Afreny simpatik, apalagi Budi sering membantu dirumah entah itu menyapu
halaman, membersihkan kamar anak lelakiku bahkan belajar bersama dan
mengajari anak perempuanku belajar. Karena sikapnya itu Budi seolah
sudah dianggap istriku sebagai anaknya sendiri. Bukan hanya itu, karena
sikap kedewasaanya membuat istriku seolah ada tempat curhat mengenai
sikap anak lelakiku. Dan kalau aku perhatikan malah si Budi justru lebih
sering dekat dengan istriku ketimbang anak lelakiku, entah itu duduk
atau nonton TV, makan, bahkan istriku masak, Budi selalu ada di
dekatnya. Hal itu membuat istriku semakin simpatik pada Budi dan senang
sekali dibuatnya.
Dari pengamatanku itu, aku seperti melihat
keanehan dalam diri Budi. Sepertinya ada sesuatu yang ia inginkan atau
yang rencanakan. Tetapi apa ? aku tidak dapat mengetahuinya. Malah
persahabatannya dengan anaku, sepertinya biasa-biasa saja tidak ada yang
istimewa, malah dengan istriku Budi seolah menemukan teman wanita yang
dianggapnya istimewa atau paling spesial. Dari keanehan-keanehan itu
membuatku menjadi penasaran ada apa dibalik kebaikan Budi selama ini?
Maka untuk mengungkap perilaku Budi, aku mempunyai rencana sendiri untuk
dijalankan. Dan rencana itu adalah aku berpura-pura akan keluar kota
bersama teman selama satu hari. Dengan dali itu aku ingin mengetahui apa
yang terjadi. Keesokan harinya ketika anak-anakku berangkat ke sekolah,
sedangkan aku masih di rumah dengan rencana telah disiapkan. Kubilang
pada istriku.
“Mi ... kalau mau ke pasar, pergi saja dan bawa kunci. Nanti aku bawa kunci serep”
“Perginya jam berapa Pi?” tanya istriku
“Bentar lagi, kira-kira jam 7” jawabku.
“Oh ... iyalah kalau begitu aku ke pasar dulu ya Pi” sahut istriku.
“Ya” jawabku yang lagi di kamar mandi.
Setelah
istriku pergi, aku telah menyiapkan keperluan seperti sarung, baju
trening, racun nyamuk, makanan ringan buat persiapan. Sebab aku bukanya
ke luar kota, tetapi bersembunyi di atas loteng rumahku sebagai tempat
pengintaianku. Di atas loteng aku tiduran, karena sudah aku persiapan
terlebih dahulu untuk mengintai dan tak lama kudengar pintu rumah
dibuka, dan rupanya istriku telah pulang dari pasar. Kira-kira pukul
12.30 siang, anak-anakku sudah pulang dari sekolah. Dan samar-samar
kudengar ada suara yang sudah hafal di telingaku yaitu suara Budi.
Ternyata Budi datang lagi ke rumahku. Setelah makan siang anak-anakku
disuruh belajar siang setelah usai makan siang, karena kalau malam jam
22.00 wib sudah wajib tidur. Setelah belajar siang kurang lebih satu jam
setengah, anak-anaku wajib tidur siang. Dalam pengintaianku di atas
loteng, kulihat Budi yang tidak tidur siang. Memang perumahan di mana
tempatku tinggal kalau siang agak sepi, sehingga suasana lingkungan
menjadi tenang. Dari atas loteng di mana plafon rumahku telah aku
lobangi sebesar uang seratus rupiah. Ada juga plafon rumah rusak karena
bocor oleh hujan sehingga tidak perlu aku lobangi. Kulihat Budi duduk di
sofa ruang tamu sendirian sambil membaca buku pelajaran sekolahnya.
Selang beberapa menit aku melihat istriku datang dan duduk di dekat Budi lalu berbicara.
“Lagi baca apa Bud ?”
“Ini
Bu, Budi lagi belajar pelajaran Biologi, minggu depan kata Bapak guru
ada ulangan harian, jadinya Budi mesti menghafal tentang
tumbuh-tumbuhan, sifatnya dan lainnya.”
“Bud, Rio sudah kamu kasih tau kalau ada ulangan minggu depan?” tanya Istriku.
“Sudah
Bu“ jawab Budi, “makanya Budi ngajak Rio belajar bersama, karena Budi
perhatikan Rio susah sekali memahi hampir semua mata pelajaran Bu.
Karena Rio sudah Budi anggap sebagai saudara, jadi Budi kasihan saja
takut nanti Rio tidak dapat naik kelas.” Jelas Budi sembari tetap fokus
akan buku pelajaran yang ia baca
Tak lama kulihat istriku terdiam.
Tampak matanya sedikit memerah dan tak lama butir-butir air menetes di
kedua pipinya. Istriku kulitnya putih agak kuning langsat, tinggi
kurang lebih 160 cm, berat 58 kg. Rambut ikal dan hitam sebahu, hidung
mancung, mata bulat, dan bibir sedikit tipis. Wajah cantik meski usia
sudah berkepala empat. Bentuk payudaranya 36B dan pinggul bulat dan
besar dengan ukuran celana 34. Budi terkejut melihat istriku sesegukan,
istriku menangis.
“Bu, ada apa?” suara Budi lembut bertanya “kenapa Ibu menangis?”
Lalu istriku menjawab “Bud, Ibu minta tolong kepada kamu”
“Ya Bu, minta tolong apa?”. Tanya Budi sambil mulai memfokuskan dirinya kepada perkataan istriku.
“Ibu
berharap kepadamu, tolong bantu Rio dalam belajar. Rio, kalau Ibu lihat
bayak kekurangan, baik dalam belajar, kemauan, kemandirian, pergaulan
dan kedewasaan.” ujar istriku dengan mata mulai berkaca-kaca dan melawan
emosinya,
“Jadi hanya kepadamu, Ibu berharap Bud ! Karena kamu
teman dekatnya yang bisa diajak ngobrol.Selama ini Ibu merasa kuatir,
bagaimana perkembangan Rio ke depannya” tambah istriku sambil mengusap
airmatanya yang mulai menetes turun dari kedua matanya, “tapi syukurlah
ada kamu teman yang dianggapnya baik kepadanya.”
Dengan berlinang air
mata istriku menyampaikan keluh kesah kepada Budi. Mungkin dengan anak
itu dia dapat menyampaikan isi hatinya. Dan Budi seolah memahami apa
yang dirasakan istriku.
Dan dengan rasa ibanya tangan kiri Budi merangkul pudak kiri istriku
kemudian Budi memeluk istriku sambil berkata,” Bu, Budi janji akan
membantu Rio sesuai keingan Ibu.
Tidak hanya kepada Rio, kepada Icak juga Budi akan bantu dalam belajar.”
Sambil
dirangkul Budi, pipi istriku diusap, menghapus air mata istriku yang
jatuh dipipinya. Kepala istriku terjatuh di pundak Budi. Budi terus
membelai pipi dan rambut istriku. Seolah ada tempat mencurahkan isi
hatinya, istriku memejamkan matanya.
Tidak hanya itu, Budi sedikit mulai berani mengecup kening istriku. Istriku hanya diam saja atas kelembutan sifat Budi.
Budi
berkata lagi, ”Bu, Budi janji akan membantu Ibu, tidak hanya mengajari
kedua anak Ibu. Tetapi apapun perkejaan di rumah Ibu, Budi akan bantu
mengerjakannya.”
Istriku berkata, “Terima kasih Bud atas kebaikan
kamu. Ibu tidak dapat berkata apa - apa kecuali terima kasih kepadamu.”
ujar istriku sambil memeluk tubuh budi.
“Tidak apa-apa Bu, dengan di
ijinkannya Budi main kesini, Budi sudah senang.”balas Budi sambil
membelai belai rambut panjang istriku yang tergerai.
“Bu ...”, Ucap budi dengan ragu tanpa melanjutkan kalimatnya.
“Ada apa Bud, Budi mau bicara apa?” jawab istriku
“Anu Bu, selama ini Bud, kurang deket sama orang tua Budi, terutama sama Emak.
Emak
Budi, sering marah saja. Ndak tau sebabnya, Mungkin keluarga Budi
kurang mampu, jadi mamak sering marah-marah. Entah kenapa kalo sama Ibu,
Budi merasa nyaman, bahagia sekali.”
“Mungkin Mamamu, ada masalah jadi kurang mood terhadap anak-anaknya.
Nanti juga baik lagi Ibu yakin.” Jawab istriku sambil tersenyum.
“Tapi
jujur, bu. Ibu orangnya baik, ramah tidak pemarah jadi Budi sangat
suka dan senang kepada Ibu. Bahkan Budi begitu sayang kepada Ibu. “ Ujar
budi kepada istriku.
“Aaah .... Kamu bisa saja Bud !”,
“Ibu juga sering marah-marah juga kok!” jawab Istriku.
“Kamu saja yang belom tau” tambah istriku lagi.
“Bu ... ”,
“Iya Bud?”,
“Boleh Budi mencium Ibu ?”,
“Kenapa Budi mau mencium Ibu ? ” tanya Istriku.
“Karena
Budi sangat sayang kepada Ibu , Budi juga menganggap Ibu sebagai ibu
kandung Budi !!!” jelas budi kepada istriku dan membuat istriku
tersenyum manis.
“Bud, Kamu menganggap Ibu sebagai Ibu kandungmu dan
Ibu juga menganggap kamu sebagai anak Ibu. Ibu tidak keberatan kamu
mencium Ibu” jawab istriku dan Budi membuat Budi ikut tersenyum.
Dari
atas loteng tempat aku mengintip kulihat dengan pelan Budi mulai
mencium kening istriku, Istriku pun memejamkan matanya. Tidak hanya
kening, ciuman Budi berpindah-pindah. Mata, hidung, dan kedua pipi
istriku. Masih dalam rangkulan tangan kiri Budi, dan kepala istriku juga
masih tersandar di bahu Budi. Sedangkan tangan kanan Budi juga membelai
wajah, rambut dan leher Istriku. Kulihat juga bibir istriku agak
sedikit terbuka, entah menandahkan apa. Apakah suka atau rasa cinta
terhadap anak atau perasaan yang lain.Tapi dengan jelas, ciuman Budi
mulai merambat turun keleher putih istriku. Di daerah sekitar leher
putih istriku itu ciuman Budi cukup lama.
Disitu istriku mulai
berguman dan berbisik, “Bud, Budi sudah Bud ... jangan disitu Ibu geli
Nak.“. Sehingga kini ciuman Budi beralih naik kepipi dan kening terus
hidung istriku.
Dari atas dengan seksama aku terus memperhatikan tingkah anak itu.
Dan
hatiku berkata , “Dari mana anak ini belajar ciuman seperti itu? Di
usia yang masih belia 13 tahunan sudah pandai beradegan cium seperti
itu. Apa ini pengaruh teknologi sekarang dan dunia internet yang sedang
menjamur?”
Kini sedikit demi sedikit bibir Budi sudah merambat turun dan mendekati bibir istriku.
Dan
cup cup bibir Budi mengecup bibir istriku. Kecupan sesaat itu
setidaknya menyentakan hati istriku, dapat terlihat dari gerakan
bibirnya. Namun hanya sesaat, selanjutnya bibir Budi kembali mengecup
bibir istriku kembali.
Entah apa yang ada dibenak dan pikiran
istriku, terlihat bibirnya kembali terbuka dan menerima kembali kecupan
bibir Budi. Budi sepertinya mulai berani dan sedikit demi sedikit
melumat bibir mungil istriku. Istriku sepertinya tidak keberatan dengan
lumatan bibir Budi, dan sepertinya istriku mengimbangi lumatan bibir
Budi. Maka terjadilah lumatan lumatan bibir antara Budi dan istriku.
Dari atas loteng sampai kedengaran bunyi cucpp ... cuuuppp ... cuuupp.
Sambil melumat bibir Istriku, kuperhatikan tangan Budi yang ada di
pundak kiri istriku mulai bergerak turun. Perlahan tapi pasti tangan itu
bergerak turun, dan kini telapak tangan kanan Budi sudah berada di atas
sebuah bukit. Yaitu bukit lunak istriku. Aku di atas loteng cukup kaget
melihat perilaku anak itu Manakala telapak tangan itu dengan halus dan
lembutnya sedikit mulai aktif bergerak gerak meremasi bukit kembar
istriku. Gerakan halus dan lembut telapak tangan Budi diatas payudara
istriku itu membuatku sedikit tegang. Maklum baru pertama kali ini aku
melihat anak yang masih muda belia sudah mengerti masalah sexual. Dengan
pelan telapak tangan Budi mengusap-usap payudara istriku. Sejauh ini
istriku hanya diam dan terus melayani lumatan bibir Budi, belum lagi
usapan lembut telapak tangan Budi yang kini mulai berani meremas
payudara istriku dengan lembut dan pelan. Di atas sofa yang rendah
berbentuk huruf L kedua anak orang yang berbeda usia terus melakukan
aksi cium dan melumat bibir. Remasan jari-jari tangan Budi di payudara
istriku yang masih utuh memakai daster warna putih dihiasi bunga-bunga
biru langit, seolah tidak disia-siakan oleh Budi. Remasan-remasan lembut
namun intense dilakukan Budi, membuat istriku sesekali berusaha
menjauhkan tangan Budi dari dadanya. Namun usaha itu hanya sebatas
memegang tangan Budi, tetapi sejauh itu tidak menepiskan tangan Budi
dari payudaranya malah samar-samar aku mendengar gumaman dari mulut
istriku yang tersumbat bibir Budi, Hmmmmmm...Aku jadi tambah tegang
manakala jari-jari kecil Budi, berusaha melepas kancing-kancing daster
istriku. Istriku memang suka memakai daster berkancing depan, entah
karena apa aku juga tidak memasalahkannya. Yang jelas daster yang
dipakai istriku berkancing sampai ke bawah dadanya. Belum lagi panjang
daster yang dipakai istriku tidak seperti daster yang dipakai hari-hari
sebelumnya. Daster yang dipakainya tidak terlalu panjang sampai ke
pergelangan kaki, dan juga tidak terlalu pendek hingga ke pangkal paha.
Tetapi hanya sebatas lututnya saja. Walaupun begitu, bila duduk di kursi
sofa agak rendah, mau tidak mau pasti akan naik keatas bagian bawa
dasternya. Hal ini juga yang dialami oleh istriku, bagian bawa dasternya
naik kurang lebih 15 cm. Dan makin jelaslah kemulusan dan putihnya
kedua belah paha istriku.
Ketika kancing pertama terbuka, tampak
jelas putihnya permukaan bagian atas dada istriku. Dan kancing kedua
terbuka, mulai terlihat lereng gunung kembar istriku walau belum tampak
BH yang dipakai istriku. Kini jari-jari Budi, mulai menjamah kancing
ketiga. Kancing ketiga mulai dibuka dengan pelan dan lepas. Kini sudah
terlihat BH warna putih ukuran 36B yang dikenakan istriku. Kancing
keempat juga mulai dilepaskan oleh jari-jari tangan Budi, semakin jelas
gumpalan payudara istriku yang putih menghiasi dadanya. Dan kini kancing
terakhir mulai akan dilepas oleh Budi, kancing terakhir itu kurang
lebih lima jari orang dewasa dibawa payudara istriku mulai dibuka oleh
Budi, dan akhirnya lepas lah kancing tersebut. Bibir Budi dan istriku
masih bertaut seolah ular cobra yang saling mematuk. Jari-jari Budi
sekarang mulai naik kepangkal leher istriku, terus kembali turun dan
turun lagi hingga menyentuh bagian atas payudara muluis istriku. Kembali
Budi meremas remas payudara istriku dengan pelan dan lembut. Kiri dan
kanan payudara istriku diremas-remas oleh Budi. Secara bergantian.
Payudara istriku masih terbungkus rapi oleh BH putih ukuran 36B.
Payudara istriku masih kencang walaupun sudah tidak muda lagi dan sudah
mempunyai dua orang anak. Budi sekarang telah melepaskan lumatan di
bibir istriku, sekarang dia mulai menciumi leher putih istriku. Kini
mulai kudengar desahan mulut istriku takala Budi mencium lehernya, di
tambah jari-jari tangan kanan Budi aktif meremas remas payudara istriku.
“Oohhhhh
..., Jaaa ... ngaaaannn nakkkk, tolong jangaaaannnn lakukan ini, ibu
mohon Bud!!! Aahhhhhh Bud, sudaaaahhhh laaahhhh, awwwwwhhhh .... “,
lenguh istriku terputus putus karena kebimbangan antara menikmati atau
menyudahi pemainan anak kurang ajar ini.
Bibir Budi pun sekarang mulai bergerak turun, tidak hanya dileher,
tetapi mulai menelusuri bagian dada istriku. Lereng bukit kembar istriku
tidak luput dari ciuman dan kecupan-kecupan halus. Belahan payudara
istriku tidak luput dari sapuan bibir kecilnya. Reaksi istriku bukannya
menolak atau menjauhkan wajah dan kepala Budi, namun seolah membiarkan
apa yang dilakukan oleh Budi.Jari-jari tangan Budi, mulai menyusup ke
balik BH putih istriku, tak lupa jari itu meremas-remasnya benda kenyal
yang tergantung indah di dada istriku. Dengan gerakan perlahan dan
lembut, Budi menurunkan tali BH istriku baik kiri dan kanan, dan dengan
gerakan yang sedemikian pelannya akhirnya tali BH itu turun dari
pudaknya dan sekarang jatuh di lengan kiri dan kanan istriku. Dan dengan
tetap kelembutannya Budi membuka cup BH putih itu dan bullll! bullll!
kiri dan kanan payudara istriku terpampang cukup jelas dan menantang.
Memang kuakui, walau tidak muda lagi, namun bentuk payudara istriku
tidak menggantung seperti kebanyakan ibu-bu rumah tangga lainnya. Tetapi
masih cukup kencang, padat dan urat-urat biru cukup jelas terlihat.
Bentuk putingnya tidak hitam, tetapi warnanya merah hati, begitu juga
lingkaran disekeliling puting susunya juga berwarna merah hati. Puting
susu istriku lumayan besar, seukuran ibu jari orang dewasa. Aku yang
bersembunyi di atas loteng terus memperhatikan perilaku Budi, bocah
perusia 13 tahun itu semakin tegang. Apalagi di bawah sana istriku mulai
terdenger desahan-desahannya.
“Oohhhhh .... Budddddd, Jaaa
jjaaaannnggaaannn Buddddd .. awww.....saadarr lahhh nakkkk, Janggannn
lakukan inniii ...” Istriku terus merintih dan memohon agar Budi
menghentikan aksi-aksinya.
Namun aksi Budi terus berlanjut, bibir
Budi sudah mendekat ke puting susu istriku dan suuppp, puting susu
istriku diemut-emut oleh Budi. Selanjutnya istriku semakin merintih
rintih.
“Awwwhhhh Bud ... sudaahhh lahhh nakkkkk, Cuukupp, ....
hentikan, sadarlah nak, nanti dilihat Rio. Hmmnghhh Awwwwhhhh Bud “.
lenguhan istriku berusaha menghentikan perbuatan pemuda ini walau lebih
terlihat seperti rancau kenikmatan.
“Bu, Budi cuma ingin tahu saja apakah masih ada air susunya apa ngga.” balas Budi sambil terus mengenyot gemas payudara istriku.
“Bud,
Ibu sedang tidak mempunyai adik bayi jadi tidak ada air susunya. Jadi
sudahla nak, ibu takut dilihat oleh anak-anak ibu dan dilihat oleh
orang” ujar istriku.
“Tapi Bu, Budi ingin merasakannya saja, Budi
mohon Bu “, ucap Budi sambil memilin milin dada istriku yang bebas dari
emutan nakalnya.
“Oooohhhh Bud, Ibu takut nak ... eemnghhh”ujar istriku di sertai lenguhan panjang.
Dan
akhirnya istriku tidak dapat berbuat banyak selain membiarkan aksi Budi
dikedua payudaranya. Kiri dan kanan payudara istriku diemut dan
diremas-remas oleh jari tangan Budi, dam desahan serta rintihan dari
mulut istriku terus terdengar halus. Sepertinya jari tangan Budi mulai
merambat turun, kalau tadi masih meremas-remas payudara istriku yang
sangat kencang itu, kini mulai menyusuri bagian perut istriku. Walau
masih terbalut daster yang tergantung di kedua lengannya, tetapi
terlihat dari luar daster, perut istriku sedikit rata tidak seperti
ibu-ibu lainnya Jari-jari tangan Budi terus turun dan turun, hingga
sekarang jari tangan Budi sudah berada di pangkal paha bagian luar
istriku. Sambil tetap mengemut-emut payudara istriku, Tangan kanan nya
ikut aktif mengelus-elus paha putih istriku. Elusan-elusan lembut
jari-jari tangan Budi, membuat tubuh istriku bergerak-gerak dan
mengelinjang seperti cacing kepanasan. Entah itu kegelian atau ada
perasaan lain, namun akibat elusan itu mau tidak mau daster bawah
istriku mulai naik ke atas. Aku yang melihat dari atas bertambah tegang,
tak kusangka temannya Rio bisa sepandai dan seliar dari apa yang
kubayangkan. Istriku bertambah gelisah dan merintih.
“sudahhhhhh
cuuukkkppp hentikan nakk ... kita sudah terlalu jauh ...Ingat nakkkk!
saddaaaarrrr Awwhhhh” rancauan istriku akibat permainan liar Budi.
Budi
seperti tidak memperdulikan rintihan dan permohonan memelas istriku.
Jari-jari tangannya terus mengelus-ngelus paha istriku,baik kiri dan
kanan. Bagian luar dan dalam pun tidak luput dari jamahan jari-jari
Budi. Jari-jari tangan Budi, terus dengan intense mengelus bagian luar
dan bagian dalam, hingga waktu jarinya masuk kebagian dalam paha
istriku. Tangannya pun ikut terus merambat naik dan masuk ke bagian
dalam, hal itu membuat buat istriku terus memohon kepada Budi.
“ampun
Bud” ...... Jangan nak, hentikannnnn ... sudahhh, cukup ...
hentikaaann, ooohhhhh ... Bud ... Budi sudahlah nak ... Iiiiiiihhhhhh”
jerit istriku dengan lirih.
Teriakan kecil istriku memang sangat
kecil, Sebab istriku mungkin sadar atau takut perbuatan merekaakan
terdengar ke tetangga kiri dan kanan rumah kami, dan juga takut akan
membangunkan anak-anakku yang sedang tertidur pulas. Tubuhnya bergerak
gerak kekiri dan kanan kadang pinggulnya terkadang keatas. Rasa geli dan
perasaan lain mungkin melanda dirinya. Tetapi sejauh ini tidak ada
usaha untuk menjauhkan diri atau lari dari kenakalan Budi. Hal ini bisa
aku mengerti, disamping tangan kiri Budi masih merangkul bahu istriku,
belum lagi mulut Budi tidak henti hentinya mengisap-isap puting susu
istriku, ditambah jari-jari tangan kanan Budi bergerilya di bagian bawa
daster istriku. Entah apa yang ada di dalam diri istriku, jika tadi
gerakannya tubuh agak keras, kini mulai agak tenang. Gerakan kedua
pahanya yang tadi kuat menjepit tangan Budi agar tidak terlalu jauh
masuk ke dalam pangkal pahanya. Namun sekarang sedikit melonggar,
bahkan mulai mengikuti apa yang dilakukan oleh Budi, ketika menggerakan
tangannya melebarkan paha kiri atau kanan istriku. Semakin terbuka kedua
belah paha istriku, semakin tampak secarik kain putih yang melekat di
antara kedua paha bagian atas istriku.
Jari-jari tangan Budi terus
merambat naik dan naik, kemudian tak lupa mengelus-elus kedua paha
bagian dalam istriku kiri dan kanan. Dan kembali lagi jari-jari tangan
Budi bergerak naik hingga menyentuh celana dalam warna putih bagian
atasnya. Di bagian atas celana dalam istriku jari-jari Budi semakin
berani bergerilya. Kadang ke samping kiri dan kanan kadang keatas perut,
kadang kembali lagi ke bagian atas celana dalam istriku. Dalam balik
celana dalam warna putih istriku, terdapat rimbunan rumput warna hitam
lebat nan keriting. Jari tangan Budi, kembali bergerak-gerak dan kini
jari itu mulai menelusuri kebagian bawa celana dalam istriku. Sambil
bergerak jari-jari Budi, mengusap dan menekan bagian tengah
selangkangannya. Dibagian itu jari Budi berputar-putar lembut, hingga
istriku kembali merintih dan mendesah sambil pinggulnya diangkat seperti
kegelian.
“Oooohhhhh. ... Budi ... Sudaaaahhhh Bud ...jangan terlalu
jauh Bud, ibu malu, Bud kalau ada yang merlihat, aduuuuuuhhhh “
........ Ibu mohon nakkkkk...hentikan.” Rancauan istriku yang membuatku
sedikit geram, namun sedikit membuat diriku merasakansuatu sensasi yang
seharusnya tak kurasakan saat melihat istriku di gauli orang lain.
###################
Suara hati Budi
“Ya
... ampun sungguh kegilaanku ini sudah terlalu jauh, Tapi kenapa aku
terus melakukan ini, Tapiiiiiii... Aahhhhhhh ... aku hanya menuruti kata
hatiku dan pikiran saja. Sungguh aku tidak membayangkan dapat berbuat
seperti ini, tapi sebagai seorang laki-laki, aku perlu tau apa itu
perempuan, tentang sifatnya, tentang, kemauannya, tentang rahasia
dirinya, apalagi tentang bagian-bagian perempuan yang belum pernah aku
bayangkan bahkan ku sentuh selama ini.” ujar hati kecilku yang saat ini
sedang berkecamuk “Ibu Afreny ini, sungguh sama sekali tak kusangka
selain cantik, tubuhnya memang indah, kulitnya halus dan kencang walau
sudah berusia dan punya anak dua. Tanganku sedari tadi menelusuri
tengah-tengah bagian luar celana dalam Ibu Afreny. Aku baru merasakan
kehalusan kulit Ibu Afreny.” kataku mengagumi kemolekan tubuh moleh
seorang ibu rumahtangga yang sedang kugauli.
“Gila bener ini! Aku
jadi gemeteran melakukan ini! tadi Ibu Afreny berkali-kali memohon
untuk kuhentikan perbuatanku terlarang ini. Tapi rasanya aku tidak bisa
melakukan itu, sebab aku sudah merasakan hal yang lain yakni gairah
seorang lelaki muda, yang pingin tahu hal-hal yang berbau sex. Apalagi
kesempatan ini baru aku alami sekarang.” bisikan jahat dalam pikiran nya
untuk membenarkan perbuatan nya ini.
Jari-jariku pingin tahu dan
pingin menelusuri apa yang ada di dalam celana dalam warna putih milik
Ibu Afreny, Ibu sahabatku Rio. Pelan-pelan sekali aku mengusap-usap
belahan tengah celana dalam Ibu Afreny, lalu jariku bergerak naik. Aku
merasakan halus dan empuknya bagian atas celana dalam seorang wanita,.
sepertinya dibagian itu sama seperti punya aku. Rambut hitam yang selalu
tumbuh disetiap kemaluan baik perempuan dan lelaki. Sepertinya rambut
milik Ibu Afreny sangat lebat sekali. Membuatku makin aku penasaran, aku
naikan jari tanganku keatas dan pas dikaret celana dalam warna putih
itu, aku selipkan kelima jari-jari ku. Aku semakin gemetar manakala aku
merasakan lembut dan lebatnya rambut hitam milik Ibu Afreny. Ibu Afreny
menggerakan pinggulnya, entah karena apa aku pun tak mengerti. Aku
teruskan saja sambil ku usap-usap, terus turun lagi hingga menyentuh
daerah yang paling dicari oleh lelaki, terutama aku yang baru pertama
kali menyetuh daerah itu. Aku merasakan vagina Ibu Afreny hangat dan
sedikit terasa licin. Licin karena apa aku kurang paham. Namun aku terus
saja meraba-raba vagina Ibu Afreny. Ibu Afreny semakin merintih dan
mendesah, sehingga membuat ku bimbang rntah memang karena ingin aku
berhenti atau memang ingin aku terus melakukan hal ini. Jari-jariku
semakin sering aku gerak-gerakan naik dan turun, aku merasakan
bertambah licin daerah vagina Ibu Afreny. Tanpa aku sadari sedari tadi.
batang penisku sudah lama tegak berdiri, dan membuat aku kurang nyaman
karena terjepit oleh celana pendekku. Karena merasa sakit dan kurang
nyaman aku terpaksa melepaskan elusan dan rabaan terhadap vagina Ibu
Afreny. Dan jari tanganku keluar dari celana dalam Ibu Afreny, lalu aku
langsung membenarkan letak posisi batang penisku. Karena aku merasa
masih kurang nyaman juga, maka akhirnya kukeluarkan batang penisku dari
dalam celana pendek dan kolor warna putih yang aku pakai ini. Dan bulll!
Keluarlah batang penisku dengan tegak bagaikan tonggak kayu dan membuat
sedikit agak legah.
#########################
Lain hal dengan
Bud, ternyata apa yang dikeluarkan oleh Budi dari celana pendeknya,
membuat aku yang sedang mengintip dari atas loteng sedikit tercengang
dan berkata dalam hati “ Gilllaaaaa !!!!”,
“Sungguh tidak kupercaya
kalau tidak melihat dengan mata kepala kusendiri! Ternyata temannya Rio
itu memiliki penis yang melebihi penis ukuran orang dewasa termasuk
diriku!” ujarku dalam hati karena sedikit shock.
Sungguh manusia ini
banyak keanehan, anak berusia 13 tahun mempunyai penis sebesar dan
sepanjang itu. Mungkin panjang penis anak itu kira-kira 20 cm. Dan
bulat lingkarannya kalau diukur dengan cm bisa mencapai 13 cm lebih,
suatu hal yang tidak masuk akan tapi betul-betul nyata! Penis anak itu
masih tegak berdiri dengan kepalanya berwarna pink mengkilat, di bawah
batang penis baru ditumbuhi oleh rambut-rambut hitam yang masih tipis.
Aku takjub dengan apa yang kulihat dan masih terasa belum percaya,
sambil terus memperhatikan gerak-gerik dan apa yang di lakukan Budi
terhadap istriku. Budi kembali memasukan jari-jarinya ke dalam celana
dalam putih istriku, Istriku kembali dibuat gelagapan. Terkadang pahanya
mengatub menjepit tangan Budi, kadang juga terbuka seperti memberikan
jalan buat Budi agar terus menjamah vagina istriku. Jari-jari Budi
semakin sering meraba-raba vagina istriku. Dan kuperhatikan sepertinya
jari-jari tangan Budi bergerak kebelakang pinggul istriku. Di sana dia
meremas-remas pinggul bulat istriku. Sambil meremas-remas, Budi
menurunkan karet celana dalam istriku bagian belakang hingga turun ke
bawah pinggulnya. Di bagian atas mulut Budi masih menyedot-nyedot puting
susu istriku dengan lahapnya. Kadang mencium leher istriku serta
kembali melumat bibir istriku. Di bawah sana jari tangan Budi sudah
mengalihkan tanganya ke pinggul sebelah kanan istriku. Rupanya Budi
berusaha menurunkan celana dalam istriku, karena bagian belakang celana
dalam istriku sudah turun ke bawa pinggulnya. Dengan gerakan pelan tapi
pasti akhirnya karet celana dalam sebelah kanan istriku turun juga dari
atas pinggangnya. Namun tidak terlalu turun masih nyangkut di pinggul
sebelah kanannya. Akan tetapi dengan hanya turun baru sebatas bawa
selangkangannya istriku, sudah tanpak jelas bukit kemaluan istriku yang
ditumbuhi rambut hitam yang lebat. Saking lebatnya kurang lebih tiga
centi dibawa pusar, rambut hitam kemaluan istriku menyetuh pusarnya.
Budi
mencium bibir istriku dengan lembut dan mesra. istriku seolah menyambut
dengan hangat kecupan dan lumatan bibir Budi. Diselingi remasan
terhadap payudara istriku kiri dan kanan, lalu tangan Budi bergerak
turun dan kembali menyusup diantara kedua belah paha putih istriku dan
langsung menyetuh bukit kemaluan istriku. Kulihat jam menunjukan pukul
14.00 wib, dibawa sana dua anak manusia berbeda usia terus melakukan
aktifitas yang seharus tak lazim. Kulihat kini Budi menghentikan
aktifitas tangan kanannya dibawa selangkangan istriku, terus tangannya
membelai-belai rambut hitam istriku bahkan pipi mulusnya. Kemudian tak
lupa pipi kening dan bibir istriku diciumnya dengan mesra.
Lalu kudengar Budi berkata dengan pelan, “Bu ...”
“ iyahh Bud, Ada apa ?“ sahut Afreny sambil mendesah lembut.
“Kita ke kamar depan yuk' Bu.“jawab Budi sambil asik menjamahi tubuh molek istriku.
“Kenapa kamar depan Bud? “ tanya Afreny pelan.
“Takut
kalau-kalau Icak dan Rio bangun Bu “, ujarnya sedikit terputus karena
menyupangi leher jenjang istriku, “Makanya kita ke sana saja ya Bu.“
lanjutnya sambil mengajak Afreny.
“ jangan nak, tidak usah
dilanjutkan lagi!“ pinta Afreny lembut sambil menahan lenguhan
kenikmatan yang ia rasakan. “Cukuplah ya Bud “, sambung istriku untuk
membujuk Budi menghentikan permainan ini, walau dari dalam lubuk hati
istriku ini secara jujur dan gamblang ia menikmati betapa mendebarkan
dan mengasyikan-nya hubungan terlarang ini.
“Gak apa-apa kok Bu “sahut Budi sambil mengelus dan mengecup lembut pipi Afreny.
“Jangan nak, Ibu sekarang sudah merasa bersalah dan berdosa “,
“Ibu takut . apa yang barusan tadi dilihat oleh orang”,
“Ayo'
lah Bu “ bujuk budi sambil dengan pelan dan penuh kasih sayang Budi
meraih dan menarik lengan istriku Afreny untuk beranjak dari sofa yang
dia duduki.dan berbeda dari kalimat penolakan yang ia lontarkan sejak
awal, tubuh istriku ternyata lebih jujur dan beranjak dari sofa yang
didudukinya mengikuti bujuk rayu jejaka yang umurnya terpaut 20 tahun
itu seperti kerbau yang dicolok hidungnya.
Dalam kondisi baju
daster bagian atas sudah melorot sampai ke lengan kiri dan kanan
bersamaan dengan tali BH putihnya ikut melorot ke lengannya, Belum lagi
bagian bawah dasternya yang naik ke atas pinggang sehingga celana dalam
warna putih yang dikenakan istriku tadi juga sudah melorot kebawa pas
dibawa pinggulnya atau bagian depan sudah dibawa pangkal pahanya, Budi
merangkul mesra istriku layak nya pasangan pengantin baru menuju kamar
depan yang berukuran 3 x3 meter. Sambil kepala istriku bersandar di
pundak Budi akhirnya keduanya masuk ke kamar depan dan kliikkkk ...
akhirnya kamar itu dkunci dari dalam oleh pasangan yang sedang dilanda
birahi itu. Aku pun mengendap-endap seperti maling merangkak menelusuri
loteng rumahku sendiri berpindah posisi menuju kamar maksiat itu.
Sebenernya kamar depan jarang dipakai, hanya untuk tamu atau family yang
datang saja, sebab loteng plafon yang terbuat dari bahan triplek juga
banyak yang rusak dan ada bolong-bolongnya, sehingga dari atas cukup
jelas sekali apalagi pintu jendela menghadap ke arah matahari terbenam
yang sinarnya cukup terang sekali. Di dalam kamar itu terdapat satu buah
springbed ukuran 2x2 tidak memakai tiang dengan satu buah bantal guling
dan bantal tidur.Jadi langsung diletakan saja di lantai kadang kamar
itu dipakai oleh Budi tidur bila menginap di rumahku. Budi dan istriku
mendekati springbed itu, kemudian mereka berdua berhenti. Budi memutar
tubuh istriku hingga keduanya saling berhadapan. Lalu dengan lembut dan
mesranya Budi berbisik,
“Buuuu ... Buuuuu ... Buuddii sayang Ibu “ bisik bocah itu dengan gemetaran.
“Ibu tau nak “ jawab istriku.
Dan
tiba tiba saja istriku berubah drastis, dengan pengalaman yang ia
miliki ia memeluk dan mencium bibir Budi dengan mesra untuk mengusir
kegugupan perjakanya itu.
#########################
Suara hati Afreny
“Oh
Tuhan apa yang kulakukan, dan mengapa bisa berakhir seperti ini.
Sebari tadi aku berusaha memegang teguh janji perkawinanku dengan mas
Erlan ... tetapi kini aku malah mencumbui anak ini.”
Aku merasakan
secara perlahan tangan Budi meraih pinggangku. Dan aku sadar bahwa
celana dalamku sudah melorot ke bawa pinggulku. Ini akibat tangan nakal
Budi yang kubiarkan bebas bergerilya. Akupun bingung kok bisa-bisanya
anak itu berbuat nekad seperti ini, padahal usianya masih muda baru 13
tahun, tetapi hal-hal yang hanya di ketahui oleh orang dewasa seperti
ini ia sudah dapat mengerti. Aku juga heran sampai saat ini aku
sepertinya tidak bisa berbuat banyak dan seolah ada perasaan lain pada
anak ini. Kini tubuhku sudah sedikit merapat ke tubuh Budi dan ketika
itu ada sesuatu yang membuatku sedikit bergetar, dan getaran tersebut
adalah getaran getaran yang telah sudah sejak lama tak kurasakan bahkan
tidak pernah kurasakan sama sekali saat bersama suamiku. Aku merasakan
ada yang mengganjal di bawah daerah kemaluanku. Benda yang mengganjal di
bawah pusarku paling bawa terasa sekali, menyentuh nyentuh daerah
kemaluanku. Budi semakin menarik pinggulku ke arah tubuhnya, dan benda
itu semakin kuat mengganjal bahkan menyodok daerah kemaluanku. Aku dapat
menduga benda itu adalah batang penis Budi yang sudah menegang dan
sangat keras sekali. Tapi entahlah apakah memang benar benda itu bantang
penisnya Budi yang mengganjal di daerah kemaluan, apakah ada sesuatu
yang disimpan Budi di kantong celananya. Kami masih saling lumat bibir,
tidak hanya itu Budi berusaha melepas dasterku yang sudah jatuh di kedua
lenganku. Tidak sulit bagi Budi untuk melepaskannya karena dengan pelan
dia menurunkan kedua tangaku dan menurunkan secara perlahan dan terus
melewati kedua jari tanganku, kemudian terus diturunkan lagi melewati
pinggulku, terus dilepaskan saja oleh Budi hingga jatuh di kedua kakiku.
Sekarang
kini hanya tinggal BH dan celana dalam putihku yang masih melekat,
itupun sudah tak sempurna lagi. Tali BH-ku sudah jatuh kedua lenganku,
sedangkan cupnya berukuran 36B sudah terbuka yang menampakan keindahan
payudaraku. Rasa malupun mulai menyelimuti diriku, di hadapan anak yang
baru berusia 13 tahun ini aku seperti bahan mainannya. Walau sebenarnya
anak ini seusia dengan anakku Rio, yang kadang sering melihatku
telanjang dada bahkan telanjang bulat di kamar ketika selesai mandi.
Namun
dalam keadaan seperti ini rasa kuatir dan was-was dan malu muncul,
maklum aku sebagai seorang perempuan bahkan seorang ibu tidak pantas
diperlakukan seperti ini. Itu semua hanyalah pikiranku saja, tapi
ternyata berbeda dari apa yang kuhadapi.
Budi menatapku dengan
tatapan penuh arti, tatapan sebuah permintaan, dan tatapan birahi
seorang anak yang baru beranjak remaja. Lalu Budi juga membuka baju
kaosnya dengan sangat cepat sekali, aku hanya menatap wajahnya dengan
penuh kecemasan, aku tidak mengetahui kapan dia membuka celana
pendeknya, yang kutahu tiba-tiba Budi meraih pinggulku dirapatkannya ke
tubuhnya sambil meremas-remas pinggulku.
Kembali aku merasakan benda
tumpul menyodok daerah kemaluanku. Akupun berciuman kembali dengan Budi
tidak hanya itu Budi telah berhasil melepaskan pengait BH ku. Dan BH ku
dilepaskannya dari kedua belah tanganku. Kemudian aku berbicara pelan
kepada Budi,
“Kenapa kamu berperilaku seperti ini nak ?“.ujarku
sambil menatap dalam matanya yang terlihat memang agak gugup “Tidak kau
merasa takut apa yang akan kamu lakukan ?“.
Kulihat tampaknya Budi
hanya diam, tidak menjawab pertanyaanku dan mengalihkan pandangannya
dari tatapanku. Aku pegang bahunya, dan ia menatapku sembari membelai
pipiku. Perasaanku tidak menentu, tiba-tiba aku memeluknya dengan erat.
Lalu aku rasakan celana dalamku terasa pelan-pelan melorot turun dan
terus turun ke bawah hingga jatuh di bawa kakiku seperti halnya baju
dasterku. Aku semakin erat memeluknya tidak hanya itu sambil meraba,
Budi menekankan pinggulku ke arahnya hingga terasa sekali benda yang
dari tadi mengganjal itu tidak lain batang penisnya yang sudah semakin
tegang. Itu kutahu karena ketika berpelukan, tanganku sedikit turun ke
pinggul Budi dan tak ditemukan lagi kolor yang melekat di pinggulnya.
Kini
aku dan Budi sudah sama-sama telanjang bulat dan akupun tidak dapat
berkata apa lagi, karena kondisi sudah seperti ini hingga tidak dapat
berbuat banyak. Apalagi sekarang tangan kanan Budi menaikan kaki kiriku
ke atas springbed sehingga bagian bawah selangkangan agak terbuka.
Dengan begitu batang penis Budi semakin terasa mengenai daerah vaginaku,
bahkan sedikit mengenai bibir vaginaku. Aku semakin erat memeluk Budi,
seperti ada kehangatan dan kenyaman dalam pelukan anak ini,
getaran-getaran cinta seorang anak terhadap ibu, sebalik getaran cinta
ibu terhadap anaknya. Batang penis Budi terasa hangat walau hanya
menyenggol bibir luar vaginaku. Kini Budi membimbingku duduk di pinggir
springbad, setelah duduk kami saling berpandangan dengan mesra. Kemudian
Budi mengecup keningku, terasa sekali sentuhan lembut penuh kasih
sayang diberikan anak ini.Sekilas aku melihat batang penis Budi yang
tegang berdiri, Aku tercekat kaget dibuatnya. Astaga ... Penis Budi ...
bisa sebesar dan sepanjang ini !? Apakah aku bermimpi? Aku tidak tahu
ukurannya tapi yang jelas aku merasa ngeri, dan tiba-tiba aku memeluk
Budi dengan erat sambil kepalaku kusandarkan ke bahunya. Walau gelora
birahi ku sudah sampai ubun ubun, namun karena kengerian akan ukuran
kemaluan anak ini akupun menjadi merasa sedikit takut dan ngeri sehingga
aku berusaha untuk menghentikan permainan ini,
“Hentikan saja ya
nak perbuatan ini. Kita sudah melampaui batas, seharusnya kita tidak
melakukan perbuatan semacam ini. Seharusnya ibu memberikan pengertian
kepadamu Bud, bukan menyesatkanmu dengan melakukan perbuatan tidak
terpuji dan terlarang seperti ini.“
“Tapi Bu, rasanya sulit untuk
Budi hentikan. Karena dada ini, hati ini, otak ini, telah diselimuti
dirasuki perasaan yang tidak bisa dihentikan. Apalagi keinginan itu
sangat kuat Bu.“ ujar Budi membantah omonganku.
“Tapi nak , kamu masih muda harus melawan hawa nafsumu “,
“Bu
Afenry, Budi mohon berikan kesempatan pertama buat Budi. Budi pingin
sekali mencoba apa yang belum pernah Budi rasakan. Bolehkan Bu ?
Tolonglah Bu hanya bersama Ibu saja.“ ujar Budi mengiba
Mendengar
hal tersebut sebagai seorang wanita khususnya sebagai seorang ibu hatiku
menjadi luluh dibuatnya, apalagi pemuda ini memintanya dengan sopan
penuh kesabaran dan kasih sayang. Tapi apakah pantas aku melakukannya ?
Oooohhh apa yang mesti aku lakukan ?
Setelah mempertimbangkan
baik buruknya dan apa yang dilakukan Budi selama ini, maka dengan
ketulusan hatiku yang bulat, akihirnya aku mengangguk kepada Budi sambil
berbisik pelan.
”Baiklah nak , Ibu mengijinkanmu.”. Sambil
tersenyum kulanjutkan perkataan ku, ”tapi Ingat ya Bud, Hanya sekali
ini saja!“ tegasku kepadanya.
Mendengar hal tersebut Budi-pun tersenyum,“ ....... Baik Bu “ ... untuk Ibu, Budi akan turuti semua kemauan ibu.”.
Dengan
senyum kekanak-kanakannya Ia merebahkan tubuh polos ku keperaduan
dengan sangat lembut sekali, kemudian ia mengambil bantal lalu
direbahkannya kepalaku ke bantal tersebut dengan lembut dan mengecup
keningku dengan mesra. Sehingga kubandingkan dengan suamiku, kalau sudah
ada maunya tidak bisa ditahan. Gerasa grusu saja, tanpa ada rasa sayang
terhadap istri. Kalau dengan Budi terasa beda, anak ini lebih
memberikan kasih sayangnya kepada seorang perempuan dan bisa
menyenangkan hati perempuan seperti diriku. Sebagai seorang perempuan
ada sedikit perasaan cemas, was-was, takut dan gemetaran. Maklum kalau
dengan suamiku aku tidak ada getaran dan kecemasan, tetapi dengan orang
lain yang belum lama kukenal perasaan semua itu muncul. Apalagi saat ini
Budi berbaring disisiku kemudian dengan mesranya dia mencium dan
melumat bibirku, kemudian tangannya aktif meremas-remas kedua
payudaraku. Tangan itu bergerak turun dan turun menyusuri perut dan
turun lagi kepinggulku sedikit diremasnya, kemudian kedepan dan tepat
diatas tumpukan jerami hitam milikku yang hitam dan lebat. Aku bertambah
cemas, rikuh, dan gelisah, bercampur perasaan geli dan enak ketika
Budi menyentuh daerah kemaluanku. Aku berusaha menjauhkan perasaan itu
ketika Budi sudah menyentuh bibir vaginaku. Dan akhirnya aku tidak
tahan juga untuk mengeluarkan suara.
“Ooooohhhh .... Buuuuuudddddd
....sudaahh ...... iiihhh ....jnngaaaaaan dimaaaiinnnkan itu ....
Ibuuuuuuuuu Budddddd....geeeeliiii..... eeeehhhhhhhh .... Enakkkkkk”,
eranganku meledak terputus putus, walau aku sedikit dapat menahannya
karena aku masih takut membangunkan anak anak ku atau terdengar oleh
tetangga.
Kemudian Budi mengehentikan aksinya di vaginaku. Lalu
dia memandangku, aku paham maksud pandangan itu. Lalu aku mengangguk dan
berbisik pelan,
“Lakukanlah nak, hati-hati ya sayang, pelan pelan saja“ sambil kubelai wajah dan rambutnya., “Ibu takut dan ngeri ...“,
“Takut dan ngeri karena apa Bu?”, potong Budi dengan polosnya.
“Batang
penismu ini sayang, diluar perkiraan Ibu.“ ujarku sambil meremas remas
lembut batang kemaluannya yang sudah siap maju ke medan tempur itu,
“Besar dan panjang , Tidak seperti punya Om Erlan. Ibu takut nanti
tidak muat.“,
“Ajarin Budi ya bu, Budi belum pengalaman Bu.“ ujarnya sedikit gugup.
Aku
tersenyum kepada Budi sambil berbisik aku berbicara, “Baiklah Ibu akan
membimbing kamu sayang.“, jawabku sembari memberi ciuman lembut ke
bibirnya, sambil tanganku masih meremas remas lembut batang kemaluan
yang besar dan keras tersebut.
“Sekarang kamu naiki tubuh Ibu”,
pintaku, Budi pun menurut, dia menaiki tubuhku lalu tak lupa dia
menciumku, akupun dengan mesranya memeluk tubuhnya dengan erat.
Lalu aku berbisik lagi ditelinganya, “ Sayang, sekarang kamu jongkok di kedua paha Ibu ya.“
Ternyata
Budi sudah mengerti, dia lalu mendekatkan batang penisnya ke arah bibir
vaginaku. Aku sendiri mulai tegang, karena batang penis Budi di atas
anak seusianya. Di samping itu hanya penis suamiku yang selalu masuk ke
dalam liang vaginaku, itupun ukuran panjangnya lebih kurang 11 cm yang
lingkarannya lebih kecil 9 cm. Sekarang kepala penis Budi yang sedari
tadi sudah tegang, sudah menempel di bibir vaginaku.
Aku turut
membantu Budi dengan sedikit melebarkan kedua pahaku, sehingga lubang
vaginaku sedikit membuka. Dan baru aku sadari kalau sedari tadi ternyata
di sekitar bibir vaginaku telah mengalir cairan kewanitaan ku sendiri,
sehingga daerah sekitar vaginaku menjadi licin, dan mempermudah penis
jumbo itu masuk ke liang kenikmatanku. Kepala penis Budi sudah mulai
memasuki belahan vaginaku. Ada perasaan nyeri di sekitar vaginaku, sebab
kepala penis Budi yang besar berusaha menyeruak masuk kedalam lubang
vaginaku. Sehingga membuatku merintik rintih kesakitan segaligus
keenakan karenanya
“Aduh Buddddd besarr sekaliiii, pelannnn
sayangggggg ......ibu merasa nyeri nih...aiiihhhh begituuuu sayangghhhhh
enakkkkkkkk.“, rancauanku akibat perbuatan Budi.
Kepala penis Budi
terjepit di muara lubang vaginaku, akupun semakin merintih, merancau,
dan sekaligur mengajari perjakaku ini bagaimana caranya memuaskan
seorang wanita dengan penis besar dan nikmat yang dimilikinya itu.
Kepala penis dan batang penis Budi terus menyeruak masuk secenti demi
secenti, semakin bergerak masuk semakin otot vaginaku semakin menegang.
Budi berusaha terus memasukan batang penisnya ke dalam lubang vaginaku.
Akhirnya Budi baru menemukan teknik untuk memasukan batang ajaib
miliknya itu di dalam liang vaginaku. Dia memaju mundurkan batang
penisnya secara perlahan. Dengan begitu batang penisnya yang besar itu
mulai bertambah dalam masuk. Kalau tadi baru seperempat saja, sekarang
sudah setengahnya. Makin intense Budi memaju mundurkan batang penisnya,
makin lama makin masuk batang penisnya. Usaha Budi ternyata membuahkan
hasil dan dengan sekali genjotan saja batang penis Budi yang tinggal 2
centi akhirnya masuk semua, bersamaan dengan itu aku menjerit-jerit
kenikmatan dan kurangkulkan tanganku ke leher kekasih mudaku ini sambil
memberikan kecupan selamat ke pipinya. Aku terdiam, begitu juga Budi.
tidak beberapa lama rupanya Budi sudah paham apa yang dia lakukan.Dia
mulai memaju mundurkan batang penisnya di dalam liang vaginaku. Walau
terasa sakit dan ngilu, aku berusaha tahan karena aku tidak ingin
mengecewakan anak ini. Dan lambat laun, rasa perih dan ngilu tadi
berubah menjadi enak dan nikmat, tak kubayangkan walau tubuh anak ini
kecil, tetapi mempunyai senjata yang besar yang kini membuatku
menikmatinya. Tidak dapat kubayangkan juga kalau batang penis Budi yang
besar dapat ditampung oleh liang vaginaku. Aku berusaha mengimbangi
goyangan dan maju mundurnya batang penis Budi dengan memutar mutar
pinggulku hingga mengangkat pantatku.
“Ooohhhh ..... Gilaaaa Kamu
... saaayanghhhh ...ibu gak sanggupp....ampun sayang...uuhhhh ...ohhh...
nikmathhhh”, pekikku sembari menciumi bibir pengantin sehariku ini
dengan penuh nafsu.
Goyongan dan kocokan batang penis Budi, tak
terasa sudah mencapai 30 menit. Aku merasakan ada letupan kecil di dalam
liang vaginaku, Badanku seperti tegang dan urat sarafku seperti
mengencang, persendianku seolah mau lepas, dan ooughh !! Aku rasanya
tidak sanggup lagi, ada sesuatu yang kuat sepertinya akan keluar dari
tubuhku, kedutan-kedutan kuat dari dalam liang vaginaku. Dan ...
“awwwhhhhhhh sayanghhhhhhhhhh ....”, pekikku panjang dan tubuhku melenting ke atas dengan pinggul terangkat lalu
Seeeeerrrrr....serrrrrr...suara cipratan cairan orgasmeku yang menyembur keluar seperti ledakan gunung berapi,
“Ammmpunnnnn ...saaaaayyyyy ibu ...keluarrrrr...oooohhhh“ .
Kujepit
pinggul Budi kuat-kuat dengan kedua pahaku. Dan kupeluk tubuhnya dengan
eratnya. Tubuhku lemas, tapi Budi masih juga menggoyangkan pinggulnya,
sebab batang kenikmatan-nya masih keras dan menancap di lubang vaginaku.
Budi belum juga mencapai orgasme, aku akan membantunya mencapai orgame
dan dengan menyemangatinya Budi terus mengocok batang penisnya. Aku
menyuruh Budi memelukku dan kusuruh dia berbalik dan gantian dia yang
tidur terlentang tanpa melepaskan bantang penisnya yang masih menancap
di liang vaginaku. Budipun menurut, ketika dia terlentang sekarang aku
yang aktif menggoyangkan pinggulku sehingga batang penisnya semakin
terasa masuk di dalam liang vaginaku. Gerakan pinggul semakin kencang
tiba-tiba Budi mengerang.
“ Oooohhhhhhh Buuuuu ... Budddiii mau kencinggggggg ... Buuuu ... “
“Kecinglah
sayang, kencinglah di dalam lobang vagina ibu sayang.“, ucapku sambil
kucondongkan badanku ke depan dan memeluk tubuhnya sembari kutunganggi
batang penisnya yang besar dan perkasa itu.
Dan tiba-tibas aja, budi
merangkul badanku erat seakan tidak akan meloloskanku kemana-mana dan
menghujamkan batang kenikmatannyadengan hebat ke vaginaku.
Dan...crotttttt....crottttt...
crotttt, senjata Budi memberondongkan air maninya ke dalam rahimku
dengan banyak, sambil tangannya menekan pantatku kuat-kuat.
Akupun
secara bersamaan orgasme yang kedua kalinya. Lalu aku jatuh di dada
anak itu, kemudian tangan Budi memelukku dengan erat, akupun begitu
memeluknya dengan erat sambil memejamkan mataku. Dalam keterpejamanku
aku meresapi dan menikmati pengalaman pertamaku bersama seorang anak
berusia 13 tahun, sahabat anakku Rio. Walau Budi masih muda belia,
tetapi dia sudah memberikan kenikmatan dan kepuasan terhadapku. Akupun
tadinya hanya berharap Budi sebagai teman akrab anakku, sekarang malah
menjadi teman bercintaku.
“Ohhhh... kau harapanku segalanya. Akankah ini harus terus berlanjut selamanya...entahlah“ desah hatiku.
Kurasakan
tangan Budi mengelus punggungku. Akupun merasa nyaman dalam pelukan
anak ini, kendati aku kuatir berat tubuhku lebih berat dari tubuhnya
tetapi Budi tidak merasakan itu. Lalu tangannya sesekali meremas-remas
pantatku.
“Bu...”, bisik Budi halus
“Iya sayang ... ada apa
sayangku?” balasku lirih karena barukali ini aku merasakan orgasme
sehebat itu, bahkan multi orgasme hebat seperti itu sambil mendekap
terus lembut tubuhnya.
“Terima kasih ya Bu atas pengalaman pertama diajarkan pada Budi.”, ucapnya sambil menatap diriku dengan penuh arti.
Aku tersenyum menatap mata anak ini yang masih di bawah tubuhku.
“Iya nak , Budi harus janji tidak menceritakan persetubuhan kita berdua kepada siapapun ya!“,
“Budi janji Bu akan merahasiakan ini.”
“Terima kasih anakku, sayangku”, ujarku dengan mesra sambil mengecup bibir Budi .
“Ngomong-ngomong
sayang, kenapa kamu ingin menyetubuhi Ibu? Padahal kamu sahabat Rio.”,
tanyaku karena tiba tiba saja pertanyaanku terngiang di kepalaku.
“Entahlah Bu, Budi tiba-tiba saja pingin menyetubuhi Ibu.”,jawab Budi sekenanya.
“Pasti kamu suka baca sesuatu atau nonton film dewasa ya!“ selidiku dan dijawab dangan anggukannya dengan malu-malu.
Aku
mengusap-usap rambutnya, “Pantesan kamu ngebet bange. Udah ya jangan
sering-sering nonton dan baca hal begituan, ingat sekolah kamu ya
nak.“, pintaku menasehatinya, kali ini sebagai seorang ibu kepada
anaknya, bukan sebagai seorang wanita yang telah diberikan kepuasan dan
kenikmatan biologis dari seorang lelaki.
“Iya... Bu”, tukas Budi dengan sedikit kecewa.
“hemh”, balasku singkat sekedar mengiyakan perkataannya, dan menghiraukan kekecewaan pemuda ini.
“Tapi Bu kalau Budi ingin lagi gimana ?”, celetuknya sambil meringis.
“Nahhhh kan kamu sudah janji hanya sekali saja kan ?”, balasku dengan mengingatkan perjanjian yang kami buat tadi.
“Tapi kalau kebelet gimana dong Bu “, ujarnya lagi karena tak mau kalah begitu saja.
Aku pun tersenyum dan mencium bibir mungilnya, “Ya sudahlah” ..... masalah itu nanti kita bicarakan lagi.
“ ngomong ngomong sayang, apakah kamu merasa puas ?”. tanyaku untuk mengalihkan topik pembicaraan kami.
“Ya
Bu .... Budi puas sekali, Ibu bagaimana?”, balasnya sambil melontarkan
pertanyaan yang sama kepadaku sembari tangannya dengan lembut membelai
belai kepalaku yang kini tertidur lemas di atas badannya.
“Hmmmmmm ... Ibu lebih dari itu sayang dan sulit Ibu ceritakan.” jawabku sambil kepalaku tiduran di dada Budi.
Kupemejamkan
mataku dan memeluk erat tubuh Budi. Kelamin kami masih menyatu, aku
seolah tidak mau melepaskan tubuh anak ini, biarlah batang penis anak
ini berlama-lama di liang vaginaku dan sepertinya batang penis anak ini
belum mengecil juga. Kamipun tertidur bersama, dalam pelukan kehangatan
penuh birahi sehabis berpacu mengarungi lembah kenikmatan. Entah Jam
berapa kami tertidur dengan mimpi indah kami berdua.
##########################
Di
atas loteng aku dari awal sampai akhir menyaksikan adegan panas antara
istriku dan Budi, sahabat anakku Rio, yang berbeda usia sangat jauh 31
dan 13 tahun. Sungguh tidak masuk dalam akal sehat. ABG di usia yang
masih muda belia sudah mengetahui perilaku seks. Bahkan istriku saja
dibuatnya buta segala-galanya, dunia terkadang memang aneh. Entah apa
yang terjadi selanjutnya antara istriku dan anak itu. Dari apa yang
dibicarakan mereka berdua, sepertinya akan ada kelanjutan lagi.
Akhirnya aku hanya menghela nafas panjang lantas berbaring di atas
loteng dan akupun tertidur dengan batang kemaluanku masih mengeras.
SOLUSI CANTIK & PERKASA DI RANJANG
BalasHapusKLIK DI BAWAH INI
✔ Obat Pembesar Penis Vimax Asli
✔ Pelangsing Badan
✔ Obat Kuat Sex
✔ Alat Pembesar Panyudara
✔ Pemerah Bibir
✔ Perontok Bulu Kaki
✔ Cream Pemutih Wajah
✔ Obat Peninggi Badan
✔ Obat Perapat Vagina
✔ Minyak Pembesar Penis
✔ Aneka Kondom
✔ Perangsang Cair
✔ Alat Bantu Sex Pria
✔ Penghilang Bekas Luka
✔ Pemutih Kulit Ketiak
✔ Obat Bius Liquid Sex
✔ Alat Bantu Sex P/W