Cerita ini adalah sekuel dari Asmara di Pulau Mentawai
—————————————–
Setelah beberapa saat hubungan antara Jonas dan Reisa berjalan
mengalir seperti air. Tiada lagi penghalang hubungan mereka di pulau itu
meskipun masih bersifat sepihak karena tak diketahui oleh kedua orang
tua Reisa di Padang. Kini mereka berdua menjalani hubungan seperti
layaknya suami istri. Namun kebahagian mereka itu tak bertahan lama dan
hanya berjalan sebulan penuh. Secara tiba tiba Jonas mendapatkan surat
pemanggilan untuk segera pulang ke Semarang, dalam surat itu Jonas tak
diberi tenggat waktu untuk mengulurnya. Dengan berat hati karena masih
menjalani manis madu perkawinan dengan Reisa di pulau itu Jonas pun
kembali ke Semarang. Di malam terakhir itu
Jonas pun memberikan Reisa siraman bathin yang cukup sempurna. Berkali
kali ia menghantarkan Reisa ke puncak kepusaan sebagai wanita dewasa
diatas peraduan mereka berdua. Dikamar itu hanya cahaya temaram lampu
dan deritan ranjang yang menjadi saksi pergumulan dua insan yang tak
lama lagi akan terpisah jarak.dalam kebisuan malam yang dingin dan
tenang itu, hanya terdengar lenguhan Reisa dan Jonas yang masih berpacu
dalan birahi. Beberapa kali Reisa melenguh histeris menerima sodokan
kemaluan Jonas didalam rahimnya. Menjelang pagi akhirnya mereka
menyudahi persetubuhan itu dan tertidur dengan saling berpelukan dan
keringat yang membasahi tubuh keduanya.Masih terlihat bercak-bercak
merah gigitan Jonas di leher, payudara Reisa, begitu juga di tubuh Jonas
terlihat bekas cakaran kuku Reisa saat mendapatkan orgasme.
Sore hari itu dengan diantar Reisa dan Pak Nur juga Bu Nur, Jonas
menaiki kapal yang akan membawanya ke Padang dan langsung ke Jakarta
lalu Semarang. Ada gurat kesedihan dimata kedua anak manusia itu karena
akan berpisah. Seakan tak mau melepas kepergian Jonas, Reisa sempat
menitikan air matanya. Tak lama kemudian kapal itu bergerak menjauh
meninggalkan pelabuhan Tua Pejat menuju Pelabuhan Muaro Padang. Setelah
kapal tak terlihat lagi.Reisa dan kedua suami istri itu kembali pulang
ke tempatnya dengan naik sepeda motor ojek.Sedang Bu Nur berboncengan
dengan pak Nur. Kini selama di tempat tugasnya Reisa melewatkan hari
harinya dengan sedikit rasa sepi. Tak terlihat lagi rona keceriaan di
wajahnya, Reisa seolah kehilangan seseorang yang amat menolongnya selama
ini. Namun karena adanya alat komunikasi, maka Reisa sering bertelepon
atau sms dengan Jonas. Rutinitas dijalaninya seperti biasa, sebagai
tenaga medis yang profesioanal ia tak boleh meninggalkan pekerjaannya.
Berangsur hari demi hari Reisa sudah bisa melupakan sedikit
kegundahannya. Namun jika ia dan Bu Nur masuk ke pedalaman tempat bekas
Jonas biasa bertugas, kembali rasa iba mengungkit kenangannya. Namun
karena hiburan dari Bu Nur selama ini yang menemaninya Reisa semakin
bisa menerima keadaan.Reisa pun sering main ke rumah Bu Nur untuk
sekedar mengisi waktunya yang lowong. Terkadang Reisa suka bermain main
dengan anak Bu Nur yang masih berusia 5 tahun itu. Sms dan telpon dari
Jonas pun sedikit demi sedikit mulai berkurang apalagi kini Jonas
ditempatkan di Pulau Sulawesi yang jaraknya lumayan jauh dari tempatnya
bertugas.
Diluar sepengetahuan Reisa dan Jonas yang menyebabkan perpisahan
mereka sebenarnya adalah Pak Nurfea sebab Pak Nurfea merasa tak nyaman
jika Jonas terlalu sering menginap di tempat Reisa. Apalagi Pak Nurfea
memiliki rencana tersembunyi dalam benaknya. Tindakan ini dilakukannya
karena sering melihat kemesraan kedua anak manusia itu.Tidak jarang jika
Jonas sedang bermalam di tempat Reisa, Pak Nur selalu berusaha untuk
mengintip apa yang dilakukan pasangan itu di kamar berdua. Rasa iri
dengki Pak Nur semakin menjadi setelah Jonas dan Reisa telah disahkan
secara agama meski secara sepihak, apalagi Jonas semakin bebas bermalam
dan berhubungan dengan dokter muda itu. Selama ini pak Nur hanya melihat
Reisa adalah seorang bidadari yang memang semata mata di turunkan di
pulau itu untuk mengabdi kesehatan.Ia tak punya keberanian untuk
mengganggu atau sekedar berdekatan apalagi istrinya yang juga tenaga
medis di puskesmas itu. Namun semenjak menyaksikan hubungan antara Reisa
dan Jonas yang telah jauh membuatnya menyurati pihak seminari di
Semarang untuk mengganti Jonas atau menariknya ke Semarang. Kini Reisa
sudah bisa menerima kenyataan di tinggalkan Jonas meski mereka telah
melakukan hubungan layaknya suami istri dan di syahkan sepihak. Reisa
semakin larut dalam rutinitasnya. Hubungannya dengan keluarga Bu Nur pun
semakin dekat.Tak jarang Reisa bermalam dirumah Bu Nur.Pak Nur yang
selama ini mempunyai maksud tersembunyi itu pun semakin senang jika
Reisa sering bermalam dirumahnya. Suatu ketika karena Pak Nurfea akan
berangkat ke desanya. Di desa asal Pak Nur akan diadakan pesta rakyat
karena saat itu adalah perayaan yang akan diadakan warganya. Sebagai
salah satu orang yang memiliki pengaruh dalam adatnya, maka Pak Nur
diharuskan hadir.Kebetulan Bu Nur tak bisa datang menyertai Pak Nur
karena anaknya kurang sehat. Sebab jika akan ke desa itu akan menaiki
perahu menyusuri hutan bakau dan cukup lama. Bu Nur pun menyarankan agar
Pak Nurfea mengajak saja Reisa yang saat itu sedang tak ada kegiatan di
Puskesmas. Reisa pun tak kuasa menolak ajakan orang yang sudah dia
anggap orangtua di daerah itu.
Selama perjalanan perahu dikayuh oleh nelayan setempat dan pak Nur
duduk dibelakang Reisa. Reisa amat takjub akan pemandangan hutan bakau
yang masih asli dan kicau burung yang sering terdengar. Kurang lebih 3
jam perjalanan dengan perahu,mereka sampai didesa asal Pak Nur. Mereka
mengemasi barang bawaannya. Selama perjalanan ke rumah Pak Nur, tak
henti hentinya Reisa mengangumi keindahan alam desa tersebut. Ia amat
terkesan akan suasana desa yang tentram dan segar itu. Reisa pun
berguman dalam hati, ia amat bersyukur bisa bertugas di desa itu sambil
berlibur seperti saat itu. Dengan berjalan kaki mereka akhirnya
sampailah di rumah keluarga Pak Nur. Rumah panggung itu terbuat dari
kayu dan beratap rumbia. Di dalamnya ada beberapa kamar yang dibatasi
papan seadanya. Setiba dirumahnya, Pak Nur disambut oleh saudara
saudaranya. Tak lupa Pak Nur mengenalkan Reisa pada saudaranya,meski
Reisa tak mengerti bahasa mereka saat itu, namun ia dapat menangkap
maksud dari kata kata Pak Nur dan saudaranya itu.Mereka lalu
dipersilahkan naik keatas rumah panggung itu. Di dalam rumah itu,Reisa
di berikan sebuah kamar untuk istirahat dan diantar oleh seorang wanita
seusianya.Reisa pun masuk kekamar itu dan meletakkan tas ransel
bawaannya. Di dalam kamar itu hanya ada satu dipan kayu yang cukup
sederhana dan hanya beralaskan kain tebal.Namun saat Reisa mencoba duduk
diatasnya,terasa cukup nyaman.Dari dalam kamar itu Reisa dapat melihat
sekitar rumah itu.Tak jauh dari rumah itu ada sebuah kandang babi yang
hanya di pagari dengan bambu.Bagi masyarakat desa itu,babi adalah hewan
ternak dan melambangkan status sosial mereka. Reisa kembali keluar kamar
dan berusaha duduk bersama sama wanita yang saat itu sedang
mempersiapkan pesta malam nanti.Tampak ibu ibu dan gadis gadisnya sedang
membuat bumbu masak juga menyediakan peralatan pesta. Sementara bapak
bapak dan pemuda sibuk menyiapkan alat alat dilapangan tak jauh dari
rumah panggung itu. Reisa tak melihat Pak Nurfea lagi.
Senja itu dimulailah acara pesta tersebut. Dengan mengenakan pakaian
adatnya, mereka keluar rumah semua.Tua muda,anak anak,larut dalam acara
tersebut.Mereka memenuhi lapangan yang kini dipenuhi orang orang yang
akan melakukan ritual acara adat itu.Bunyi tetabuhan alat musik jelas
terdengar.Reisa keluar rumah dan dari rumah itu ia menyaksikan acara
tersebut. Kaum bapak terlihat hanya memakai pakaian seadanya,seluruh
tubuhnya di penuhi tatto. Juga Reisa tak ketinggalan melihat Pak Nurfea
yang juga mengenakan pakaian adatnya.Tari tarian dimulai dengan semakin
kerasnya suara tetabuhan.Begitu juga di puncak acara dikukuhkan lah
salah seorang dari laki laki itu sebagai anggota adat. Puncak acara
malam itu dengan makan makan. Sebelumnya juga diadakan acara babi
panggang. Para warga desa larut dengan hiburan dan acara ritual malam
itu. Pak Nurfea saat itu mendatangngi Reisa dan mengajaknya untuk turun
di dalam keramaian dan kegembiraan masyarakat. Dengan menarik tangan
Reisa kedalam arena tari tarian,mereka pun kini sudah membaur dengan
sorak sorai warga desa. Semakin malam acara semakin terasa kental hawa
magisnya.Lalu diakhir acara para warga berebut makan babi panggang.
Reisa tentu saja tak ikut serta, namun Pak Nur memberinya makanan lain.
Malamnya semakin larut dan acara pun berakhir.Reisa pun disarankan Pak
Nur pulang ke rumah.Reisa menurut dan pulang sendiri,ia langsung masuk
kamar dan merebahkan tubuhnya yang saat itu merasa letih karena ikut
menari.
Di rumah itu,ia tak melihat penghuni lain. Tak lama kemudian Reisa
mendengar suara pak Nur masuk kerumah,namun bersama seorang wanita yang
tidak ia kenali.Tampaknya wanita itu adalah salah satu diantara gadis
gadis yang tadi siang menyiapkan acara.Reisa merasa heran kenapa suara
wanita itu juga masuk kekamar sebelah bersama Pak Nur. Tak lama kemudian
terdengar suara mereka yang saling tertawa. Terdengar oleh Reisa wanita
itu juga tertawa dan kemudian dengusan dua orang yang akan melakukan
hubungan badan. Suara suara itu memancingnya untuk mengetahui apa yang
dilakukan Pak Nur dan wanita itu dikamar sebelah. Melalui celah papan
yang berada dikamarnya dengan dada yang berdebar Reisa mengintip yang
dilakukan Pak Nur.Saat itu Reisa dapat melihat meskipun dikamar Pak Nur
hanya ada cahaya lampu dinding. Namun keingintahuannya semakin
membuatnya mengintip. Tampak tubuh Pak Nur yang meski tak muda lagi
itu,sudah telanjang bulat,begitu juga dengan wanita itu. Mereka sama
sama bugil. Reisa jadi tahu bahwa wanita yang dikamar pak Nur saat itu
adalah wanita yang siang tadi bersamanya.
Dengan penuh kekuatiran takut diketahui oleh Pak Nur, Reisa mengintip
kelakuan dua orang berlainan jenis itu dikamar. Reisa menyaksikan kedua
tubuh telanjang itu melakukan hubungan badan.Reisa sempat tak percaya
dengan apa yang dilihatnya saat itu. Apa mungkin Pak Nur yang ia nilai
amat setia dengan bu Nur sampai melakukan hubungan sex disaat itu.Apa
yang dilihatnya saat itu bukanlah mimpi. Sempat Reisa mencubit pipinya
meyakinkan dirinya tentang apa yang dilihatnya saat itu. Dengan jelas
Reisa menyaksikan hubungan kelamin kedua orang dikamar sebelahnya.Reisa
tampak jelas melihat saat Pak Nurfea memegang kemaluannya yang cukup
perkasa itu akan memasuki liang kelamin wanita yang kini berada di
bawahnya. Dada Reisa semakin tak kuat menyaksikan semua itu. Reisa pun
menjauh dan merebahkan dirinya di dipan kayu. Ia tak mampu memejamkan
matanya,apalagi suara suara persebadanan dua orang berbeda jenis dan
usia saat itu amat menganggu naluri kewanitaannya. Reisa jadi ingat saat
saat ia melakukan hubungan badan dengan Jonas dulu. Namun kini sudah
tidak ia rasakan lagi. Masih dalam pikirannya, ia ingin merasakan
kembali saat saat indah bersama Jonas dulu. Khayalan Reisa terhenti
karena mendengar suara dengus dan jeritan orgasme si wanita yang
berbarengan dengan suara Pak Nurfea. Reisa merasa mengigil jika
membayangkan hal itu terjadi lagi pada dirinya. Dari suara wanita itu,
ia dapat tahu bahwa si wanita telah orgasme dan disusul oleh Pak Nur.
Kemudian suara diam dan hanya deru nafas kedua manusia dikamar sebelah.
Suasana diam malam itu hanya sebentar, kemudian tak lama kemudian
Reisa mendengar kembali kegiatan kedua manusia itu. Reisa merasa heran
saja kenapa PakNur masih saja kuat untuk melakukan hubungan sex kembali,
bukankah barusan ia sudah klimaks. Berbagai macam pertanyaan berkecamuk
dikepalanya. Namun ia tak mendapatkan jawaban yang cukup karena suara
suara dikamar sebelahnya telah menganggu pikirannya. Kembali terdengar
suara derit dipan kayu dan dengus keduanya.Kini tak hanya dengus namun
suara pertemuan kedua paha yang besentuhan semakin jelas.Reisa tak
terlalu sulit menelaah apa yang terjadi di sebelah kamarnya saat
itu,sebab ia juga pernah melakukan itu dulu bersama Jonas.Namun Reisa
semakin heran dengan suara suara nafas pak Nur yang semakin kuat dan
goyangan dipan yang seakan mau patah.Reisa pun tak sampai hati
membayangkan hal yang demikian,sebab ia tahu persis bagaimana sosok
wanita yang kini disenggamai Pak Nur.Wanita itu terbilang masih muda dan
jauh sekali jarak usianya dan Pak Nur.Namun kenapa orang tua wanita itu
mengizinkan wanita itu bersebadan dengan Pak Nur yang memang sudah tua
dan berpengalaman.
Kini suara wanita itu semakin melemah dan nyaris tak terdengar
lagi.Yang kini terdengar hanya suara Pak Nur yang masih berpacu dengan
deritan dipan. Sayup-sayup terdengar suara si wanita yang minta berhenti
dan ampun agar Pak Nur tak lagi menggagahinya. Namun yang terdengar
oleh Reisa saat itu hanya deritan dipan yang semakin keras dan suara
nafas berat pak Nur yang semakin mengeras lalu berhenti. Reisa berusaha
mengintip kembali. Ia dapat melihat dengan jelas si wanita telah
tergolek mengangkang sedangkan Pak Nur yang berada di atasnya berusaha
menarik kemaluannya dari liang wanita itu. Reisa juga menyaksikan benda
milik Pak Nur masih saja tegak walaupun sudah klimaks didalam liang
rahim wanita itu. Lalu Pak Nur pun merebahkan tubuhnya disamping wanita
itu.Reisa pun kembali ke dipannya dan merebahkan diri.dalam kecapaian
pikirannya saat itu, Reisa akhirnya bisa tertidur. Suara kokok ayam dan
dinginnya udara pagi membangunkannya dari tidurnya. Pagi itu Reisa
bangun dan berusaha membuka jendela kamarnya.Tampak di luar rumah Pak
Nurfea sedang melihat lihat babi peliharaannya. Sambil memberi aba aba
dengan tangannya, Pak Nur memanggil Reisa agar ikut bersamanya.Reisa pun
merapikan dipannya dan mengambil sabun juga sikat gigi berikut odol.
Reisa tak menemukan orang lain di rumah itu. Namun ia turun juga dari
rumah dan menuju Pak Nur.Reisa menanyakan kamar mandi untuknya bersih
bersih badan. Pak Nur bilang disana hanya ada sebuah tempat mandi di
sungai. Sambil menunjukkan arahnya, pak Nur pun menemani Reisa yang akan
ke sana. Sampai di sungai tampak airnya amat jernih dan bening. Reisa
lalu berusaha menggosok giginya dengan sikat gigi yang ia bawa. Sungai
itu biasa digunakan masyarakat setempat untuk mencuci dan mandi. Tempat
mandinya ditutupi oleh dinding bambu.
Setelah membersihkan mulut dan sedikit cuci muka Reisa pun berlalu
bersama Pak Nur ke rumah panggung tempatnya menginap. Sesampai dirumah
Reisa terkejut karena di lantai telah tersedia aneka macam makanan. Saat
itu tampak wanita yang malam tadi bersebadan dengan Pak Nur yang
menyiapkan makanan. Setelah semuanya tersaji,mereka dipersilahkan
makan.Reisa pun hanya memakan nasi yang berlaukan ikan, sebab di antara
sajian itu ia yakin ada daging babinya. Pak Nur tampak makan dengan
lahap, berbeda dengan Reisa yang makan hanya untuk menganjal perutnya
saja. Setelah makan dan minum secukupnya mereka pun menghentikan makan
pagi itu. Wanita tadi dipanggil pak Nur untuk membereskan makanan yang
tersaji. Reisa pun beranjak kearah lain di rumah panggung itu. Sedang
Pak Nur masih memandang keluar rumah dari jendela.Pak Nur sempat
bertanya pada Reisa tentang suasana alam desanya. Reisa pun menjawab
amat senang di desa itu. Pagi menjelang siang mereka tak ada kegiatan.
Sedang sinyal hp tidak ada di desa Pak Nur itu. Pak Nur lalu mengajak
Reisa untuk berjalan untuk melihat lihat ladang yang di miliki keluarga
Pak Nur. Reisa pun setuju sebab mereka kembali ke tempatnya besok
harinya.
Siang itu, Reisa dan pak Nur menyusuri hutan menuju ladang milik Pak
Nur. Tak jauh memang dari kampung itu. Namun masih didalam hutan yang
masih penuh oleh pohon pohon yang lebat. Ladang pak Nur amat luas dan
ditumbuhi aneka macam tanaman seperti kacang kacangan, lada, juga
sayuran. Pak Nur mengatakan bahwa tak lama lagi ia akan panen. Reisa pun
mendengar dengan serius keterangan pria itu. Ia semakin salut dan
simpatik karena pak Nur dapat memanfaatkan lahan yang ia miliki demi
penambah pendapatannya. Jadi selama ini jika tak ada kesibukan Pak Nur
selalu ke desanya untuk melihat lihat ladangnya. Merasa capai berjalan
jalan, akhirnya Pak Nur singgah di sebuah rumah atau gubuk yang biasa
digunakan untuk beristirahat atau terkadang untuk bermalam jika menjaga
ladang malam hari. Di ladangnya Pak Nur juga memiliki gubuk yang cukup
untuk bermalam. Siang itu mereka singgah dan beristirahat. Dalam
gubuknya itu, Pak Nur juga menyediakan dipan dari rotan dan digunakan
untuk rebahan. Reisa suka sekali dengan suasana dalam ladang itu, selain
membuat nyaman pikirannya juga sangat alami. Di dipan kayu itu Reisa
menghenyakkan pantatnya setelah capai berkeliling sekitar ladang. Pak
Nur berusaha mencari kelapa muda yang memang sudah mulai banyak di
ladang itu. Pak Nur membawa 2 buah kelapa muda sebagai pelepas dahaga
mereka. Dengan golok yang dibawa Pak Nur, kelapa itu ia kupaskan dan
keluarkan airnya. Satunya di berikan pada Reisa sedangkan yang satunya
lagi ia minum sendiri.
Selepas meminum buah kelapa itu, dahaga Reisa sedikit teratasi.
Karena hawa angin yang cukup membelai kulitnya membuat Reisa merasa
ngantuk.Masih diatas dipan itu Reisa duduk dengan masih memandang
sekitarnya. Namun rasa kantuk membuatnya tak bisa menahannya, selain
malam tadi ia terlambat tidur karena gangguan dari sebelah kamarnya. Pak
Nur melihat Reisa saat itu lalu menyilahkan Reisa untuk istirahat dulu,
sedangkan Pak Nur akan ke ladang lagi untuk mengatapel burung, lumayan
buat makan malam nanti katanya.Reisa lalu rebahan di dipan kayu itu.
Sementara Pak Nur keluar pondok untuk mulai mencari burung burung. Dalam
tidurnya Reisa tak sadar bahwa cuaca mulai mendung dan seperti akan
turun hujan. Kemudian tanpa disadari Reisa, gerimis mulai turun dan
semakin deras. Reisa terbangun karena ada suara hujan dan hawa dingin
yang menerpa tubuhnya. Namun saat itu ia tak menemukan Pak Nur padahal
jam di arlojinya menunjukkan jam 5 sore. Mereka harus segera cepat cepat
kembali ke rumah Pak Nur. Tak lama kemudian Pak Nur pun muncul dengan
basah kuyup sambil membawa beberapa ekor burung hasil buruannya. Pria
itu masuk pondok dan melepaskan bajunya yang basah. Bajunya ia jemur di
tali yang berada di serambi pondok. Ia pun masuk ke pondok dan menemukan
Reisa sudah bangun dan duduk di tepian dipan. Dengan masih bertelanjang
dada Pak Nur pun bertanya pada Reisa
“Dik Reisa,,,apa kita pulang sekarang saja atau tunggu hujan berhenti?”
“Nanti saja Pak, biar hujannya reda dulu” jawab dokter muda itu.
Akhirnya Pak Nur pun kembali keluar pondok dan sambil menunggu hujan
reda, ia membersihkan burung hasil tangkapannya dengan pisau dan dicuci
dengan air hujan.
Burung burung hasil tangkapannya telah dibersihkan dan siap untuk
dimasaknya. Setelah dibersihkan burung burung itu diikatnya dan
digantung di atap pondok rumbia itu. Reisa asik memperhatikan Pak Nur
yang dengan cekatan membersihkan hewan tangkapannya itu. Lalu Pak Nur
pun masuk ke pondok, karena hujan kembali datang dengan disertai angin
kencang. Reisa lebih dahulu masuk dan duduk di atas dipan itu. Pak Nur
lalu duduk disamping Reisa. Ia menggerutu karena hujan belum juga reda
padahal ia ingin sekali membakar burung itu. Hawa dingin hujan saat itu
membuat kedua tubuh anak manusia itu semakin didera rasa dingin yang
amat sangat. Sedangkan Pak Nur yang tidak memakai baju karena bajunya
basah berusaha merapatkan tubuhnya ke tubuh Reisa. Dengan sedikit
penolakan dari Reisa Pak Nur tak merapatkan diri lagi. Ia hanya
menyilangkan kedua tangannya di dadanya karena dingin. Pak Nur akhirnya
berdiri menutupkan kain lusuh yang menutupi jendela sebab air hujan
masuk juga melalui jendela itu. Setelah menutup jendela, Pak Nur kembali
ke samping Reisa. Sambil berkata pada Reisa bagaimana jika mereka
pulang saja sebab hujan seperti tak akan berhenti saat itu apalagi
mereka terjebak dalam pondok. Reisa masih diam memandang kearah Pak
Nur.Ia pun menjawab agar menunggu beberapa waktu lagi agar bisa pulang.
Saat itu waktu telah menunjukkan pukul 6.00 sore. Hutan semakin gelap
dan seolah pondok mau roboh oleh angin kencang. Dengan dasar
pertimbangan itu, akhirnya Pak Nur dan Reisa berusaha pulang menerobos
derasnya hujan. Dengan memegang tangan Reisa, Pak Nur lalu keluar pondok
bersama Reisa. Tubuh keduanya semakin basah kuyup oleh siraman hujan di
hutan itu. Petir saling menyambar pohon dan mengangetkan keduanya. Di
bawah pohon besar yang cukup rindang keduanya berhenti sejenak. Rasa
dingin membuat keduanya semakin merapat dan tak memperdulikan dengan
siapa mereka bersama. Reisa tak lagi malu merapatkan tubuhnya pada tubuh
pak Nur,begitu juga sebaliknya. Pak Nur dapat dengan nyata merasakan
hawa hangat tubuh Reisa dan tonjolan kedua payudaranya. Dalam suasana
saat itu kembali mereka melanjutkan perjalanan sambil berangkulan takut
terjatuh karena jalanan setapak yang licin. Perjalanan menuju rumah Pak
Nur masih jauh. Syukurlah mereka menemukan sebuah tempat berlindung di
antara kaki bukit dalam hutan itu. Meskipun tak terlalu luas namun cukup
untuk membuat mereka berdua berteduh dari hujan yang cukup deras.
Mereka masuk ke dalam celah batuan yang menyerupai goa itu untuk
berteduh. Pak Nur meletakkan tas yang berisi hewan buruannya tadi lalu
melepaskan baju dan celananya yang sangat basah oleh hujan.Reisa seolah
malu melihat keadaan pak Nur. Ia hanya melengoskan wajahnya kearah lain
tak ingin melihat ke arahnya.
Pak Nur berkata pada Reisa agar mengeringkan bajunya agar tak sakit
nantinya.Reisa merasa malu untuk melepas busananya, apalagi saat itu ada
pria asing. Pak Nur pun memberikan alasan agar Reisa jangan terlalu
merasa malu padanya sebab kesehatan lebih penting. Apalagi saat itu
bajunya sudah basah semua. Pak Nur pun berusaha mencari tempat lain agar
Reisa tak merasa di lihat olehnya. Bagaimanapun Reisa merasa tak enak
hati jika berbugil ria didekat pak Nur. Merasa aman dari pandangan Pak
Nur, secara perlahan Reisa melepaskan busana atasnya, juga kaos dalam
yang selalu ia pakai, namun masih memakai bh putihnya. Terlihat belahan
dadanya yang putih dan mulus itu basah oleh hujan dan tanpa melepas bh
ia pun berusaha menjemur bajunya dengan meletakkan di atas batu yang
masih kering dalam goa itu. Pak Nur tanpa sepengetahuan Reisa masih
memperhatikan tubuh Reisa dari jauh. Ia amat menikmati kehalusan kulit
tubuh Reisa. Tubuh putih itu lalu melepas celana panjangnya dan tersisa
celana pendek yang selalu di pakai Reisa. Celana panjangnya ia jemur
dekat baju atasanya. Kini Reisa hanya memakai celana pendek dan bra yang
masih menggantung di tubuhnya. Dengan kedua tangannya ia tutupi benda
kenyal miliknya itu dengan rapat takut kelihatan pak Nur.
Tiba tiba Pak Nur mendekatinya, Reisa terlihat kaget dan makin
merapatkan silangan di dadanya.Sambil berkata pada Reisa, pak Nur
berusaha memberi Reisa rasa tenang. Reisa masih diam karena kondisi
tubuhnya tak memungkinkan ia bergerak sebab jika bergerak akan
menyebakan bagian tubuhnya akan terlihat.Pak Nur lalu mengajak Reisa
berbincang bincang mengenai hubungan Reisa dan Jonas. Dengan jawaban
seadanya Reisa menjawab bahwa ia sudah lama tak kontak lagi dengan Jonas
yang mungkin sudah melupakannya. Perasaan emosi Reisa terpancing oleh
kata kata Pak Nur saat itu. Tanpa ia sadari Pak Nur semakin merapat ke
tubuhnya yang tidak mengenakan baju saat itu. Tak sulit memang saat itu
karena situasi yang membuat kedua tubuh anak manusia itu semakin merapat
seolah membagi kehangatan yang tersisa di tubuh mereka. Reisa semakin
merapatkan tubuhnya ke tubuh pak Nur seolah merasakan kembali pelukan
Jonas. Pak Nur tak melewatkan kesempatan itu, dia seakan tahu apa yang
harus ia perbuat pada tubuh sintal dan mulus itu.Pak Nur berusaha
merebahkan kepala Reisa di bahunya dan membuatnya nyaman. Reisa pun
mengikuti saja tindakan pak Nur. Ia semakin rebah di bahu Pak Nur dan
memicingkan matanya yang ia rasakan semakin didera rasa ngantuk. Tangan
Pak Nur meraih jemari Reisa dan meremasnya ingin memberikan kehangatan
genggaman pada Reisa. Reisa seolah rela saja menerimanya dengan
menyambut genggaman jari tangan kasar milik pak Nur.
Pak Nur merasakan Reisa tak menolak jika di genggamnya.Ia lalu
menghembuskan hawa nafasnya yang hangat ke balik telinga Reisa.Rasa
hangat dan geli dirasakan Reisa dengan semakin menggemgam erat tangan
Pak Nur. Kini tampak Reisa pasrah di pelukan laki laki seusia ayahnya.
Tubuh Pak Nur merasakan dengan nyata detak jantung Reisa yang semakin
kencang,apalagi mereka tak dibatasi oleh pakaiannya. Kini kulit kedua
manusia berlainan jenis dan usia yang jauh itu semakin dekat. Rasa
hangat yang terasa diantara mereka mulai mampu memercikan gairah dan
birahi yang semakin nyata. Perlahan Pak Nur semakin merapatkan tubuhnya
ke tubuh Reisa.Tanpa malu pak Nur berusaha mencium pipi dan balik
telinga Reisa. Saat itu tak tampak Reisa menolak perlakuan Pak Nur
kepadanya.Reisa hanya merasakan ia amat butuh kehangatan yang terasa
nyata di sekujur tubuhnya dari tubuh Pak Nur.Perlahan Pak Nur
mengendurkan genggamannya dan jarinya mulai merayap kearah payudara
Reisa yang saat itu hanya tertutup bh. Tangan pak Nur berusaha
melepaskan silangan tangan Reisa. Tak ada penolakan yang berarti saat
itu. Kini jari jari Pak Nur dengan bebasnya meraba dan meremas kedua
bukit kembar Reisa yang masih tertutup bh itu. Seakan memiliki mata,
jari pak Nur melepaskan cup penutup putting bh yang dikenakan Reisa. Bh
itu pun terbuka namun masih berada didada yang putih mulus itu.Jari jari
Pak Nur tak henti hentinya melilin dan meremas kedua bukit salju yang
indah menawan itu.
Perbuatan pak Nur itu membuat Reisa semakin terpuruk ke jurang birahi
yang tak sanggup diungkap dengan kata kata. Kesempatan itu tak
disia-siakan pak Nur menurunkan wajahnya untuk mengemut dan menjilat
kedua bukit kembar yang empuk dan montok itu. Reisa tak mampu melihat
perbuatan pak Nur saat itu. Pikiran sehatnya tak bekerja dengan baik dan
malah cenderung menuntunnya untuk menerima dan membalas rabaan dan
jilatan pak Nur tersebut. Puas di wilayah dada Reisa, perlahan tapi
pasti tangan pak Nur terus turun ke arah selangkangan Reisa yang masih
mengenakan celana pendek dan celana dalam. Tangan Pak Nur langsung masuk
ke arah titik intim di tubuh Reisa. Jari jari kasar pria setengah baya
itu masuk di celah lepitan kelamin Reisa. Jari-jari itu terus masuk di
celah itu hingga menemukan daging kecil yang terletak diantara celah
kelamin Reisa. Reisa seolah kembali menemukan kenikmatan yang sudah tak
ia dapatkan sejak Jonas pergi. Dokter muda itu hanya mampu menerima
perlakukan Pak Nur pada tubuhnya dengan memejamkan matanya. Tubuhnya
kini sudah di tuntun sepenuhnya oleh pak Nur. Tak memakan waktu lama
bagi Reisa mendapatkan orgasme. Diraihnya kepala Pak Nur yang saat itu
sedang berada di belahan dadanya.
Setelah merasakan orgasme yang datang, Pak Nur berupaya melepas
celana pendek dan dalam Reisa. Setelah semuanya terlepas dari pemiliknya
tubuh Reisa sudah tak tertutup selembar benang pun. Pak Nur sangat
takjub melihat tubuh mulus dan menggairahkan itu yang kini terpampang
nyata di depannya. Tubuh dokter muda itu kini tak berdaya dan pasrah
menerima yang akan dilakukan si pria setengah baya. Pak Nur lalu
menurunkan wajahnya ke celah yang masih basah oleh cairan orgasme Reisa.
Mulutnya melata mencari liang yang selama ini amat ia inginkan. Kembali
kesadaran Reisa pulih saat lidah kesat itu perlahan masuk di celah
kemaluannya. Rasa geli dan sengatan birahi membuatnya semakin tak mampu
menahan laju gairah pak Nur. Kedua kakinya ia rapatkan agar kepala Pak
Nur menjauh dari celah intimnya itu. Namun semuanya percuma. Ketika ia
merasakan adanya gejolak dari dalam tubuhnya, tubuhnya seakan merestui
perbuatan Pak Nur itu. Bahasa tubuh Reisa mampu mengalahkan
pemberontakan akal sehatnya yang mulai pulih ketika itu. Tak lama memang
Reisa merasakan kembali meledakkan cairan di pusat kewanitaanya itu.
Liang kemaluannya mengeluarkan cairan pertanda ia sudah mendapatkan
orgasme untuk kedua kalinya. Pak Nur masih sibuk menjilati liang yang
kini basah oleh cairan cinta Reisa. Dengan lahap dan tanpa jijik, ia
telan lendir yang keluar dari celah kelamin Reisa. Reisa kembali
merasakan tubuhnya lemah total dan tak mampu bergerak. Syukurlah saat
itu,hujan pun sudah berhenti. Pak Nur melepaskan tubuh Reisa dari
dempetannya lalu mengambil pakaian Reisa dan menyerahkan pada dokter
itu. Sambil berkata agar cepat berbenah sebab secepatnya bisa sampai di
rumah. Dengan muka sedikit merah karena malu,Reisa mengenakan pakaiannya
yang sudah terlepas tadi. Ia tak mampu memandang kepada Pak Nur karena
bagimanapun kini ia sudah merasa terbuai oleh laki laki paruh baya itu.
Reisa merasakan tak ada lagi yang ia banggakan apalagi Pak Nur sudah
melihat dan memberinya kenikmatan meski mereka belum melakukan hubungan
kelamin.
Selama perjalanan mereka hanya diam membisu. Tak lama mereka sudah
sampai di rumah panggung Pak Nur. Reisa disarankan pak Nur untuk mandi
sebab tubuhnya sudah basah oleh hujan dan perbuatan mereka di goa tadi.
Reisa pun berjalan ke arah kamar mandi yang terbuat dari bambu itu.
Setelah selesai ia menaiki rumah dan mengganti pakaiannya dengan baju
tidur. Saat itu pak Nur masih membersihkan burung yang ia buru di
ladangnya tadi dan memasaknya. Malam itu setelah semuanya selesai berdua
saja mereka makan. Pak Nur menyuguhkan hewan yang ia buru siang tadi.
Dengan duduk di lantai mereka makan dengan lahap. Setelah merasakan
kenyang makanan itu di bereskan oleh wanita yang malam kemarin
berhubungan badan dengan Pak Nur. Reisa memuji masakan Pak Nur dan amat
menikmati hewan buruannya. Dengan bangga pak Nur menceritakan tentang
keahliannya berburu hewan di hutan. Begitu juga dengan bumbu masakan
yang ia campurkan ke makanan. Cahaya lampu dinding di rumah itu semakin
menambah kesan romantis malam itu. Reisa tak melihat wanita yang tadi
membereskan makanannya. Pak Nur pun mendekat kearah duduk Reisa. Sambil
meraih jemari Reisa, ia menarik tangan wanita itu ke bibirnya dan
diciumnya.Reisa berusaha menarik tangannya, namun genggaman tangan Pak
Nur sangat kuat. Pak Nur menarik tubuh Reisa kepelukannya.Reisa tak bisa
menahan tarikan itu hingga tubuhnya rebah di pelukan Pak Nurfea. Dengan
gencar pak Nur mengulum bibir tipis milik Reisa.Reisa seakan tak mampu
bernafas.
Ciuman pak Nur itu membuatnya semakin tak mampu lepas dari belitan
tangan Pak Nur.Reisa pun menurut dan membalas ciuman org yang cukup ia
segani dan tempat berlindungnya itu. Belitan lidah pak Nur mampu
membakar birahi Reisa. Apalagi tangan pak Nur ikut juga meraba dada yang
masih terbungkus kemeja piyama Reisa. Jari itu kembali menggerayangi
bukit kembar milik Reisa. Wanita itu hanya mampu menerima semuanya tanpa
penolakan sedikitpun setelah sekian lama ia gersang tak merasakan
kenikmatan hubungan biologis lagi. Pak Nur menghentikan tindakannya itu.
Pakaian Reisa sempat acak acakan. Sambil bangun dari duduk, pak Nur
menarik tubuh Reisa agar berdiri mengikutinya. Kemudian Reisa di
giringnya masuk kekamarnya. Reisa sadar ia akan diperlakukan pak Nur
seperti wanita yang kemarin ia intip. Sampai di dalam kamar, pak Nur
melepaskan genggaman pada Reisa yang masih berdiri mematung
memandangnya. Pak Nur menutup pintu kamar.Reisa lalu di ajak ke tepian
ranjang kayu milik Pak Nur. Ranjang itu hanya beralaskan tikar pandan
namun terasa amat hangat. Saat berhadap hadapan dengan pak Nur, Reisa
tak mampu memandangnya. Bak seorang penganten baru, pak Nur menciumi
bibir Reisa beberapa saat. Reisa hanya menerima saja. Kemudian Pak Nur
melepaskan satu persatu kancing piyama Reisa hingga lepas dan hanya
tinggal bh saja. Kemudia Bh itu pun ia lepaskan dan kini dada mulus
milik Reisa terpampang di muka Pak Nur.Dada Reisa masih kencang dan
montok, di lehernya teruntai kalung emas yang amat serasi dengan kulit
pemiliknya yang putih.
Seperti seorang bayi dewasa, pak Nur kembali menetek pada dada Reisa
yang kini semakin mengeras oleh gerakan mulut Pak Nur. Reisa semakin
tenggelam oleh samudera birahinya sendiri. Kedua tangan pak Nur menahan
bahu Reisa agar dapat ia pilin dan beri cupangan di dada mulus itu.
Reisa seperti makluk yang amat sensitif akan gairah yang dipancarkan Pak
Nur. Pria itu akhirnya merebahkan tubuh indah itu di dipannya. Ia
kembali berusaha melepas celana piyama Reisa juga celana dalamnya.tak
sulit memang apalagi Reisa sudah tak menolak dan mungkin juga ingin
melakukan bersama laki laki tua itu. Kini tubuh dokter itu sudah polos
seperti bayi dewasa yang butuh belaian dari laki laki dewasa. Pak Nur
pun tak mau kalah, melihat tubuh yang selama ini menjadi khayalannya itu
berada di depannya, ia lantas juga melepas semua pakaiannya hingga tak
tersisa. Dengan bangga pak Nur ingin agar Reisa merasakan Benda miliknya
yang sudah banyak makan korban itu. Memang selama ini Pak Nur bukanlah
orang sembarangan, secara luarnya orang hanya tahu ia adalah laki laki
tua yang hanya bertugas di pulau itu dan memiliki seorang istri. Namun
semua itu adalah karena kepintarannya menutupi yang sebenarnya. Pak Nur
yang saat itu sudah berusia kira 54 tahun sudah banyak mengambil korban
wanita. Semenjak ia berusia 18 tahun ia telah mencoba berbagai macam
wanita untuk di tidurinya. Tak peduli itu anak gadis orang, juga ada
istri orang yang bertugas di pulau itu, juga ada guru yang kini sudah
pindah, kadang dengan bule wisatawan yang sering datang ke pulau itu
juga pernah ia nikmati. Dan saat itu ia dapat menaklukan Reisa bukanlah
pekerjaan yang besar baginya.
Dengan pengalamannya selama ini, pak Nur mulai membakar birahi Reisa.
Dokter cantik itu hanya merem merasakan birahinya yang dibakar Pak Nur.
Sekujur tubuh Reisa kini sedang di jilat bibir kasar laki laki itu.
Tanpa melewatkan sedikitpun bagian bagian yang tersembunyi di tubuh
dokter itu. Reisa merasakan dirinya semakin terbang di awang awang,
berbeda saat ia mengalaminya bersama Jonas dulu. Pak Nur lalu membuka
kedua paha Reisa yang terlihat mulai basah oleh keringatnya dan bulu
bulu di paha itu membuat Pak Nur semakin yakin Reisa sudah bisa
disetubuhi. Pak Nur kembali menjilat payudara Reisa dan sesekali
mengigit putingnya. Kemudian lidahnya turun ke arah lepitan liang
kelamin dokter itu. Lidah pak Nur dengan lancar masuk liang sempit itu
meski sudah tak perawan lagi namun pak Nur masih merasakan jepitannya
masih mampu membuat lidahnya tak bebas didalamnya. Reisa semakin terbang
di awang awang merasakan tubuhnya semakin tak kuasa menahan birahinya.
Tiba tiba ia merasakan sesuatu yang akan keluar dari liang kemaluannya.
Memang kini ia sudah orgasme, cairan kewanitaanya dihisap Pak Nur dengan
lahap. Reisa semakin tak berdaya, tubuhnya lemah merasakan orgasme itu.
Selesai melahap semua cairan yang keluar dari liang Reisa, pak Nur
memposisikan diri di antara kedua paha jenjang itu. Tak sulit memang,
apalagi saat itu Reisa sudah telentang meresapi kenikmatan yang baru ia
rasakan. Pak Nur sadar ia harus kembali memancing gairah Reisa jika
ingin menyenggamainya. Perlahan Pak Nur meraba dan memilin kedua
payudara yang sudah licin karena keringat sang pemiliknya. Tak lupa Pak
Nur mengulum lidah Reisa dan membelitnya.Reisa yang semula hanya pasif
merasakan tubuhnya kembali ingin mengikuti kelakuan Pak Nur. Lidah Reisa
kini pun membelit lidah Pak Nur. Kedua tubuh bugil itu kini sudah
bercampur dan tak dibatasi apapun. Keringat keduanya semakin larut di
kulit masing masing.
Reisa kembali terbakar birahi dan siap melakukan apa yang diingini
Pak Nur. Reisa tak lagi merasakan kuatir terhadap apa yang kemarin ia
intip. Pak Nur membuka kedua paha Reisa dan membukanya. Kedua paha Reisa
dilipatkan keatas agar gampang ia masuki. Kini tubuh pak pak Nur sudah
sejajar lalu berupaya masuk.Reisa tak mampu melihat usaha pak Nur yang
mulai memasuki dirinya itu. Kepala kemaluan Pak Nur perlahan masuk
bertahap. Mungkin karena amat besar dan panjang namun Reisa merasakan
sedikit geli dan gatal bercampur ngilu.pak Nur memberi sensasi
tersendiri pada Reisa. Pertemuan alat kelamin mereka mampu membuat Reisa
dapat menerima Pak Nur. Pak Nur ingin merasakan kehangatan yang di
berikan lipatan kemaluan Reisa. Perlahan meretas jalan hingga semua
batang kokohnya amblas. Reisa masih menutupkan matanya. Pak Nur tak
menarik kemaluannya dari liang yang masih ia raskan sempit itu. Kini ia
dapat merasakan detak jantung Reisa dan juga nafas berat Reisa dari
dekat apalagi mereka telah menyatu. Pak Nur memandang wajah cantik Reisa
dari dekat dan dalam hati amat mengaguminya. Ia tak menduga akan dapat
merasakan tubuh dokter itu. Nafas berat Reisa membuat pak Nur semakin
dalam merasakan bahwa Reisa sudah bisa menerima dirinya seutuhnya.
Bahu, dada, dan leher Reisa yang jenjang sudah basah oleh keringatnya
sendiri. Pak Nur menarik pinggulnya perlahan lalu maju menusuk ke celah
sempit itu. Reisa merasa ngilu di kemaluanya semakin hilang. Ia malah
merasakan amat nyaman berada di dekapan Pak Nur. Kemudian pak Nur secara
berulang memaju mundurkan kemaluannya kedalam vagina wanita itu. Masih
menutupkan matanya, Reisa menggigit bibir bawahnya merasakan nikmat
hubungan saat itu. Hujaman pak Nur amat berbeda dengan yang ia rasakan
bersama Jonas dulu. Kedewasaan dan pengalaman pak Nur yang mampu
mengontrol emosi membuat Reisa nyaman menikmati persebadanan itu. Kedua
tangan Reisa meraih lengan Pak Nur yang kini semakin intens bergerak
memberinya kenikmatan. Juga kedua payudaranya bergerak naik turun.
Payudara montok Reisa terlihat sangat indah saat itu apalagi saat basah
oleh keringatnya.Reisa merasakan kembali orgasme dan mencengkram lengan
Pak Nur dengan keras. Pak Nur tahu Reisa telah mencapai kenikmatan,
namun ia masih belum apa apa. Pria itu memang amat pintar mengatur tempo
persenggamaan. Sampai saat itu Pak Nur masih belum klimaks, padahal
Reisa sudah tak kuat lagi merasakan hujaman di dalam rahimnya. Kedua
pahanya ia rasakan amat pegal karena terbuka, juga pinggulnya seakan
patah. Reisa sempat memohon kepada Pak Nur agar menyudahi saja
persenggamaan itu, namun Pak Nur bukanlah orang yang gampang di suruh
berhenti jika sudah melakukan sesuatu. Reisa semakin lemah dan tak kuat
menerima sodokan di kemaluannya. Benar yang ia lihat malam itu, si
wanita memohon agar berhenti dan terlihat sempat pingsan. Reisa tak
ingin ia mengalami hal yang sama dengan wanita yang ia saksikan
bersebadan dengan pak Nurfea saat itu.
Reisa mengakui Pak Nur memang kuat meskipun sudah tua. Ia masih kalah
tenaga dengan laki laki itu, Jonas saja tak mampu seperti itu. Namun
rasa orgasme memutus pikirannya saat itu. Reisa orgasme untuk kesekian
kalinya. Ia pun meraih lengan Pak Nur dan menarik lehernya keatas agar
dapat menciumi bibir tebal laki laki itu. Pak Nur tahu Reisa kembali
orgasme dan ia sendiri merasakan akan mearsakan hal yang sama.Dengan tak
terlalu cepat pak Nur menghujamkan kemaluannya sedalam mungkin ke liang
rahim Reisa dan melepaskan spermanya di dalamnya. Pak Nur baru bisa
klimaks setelah hampir beberapa menit menggauli Reisa. Reisa merasakan
ada rasa hangat di celah kemaluannya. Pak Nur masih berada diatas tubuh
Reisa tanpa melepaskan kemaluannya. Kedua tangannya membelai wajah dan
dada Reisa. Ia merasakan amat puas bersebadan dengan Reisa. Reisa hanya
memandang wajah Pak Nur dari bawah dengan pandangkan sendu seolah
kehabisan tenaga. Memang tenaganya terkuras habis saat bersebadan dengan
laki laki tua itu. Seiring waktu kemaluan Pak Nur kembali kesosok
semula dan terlepas dari jepitan liang Reisa. Saat itu barulah Pak Nur
merebahkan tubuhnya di samping Reisa.
Kedua tubuh telanjang itu akhirnya tertidur dengan saling berpelukan.
Jika ada yang melihat merasa janggal sebab laki laki yang memeluk
wanita itu memang sudah tua dan tak pantas bersama wanita muda yang
dokter itu. Namun yang terjadi dikamar itu adalah pemandangan yang telah
biasa bagi Pak Nur. Di dipannya itu sudah sering ia mengeksekusi wanita
yang ia inginkan memenuhi hasrat seksnya, tak terkecuali Reisa. Paginya
Pak Nur bangun lebih dahulu dan menyuruh seseorang memasak makanan
sebab ia akan mengajak Reisa makan pagi setelah tenaga keduanya terkuras
oleh permainan semalam. Pagi itu mereka berdua makan pagi dan
sebelumnya mandi. Sebelum berangkat kembali ke pulau, mereka masih
menyempatkan berhubungan badan. Sejak berhasil meniduri Reisa, Pak Nur
makin mudah untuk menikmati kehangatan tubuh dokter cantik itu kapanpun
ia mau. Kini Reisa dan pak Nur sudah seperti suami istri yang bebas
melakukan hubungan meski di ketahui Bu Nur. Selain di rumah, mereka
pernah melakukannya di ruang praktek, di hutan, di pantai yang sepi,
atau di tempat-tempat lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar