Rabu, 16 Desember 2015

Si Mbah

Nama saya Mila, saya seorang ibu dengan satu anak, dan sudah 5 tahun ini aku menggunakan jilbab. Sebagai ibu rumah tangga, tidak banyak yang saya lakukan, aktivitas saya hanya antar jemput anak saya yang masih TK dan mengurus rumah dan suami. 2 tahun yang lalu saya menjalani terapi akupunktur dengan seorang “mbah” akupunktur di kawasan Kelapa Gading sebelum tempat ini menjadi terkenal seperti sekarang ini. Saya menjadi pelanggan klinik ini atas saran adik saya Priska. Saya tau dia selama ini menjalani terapi akupunktur, namun bagaimana dan di mana kliniknya saya tidak pernah tau. Hingga akhirnya pada minggu malam setelah aku memaksanya untuk memberikan alamat kliniknya dia memberikannya. Saya tidak pernah membahas mengapa dia begitu berat memberikan alamat ini dan tidak pernah mau mengantar aku ke tempat ini. Akhirnya pada keesokan harinya setelah menitipkan semua urusan rumah tangga ke adikku ini aku berangkat ke klinik akupunktur ini. Adikku sebenarnya tidak menetap di rumahku. Dia tinggal bersama orang tuaku di Bandung. Mulai Senin itu anakku satu-satunya libur dan dia seperti biasa berlibur bersama orang tuaku di Bandung. Priska memang rutin ke Jakarta selain untuk kegiatan bisnis baju muslimnya dan pastinya seperti yang aku tau, pada hari Sabtu Minggu itu dia baru saja menjalani terapi akupunktur. Setelah mengantarkan Priska dan anakku ke biro travel, aku segera memacu mobilku ke alamat yang diberikan Priska. Priska tidak memberiku banyak informasi, namun aku bisa mencarinya dengan mudah. Priska juga tidak mengatakan padaku berapa biaya perawatan akupunktur disini. “Tiap2 orang beda-beda kok mbak, tergantung perawatannya bagaimana”. Begitu katanya, dan aku percaya dan tidak mungkin akan mahal, sebab aku tau bagaimana kemampuan keuangan Priska. Apalagi aku tau dia terapi lebih dari sebulan sekali ke klinik ini. Dan hasilnya menurutku cukup baik. Jam 9.30 aku sudah berada di klinik itu. Ruang tunggunya sepi. Tidak ada siapa-siapa, yang aku bingung tak ada petugas administrasi pencatat antrian pasien dan disitu disebutkan kalau hari Minggu tutup. Dalam hatiku berpikir mungkin kalau Minggu Priska pura-pura saja berobat di sini tapi aslinya dia pacaran, memang dia masih belum menikah, tapi dengan siapa dia dekat saat ini aku tidak pernah tau. Tiba-tiba terdenngar suara dari intercom “ibu mau akupunktur?” saya yang tidak tau pengoperasian akupunktur pertamanya bingung bagaimana menjawabnya. Akhirnya stelah tau harus bagaimana aku menjawab “iya pak, saya Mita kakaknya Priska”. Lama sekali tidak ada jawaban. Namun tak lama kemudian pintu yang bertuliskan ruang perawatan terbuka. Seorang laki-laki berusia 40an tahun, mempersilahkan aku masuk. Dia menggunakan safari putih namun dibawahnya menggunakan sarung berwarana hijau. “panggil saja saya mbah” begitu katanya saat kami berjabat tangan. Dibalik pintu itu ternyata bukan ruang perawatan dokter, namun lorong panjang yang berujung pada tangga menuju lantai dua. Saya dipersilahkan naik dan dia mengikutiku dari belakang. Agak risi juga, apalagi pada saat itu aku menggunakan celana panjang berbahan kaos yang pastinya cukup bisa memperilahatkan bokongku yang sudah melebar. Di lantai 2 terdapat beberapa ruangan, dan nampaknya aku pasien pertamanya hari itu. Di depan kamar2 tersebut ada seperti ruang tunggu yang dilengkapi TV. Kami duduk di situ. Mbah memberiku sebuah minuman the hijau hangat yang lumayan enak menurutku. Dia bertanya apa keluhan ku. Aku menjelaskan “ Mbah saya mau melangsingkan badan, Berat saya sudah 58 – 59, paha saya besar dan maaf Mbah, pantat saya juga melar sejak melahirkan” Saya agak gugup pada saat itu. Apalagi Mbah waktu itu hanya diam saja. Saya juga bertanya2, mengaapa orang seumur ini dipanggil Mbah. Dan dia juga bukan dukun. Dia Nampak ragu2. “Kamu kakaknya Priska?”
“Iya Mbah, selama ini kalau dia mau terapi selalu kerumah saya dulu”. Dia terdiam cukup lama, dan ini semakin membuat saya bingung. “Coba ke sini” katanya sambil melambaikan tangan agar aku mendekat. Aku berdiri menuju kearahnya yang sedang duduk di kursi. Begitu di dekatnya di suruhnya aku membalikkan badan. Dan tanpa ba bi bu dia memegang pantatku dengan kedua tangannya. Kemudian pahaku juga dipegangnya. Walaupun kaget tapi mencoba untuk tenang, karena kupikir ini sebagian dari pemeriksaan sebagaimana layaknya dokter.
“Ada keluhan lain, selain pantat dan paha” sahutnya lagi sambil tetap memegang pantatku. “Perut saya, Mbah, dan…” belum selesai saya bicara dia sudah menyela “Pantatnya normal kok…. Pahanya juga gak terlalu besar. Agak kecewa karena seolah2 ditolak saya menjelaskan “ Dulu celana saya ukuran 29 Mbah. Sekarang 30-31”. “ya sudah ibu-ibu itu wajar” sahutnya lagi. “Tapi saya sekarang gak berani pake celana jeans lagi mbah. Apalagi perut saya… mmmm lingkar pinggang saya sudah melar Mbah” lanjut saya sambil mengambil tangan kanan si Mbah yg sedang memegang pantat saya ke perutku. “Ohhhh…” Si Mbah bergumam. Puas dengan reaksinya aku pun mulai sedikit tenang “lengan saya juga mulai besar Mbah. Dan maaf ya Mbah payu dara saya agak turun”. Mbah melepaskan tangannya dari perut dan pahaku. Dia duduk bersandar sambil menengadahkan kepalanya ke arahku.
“Sebetulnya masih wajar Mila, mungkin…” belum selesai dia bicara, kali ini saya yang memotong perkataan si Mbah. Tapi saya gemuk dan berat badan saya naik 5 kg Mbah, dan ini agak kendor.” Kataku sambil memegang buah dadaku. Begitu si Mbah berdiri aku agak menyesal dengan kata-kataku, pasti dia akan memegangnya batinku. “Jarang olah raga ya?” katanya sambil memegang lenganku. Tak seperti yang kubayangkan dia beranjak ke lemari yang berada di dinding ruangan dan mengambil kimono dari sana. “ Tolong Tasnya” sahutnya sambil memintaku menyerahkan tas. Task u di masukkan dalam lemari, dan aku dipersilahkan masuk ke ruangan untuk berganti baju. Akhirnya aku lega, mau juga orang ini melayani aku. Aku sudah hamper menelepon Priska dan complain kok ada therapist menolak pasien. Di dalam ruangan itu terdapat sebuah tempat tidur pasien layaknya tempat tidur yang ada di dokter. Dan di sisi kiri ruangan hanya terdapat cermin besar yang ditempel di dinding. Setelah melepas semua bajuku dan menggunakan kimono, aku merebahkan badanku. Si Mbah membuka pintu, “duduk diluar dulu mbak, belum mulai kok”. Agak malu aku pun keluar ruangan. Aku duduk di sofa yang tadi dan si mbah memberiku secangkir the hangat lagi. Kali ini rasa dan baunya agak aneh. Warnanya agak kuning, dan baunya agak strong. Waktu aku minum aku agak tersedak, si mbah memberiku sepotong biscuit. “Ini biar gak eneg, Kalau minum sekali teguk saja” Belum aku minum di menuangkan sesuatu dari poci kecil yang aku pikir dari kentalnya itu gula. “ ya sudah minum ya…. Sekali teguk saja” katanya.
Aku minum, yahkkk jamu apa ini, dan pastinya tadi bukan gula. Agak muak dengan rasa the yang anyir akupun melahap biscuit dan menerima air putih yang disodorkan si Mbah. “itu untuk merontokkan lemak” kata si Mbah dengan dingin. Ekspresinya masih membuatku agak jengkel. “Ada keluhan lain?”. “ada mbah, saya agak keputihan.” Si Mbah melepaskan kacamata tebalnya. Hmm agak lumayan tampangnya kalau begini batinku. “Sering pakai panty liner ya?”. Aku mengangguk. “Mulai sekarang jangan di pakai ya”. Aku mengangguk lagi. “Punya pohon sirih?” aku menggelengkan kepala, lumayan bersuara nih si Mbah sekarang. “Ya sudah, ayo masuk” perintahnya. Di dalam aku disuruhnya tengkurap. Bajuku yang kutaruh ada di atas tempat tidur diambil kemudian dia taruh diluar. Entah di laci yang sama dengan tasku atau dimana entahlah.
Pengalamanku ini bermula dari sini. Dari ruangan ini dan dimulai dari sejak tangan-tangan si Mbah memijitku. Maaf buat pembaca pria mungkin aku kurang pandai bercerita.
Si Mbah mulai melakukan pijitan refleksinya di ke dua telapak kakiku. Namun tidak membuatku terlalu kesakitan seperti pemijat2 refleksi lainnya, namun cukup lama dan dia melakukannya dengan sangat teliti. Satu persatu, dan sama sekali tidak berbicara. Beberapa kali aku bertanya sekedar memecahkan suasana. Tapi dia diam saja. Terakhir aku bertanya lagi “Mbah, minggu kan tutup, tapi kemarin Priska ke sini ya?”. Dia pertamanya diam. Namun dengan sedikit menekan jempol kaki kiriku dia menjawab “Minggu dia gak terapi kok. Ini gak sakit ya”. “Nggak Mbah….” Berarti kemana tuh anak tiap minggu batinku. Soalnya kalau minggu dia berangkat pagi sampai di rumah paling jam 6 atau jam 7 malam.
Selesai dengan refleksi. Dia mulai memijit betisku. Ohh pake pijit toh batinku. Dia mengoleskan minyak yang cukup harum ke betisku dan mulai memijatnya. Dia membalurkan minyak itu sampai ke dua paha ku. Dan secara tidak sengaja ketika aku menggerakkan telapak kakiku, aku menyentuh selangkangannya. Hahh sepertinya si Mbah gak pake CD batinku. “Maaf mbah….” Ujarku canggung. “Jangan banyak asin-asin sama pedes2 dulu ya untuk sementara waktu, sama jangan pake sepatu tinggi. Kan sudah tinggi kamu” Aku melirik ke cermin di dinding kiri, Nampak dia menunjukkan keloid yg ada di pahaku. Ohh itu toh fungsinya kaca ini batinku. Dan dia juga gak membahas insiden tadi sama sekali. Kimonoku disibakkan lagi. Dari kaca aku melihat tangannya mulai memijit2 kearah pantatku dan bagian bawah kimono ini sudah tersingkap hingga dipinggangku. Kalau begini kenapa Priska gak bilang ya. Mestinya aku kan ditemani suamiku atau paling tidak Priska sendiri. Aku kan berjilbab. Tapi nampaknya si Mbah cukup professional, selama dia gak kurang ajar mungkin aku diam saja. Dan lagipun sepertinya dia gak aneh2 dengan Priska selama ini. Begitu pijitannya di pantatku, dia lagi2 tanpa babibu, langsung membuka celana dalamku. Aku yang agak kaget dan hendak protes jadi diam karena dia langsung sigap memijit pantatku hingga pinggang. “Nah ini kalau kamu rajin ngepel setiap hari pasti kenceng kok” Sambil kedua jempolnya menekan dia tulang panggulku. “Aduh ngilu Mbah”. “Coba agak nungging” Aku menurut saja, sambil melihat apa yang dilakukan si Mbah lewat kaca cermin. Ketika aku nungging dengan bertumpu di atas dengkul, si Mbah mengurut bagian samping pantat dan pahaku. Dan kurang ajarnya celdamku diturunkan hingga ke dengkul. Tapi pijatannya membuatku kesakitan hingga tak bisa protes. “Kamu harus sering-sering olah raga, dan ini panty liner jangan di pake lagi” Ujarnya sambil memungut panty linerku dan membuangnya. Aku hanya diam saja. “Sudah tengkurap lagi” perintahnya. Ditariknya kimonoku hingga pantat yang tak tertutup celana itu tertutup kimono. “Mbah celananya saya pake dulu…” Belum selesai aku bicara, “Ga usah nanti juga ditusuk jarum, buka dulu kimononya” Aku gak bisa protes dan nurut saja membuka lengan kimononya. Kimonoku diturunkan untuk menutupi area pinggang dan bawahku. Dia mulai memijit punggungku. Dan aku diam saja ketika dia membuka bra ku dari belakang. Dia mulai memijit dan mengurut punggungku. Ku akui pijitannya lumayan enak. Dan kali ini dia tidak banyak bicara, nampaknya dia sangat berkonsentrasi. Dia pun membiarkan saja waktu kimono yang menutupi pantatku secara tidak sengaja jatuh ke lantai. Sementara aku melihat diriku di kaca agak bingung mengatakannya dan membayangkannya. Aku berjilbab tapi boleh dibilang di bawah sana benar-benar telanjang. Celana dalamku melingkar di dengkul ku, sedangkan bra ku sudah tidak benar2 terpasang dengan sempurna. Waktu si Mbah memijat leherku, aku pun bertanya, “Apa kerudungku di buka saja Mbah?”. “Nggak usah… bisa kok”. Wah di liuar dugaan. Berarti dia benar2 professional. Aku pun berpikir. Di ruangan ini Cuma berdua, dan aku telanjang. Ahhh bukan Cuma diruangan ini. Di ruko ini tidak ada siapa2. Si Mbah Nampak tenang-tenang saja. Lengannya Nampak mulai berkeringat. Dia mengambil remote AC dan mengatur suhu ruangan agar aku tidak terlalu kedinginan. Diambilnya lagi kimono yang di lantai dan mulai ditutupkan ke punggungku. Dia berpindah ke atas kepalaku, dan memijat pundakku dari atas. Otomatis “anunya” berada tepat diatas kepalaku. Dia terus mengurut pundakku, dan aku melihatnya dari cermin. Sesekali “anunya” tentu menyentuh kepalaku. Aku agak geli melihat apa yang terjadi lewat cermin. Tapi si Mbah dengan tenang dan dingin meneruskan pekerjaannya. Selesai melakukan pijitan. Si Mbah mengambil jarum2 akupunktur yang berada di ujung ruangan. “Semuanya masih baru ya Pris”. “Mila Mbah…” sahutku mengoreksi. “Oh ya maaf”. Jawabnya
“Priska sudah berapa lama Mbah ke sini?”
“Oh Lama juga, hamper sejak buka”
“Bukannya sekarang dia sudah langsing Mbah?”
“Kalian sama, manja… jarang olah raga”
Bah jawabannya selalu sepotong2. Tiba-tiba perhatianku mengarah ke sarungnya. Hmmm “anunya” ternyata bereaksi juga. Aku agak geli, apalagi kalau dipikir2, lagi2 seperti tadi. Aku telanjang dan Cuma berdua dengannya, dan lagi2 kulihat “anunya” yang bangun dari balik sarung. Tapi sejauh ini, tidak ada tanda2 si Mbah kurang ajar denganku.
Ketika semua jarum di pasang di betis, paha, pantat, pinggang dan punggung, dia mengambil celana dalamku. “Ini saya cuci terus jemur ya”. “Iya Mbah, maaf ya… agak basah”. “Gak apa2. Sudah lama?”, “Sudah Mbah”. Si Mbah sekarang mematikan AC, dan keluar ruangan. Tak lama kemudian dia kembali, dan hendak memasang jarum di belikat dan pundakku. “Sudah terpasang semua, nanti tidur saja.” “Boleh saya telpon MBah?” “sebetulnya ga boleh ada HP di ruang rawat”. “Anak saya ke Bandung sama Priska Mbah”.
Si Mbah keluar dan kembali membawa HP. Saya menelepon Priska. “Ka sudah sampe mana?” “ Masih di Tol mbak, memang belum di terapi ya”. “Sudah ini sudah dipakein jarum”. “Lho kok boleh telpon”, “Iya aku minta ijin”. “Anakmu tidur Mbak”. “Ya sudah deh nanti sms ya kalau sudah sampe” “Ya Mbak, sudah minum jamu mbak?”. “Sudah tadi 2 gelas tadi waktu sebelum dipijit”. “Gelas? Kok pake gelas?”. “Ya gak tau deh, ya sudah ya Ka”. “Ya Mbak”
Aku tutup HPnya. Tadinya aku mau telpon suami tapi ya sudah nggak enak. HPnya pun aku switch off ku berikan HPnya pada Si Mbah. Si Mbah pun berlalu. Selama aku sendiri, aku merasa tusukan2 jarum ini membuatku sedikit merinding, terbayang bagaimana tadinya jarum ini satu persatu dipasang di badanku. Waktu tangan si Mbah memegang semua seluk beluk tubuhku. Terus terang itu saja yang aku pikirkan terutama “anunya” si Mbah yang berdiri. Aku juga kepikiran apa yang dilakukan dengan Priska, apa dia tegang juga, dan Priska yang jauh masih muda, langsing dan putih apa tidak membuat si Mbah tergoda. Apalagi reaksi Priska yang merahasiakan tempat ini. Aku melirik ke kaca lagi. Hmmm pantatku terlihat membumbung dengan jarum2 berasap di atasnya. Hmmm tadi si Mbah sempat mengintip miss V ku dong. Apa yang dipikirannya hingga dia ngaceng seperti tadi ya? Mungkin dia ingin melakukannya dari belakang, he he he aku agak geli memikirkannya. Ahhh tapi aku belum pernah di begitukan oleh suamiku. Tapi dipikir2 dia professional juga ya. Oh ya bagaimana keputihanku ya? Aduh jangan2 keluar deh. Kok tadi belum diterapi ya? Aku terus memikirkan yang tidak2 hingga aku tertidur, begitu terbangun Si Mbah sudah berada di ruangan lagi. Dan aku makin merinding ketika tangannya mulai mencabuti jarum2 tadi. “Mbah, keputihan saya bagaimana?” “Iya satu2 dong”. “Maaf saya takut keluar tadi”. Tiba2 tangannya memegang area itu dan aku benar2 kaget ketika dia pun mengusap2nya. Aku yang benar2 kaget tapi tidak marah atau bagaimana. Malah melihatnya dari kaca cermin. Ohh pemandangan itu makin membuatku sesak. Apalagi jari2 tangan itu mulai membelai liang miss V, dan aku diam. “Coba nungging lagi…” Aku pun menuruti perintah itu sambil melihat di cermin bagaimana erotisnya posisiku. Dipegangnya lagi miss V ku, dan terus terang aku terangsang. “Coba sekarang terlentang”. OK sekarang aku benar2 bugil di depannya, dan aku diam saja menurutinya.
Dia mengambil jarum lagi dan menusukkan di sekitar miss V ku. Lalu diambilnya minyak lagi dan dibalur di perut dan akhirnya payudaraku pun mendapatkan jatahnya. Aku melihatnya di cermin, bagaimana aku kini benar2 telanjang dan hanya menggunakan jilbab. Aku tau putingku berdiri saat dia membalurku. Aku malu tapi diam saja malah menikmati pemandangan di cermin. “Gak terlalu kendor, apa ukurannya mau dikecilin?” Ujar si Mbah sambil membalurkan minyaknya. Aku diam, bahkan mungkin tidak sadar kalau si Mbah sedang bertanya. “Memang dari dulu segitu MBah, Cuma takut kendor” aku tau putingku sekarang benar2 tegak, dan ketika si mbah menyentuhnya aku benar2 gak bisa menahan rasa geli yang sepertinya nyambung dengan tusukan jarum di sekitar vaginaku. Tanganku pun tanpa sadar melingkar di pinggangnya, napasku menderu, dan aku sedikit melenguh. Si Mbahpun memainkan jempolnya diputingku. Aku tidak berani menatapnya, hanya melihat cermin dari balik tubuhnya. Reaksinya masih dingin2 saja. Sementara itu tangan yang satunya pun berpindah kea rah miss V ku. Di putar2nya jarum itu dan aku pun mengelinjang dibuatnya. Satu per satu dicabutnya dan setelah tak ada satu jarum di tubuhnya aku pun membalikkan tubuh ke arahnya.
Membiarkan tangan kirinya bermain di putingku dan kanannya di vaginaku.
Vaginaku membasah apalagi saat jari yang ke 2 berada di dalamnya. Aku menggelinjang gak karuan, Si Mbah menarik kedua tangannya, aku agak kaget dan kecewa mungkin (aku agak lupa), tapi ternyata dia hanya membuka sarungnya, dan benar saja. Ternyata tak ada celana dalam dibaliknya. Dan Mr Happy yang berukuran sedang tak jauh beda dengan milik suamiku itu tegak terpampang dihadapanku. “Ayo….” Ujar si Mbah. “Aku belum pernah begini mbah sama…” Tangan si Mbah lebih cepat bergerak mendorong kepalaku dan mulutku pun bungkam oleh “anunya”. Aku yang tidur menyamping menghadap cermin bisa melihat si Mbah bottomless dengan tangan kirinya memainkan payudaraku dan tangan kanannya memainkan vaginaku. Sementara mulutku penuh dengan anunya.
Tangan si Mbah di vaginaku benar2 luar biasa, tidak sampai 5 manit aku pun kelojotan dibuatnya. Tak lama setelah aku meregang, tangan si Mbah mulai masuk lagi dan aku terbeliak saat tiga jarinya kini masuk. Akupun tidak kuasa menahan teriakan kecilku. Dan apalagi sepertinya salah satu jarinya menyentuh sesuatu yang bener2 membuatku kelojotan. Itukah G Spotku? Si
Mbah mengurangi satu jarinya, hingga aku sedikit bisa bernafas sedangkan tangan kirinya memegang kepalaku. Kali ini anunya yang tadi terlepas dibenamkan ke tenggorokanku. Dengan posisi miring begini benar2 membuat mulutku penuh. Dan kini si Mbah mulai menggenjotku. Aku lupa detailnya bagimana, tapi tak lama kemudian yg aku tau aku pun orgasme lagi. Tapi si Mbah tetap saja tidak mengeluarkan tangan dan anunya dari tubuhku. Mataku sudah berkali2 terbelalak2. Karena tidak kuat dengan apa yang terjadi aku sedikit mendorong tubuh si mbah. Tapi itu Cuma bisa membuat anunya keluar dari mulutku. Tangannya tetap bermain di anuku. Aku menggelinjang gak karuan hingga aku meregang dan akhirnya setengah terduduk menahan rasa di vaginaku. “Mbaaaaaaaaaaaaaaaah stop”. Tanganku meraih tangan kanannya meminta untuk mencabut dari vaginaku namun sekali lagi mungkin karena dia sudah tau di mana G Spotku, si mbah menekannya kuat-kuat dan menggosokkannya lagi. Akupun kelojotan lagi sambil menahan tangan kanan si Mbah agar keluar dari vaginaku. Sementara tangan kiriku mencakar pundaknya. Tapi upayaku sia2 walaupun aku sudah meminta2 agar si Mbah menudahinya tetap saja tangan kanannya menggosok2 vaginaku. Akhirnya setelah orgasme lagi akupun terkencing2 dibuatnya. Aku sudah gak tahan lagi.
Aku yang lemas lunglai tergeletak masih harus menerima hujaman anunya si mbah. Walaupun agak lama juga, akhirnya keluar semua sperma si Mbah di mulutku. Aku diharuskannya meminum semuanya, sementara sisanya masih meletup2 mengenai wajahku. Aku tidak boleh memuntahkan spermanya, atau membersihkan wajahku. “aku belum pernah begitu mbah”. “begitu apa?”.”Oral” Sahutku. “aku nggak ngerti istilah oral”. “aku nggak pernah cium anunya suamiku sendiri mbah”. Si mbah mendekatkan wajahnya ke wajahku “Apa itu namanya?”. “Iya mbah nyepong mbah”. Si mbah member aba2 agar aku membersihkan anunya. Akupun menuruti dengan menjilatinya hingga bersih. “ Yang bersih ya, mungkin sebentar lagi ada pasien lain yang datang” Kata si Mbah dengan dingin. Setelah bersih si mbah mengenakan sarungnya lagi. Dia mengambil sebuah gulungan daun sirih. “Ini obat supaya gak keputihan” Dimasukkanya gulungan sirih itu ke vaginaku. Dan ikatannya yang dari seutas benang kasur diikatkan ke pinggangku. “Jangan sampe lepas” Katanya. Aku pun berdiri ketika si mbah meraih kain sprei yang basah oleh kencingku atau apalah tadi itu aku gak tau. “Bajumu diluar” ujar si mbah dengan dingin. Sebetulnya aku ingin di peluk olehnya tapi aku gak berani. Sekejap aku melirik ke cermin. Ada sedikit sisa air maninya menggantung dari kening ke hidungku, dan aku tidak berani membersihkannya. Aku melihat ikat pinggang dari benang kasur dan aku pun berjalan dengan sangat hati2 agar gulungan daun sirih ini tidak lepas. Tapi sebetulnya ukurannya cukup besar dan layaknya tampon semestinya tidak usah diikat begini. Sesampai di luar yang ada hanya celana panjang dan bajuku saja. “Aku simpan semua bh dan celana dalam pasienku” ujar si mbah. Aku pun diam saja. Setelah berpakaian aku pun bertanya “ Semua berapa Mbah?”. “700 ribu” sahut si Mbah. “Mbah mahal sekali?”. “Memang Priska nggak bilang? Ya memang segitu, mestinya satu juta, tapi kamu tadi nyepongnya lumayan, jadi 700 ribu”. Aku bingung dengan jawaban itu. Aku tersinggung tapi gak bisa marah. “Cuma ada 300 Mbah”. “Di ruko seberang ada ATM Center. Saya tunggu ya” Si mbah masuk ke kamar mandi. Saya pun bergegas turun. Saat di anak tangga, pengaruh dari daun sirih di vaginaku mulai bereaksi. Aku geliii sekali. Apa lagi ketika aku harus nyeberang jalan. Di bawah terik sinar matahari jalan ramai, mulai terpikir oleh aku. Di balik bajuku ini aku tidak menggunakan underwear. Di depan ruko ini Mall Kelapa Gading. Aduh aku lupa di mana ATM mandiri. Aku bingung bagaimana kalau ada temanku. Karena biarpun atasan ini berlengan panjang dan berleher penuh tertutup tapi bahan kaos ini cukup bisa memperlihatkan payudaraku yg tanpa BH, atau celanaku yg juga dari bahan kaos. Duuuuh gimana kalau ada yg notice. Setelah bertanya ke satpam aku pun menuju atm center. Bekas sperma si Mbah mulai mongering di wajahku. Baunya sedikit menggangu, tapi aku takut. Aku jadi takut kalau ketemu saudara teman atau apalah. Karena tidak tenang aku berjalan agak cepat tapi, gesekan terhadap daun sirih itu membuatku benar geli. Tak lama efek daun sirih yg memberikan rasa isis mulai menyiksaku. Vaginaku terasa hangat sekaligus dingin terkena desiran angin. Daun sirih yang tadinya kering terkena cairan vaginaku yang keluar karena geli mulai mengembang. Dan akupun mulai sulit berjalan. Setelah mengambil uang aku pun berjalan kembali. Setelah berada di halaman Mall rasa di vaginaku mulai menghebat terutama setelah terkena terpaan angin yang mengenai tubuhku dan vaginaku yang makin ISIS. Tapi aku tahan setelah menyeberang dan berjalan kea rah ruko si mbah aku mulai tidak tahan, aku merasa vaginaku makin basah. Untungnya aku masih kuat masuk ke ruko si Mbah. Di dalam aku mulai tertatih tatih terutama ketika menaikki tangga. Sesampainya aku di lt 2 aku sangat terengah2. “Mbah, sirihnya aku lepas saja ya… Aku gak kuat” Si Mbah yang sedang duduk di sofa membuka sarungnya, “Ini dulu dong” tangannya menunjukkan anunya yang sedikit tegang. Aku bersimpuh di depannya menuruti perintahnya. Mulai kumasukkan batang kamaluannya yang belum bereaksi itu ke mulutku. Si mbah menarik baju kaosku hingga akupun topless. Begitu terbuka dimainkannya payudaraku. “Masih bagus… berapa ukurannya?” “34 C Mbah, tapi agghhh” aku disumpal lagi dengan anunya yang tak lama kemudian membesar dengan tegang. Aku disuruhnya berdiri dan dibukanya celanaku dan dibuka ikat pinggang daun sirih itu. “Hmmmm sudah basah”. “kayaknya… seperti tadi saja mbah”. Maksudku mengatakan itu adalah untuk menolak berhubungan badan dan melakukan oral saja, tapi si Mbah mulai menjilati vaginaku dan permainan lidah dan jarinya membuatku gelid an tak tahan lagi. Dan akupun menurunkan tubuhku, kupegang kemaluannya, ku arahkan ke vaginaku dan blesss. Vaginaku yang sudah basah penuh itu melahap habis anunya si mbah. Aku memejamkan mataku, aku sedikit malu. Ketika aku mulai bergerak naik turun putingku sedikit sakit tergesek dengan safari si Mbah yg masih terpasang. “Mbah curang, kok aku aja yang telanjang”. Si Mbah menepak pantatku, aku pun mencabut vaginaku dari anunya. Di berjalan menuju satu kamar. Di kamar ini tempat tidurnya benar2 tempat tidur, tapi seluruh ruangan dilapisi cermin. Dalam keadaan berdiri aku disuruhnya membukakan bajunya. Kini dia telanjang. Tubuhnya biasa2 saja. Dia merebahkan badannya, dimintanya aku menjilati anunya agar kembali mengeras. Saat aku menyepongnya HPku berbunyi tanda SMS masuk. “Ambil” ujar si Mbah. Aku mengambilnya, ketika kembali ku lihat si Mbah sedang berbaring sambil mengusap2 anunya yang makin tegang. “ Sinih…” Aku menuruti dan memang sudah tak sabar. Aku melihat di cermin bagaimana aku berada di atas tubuh si Mbah, meraih anunya, dan memasukkannya. Ohhh luar biasa, lagi2 aku memejamkan mataku. Aku mulai bergerak seperti penunggang kuda, payudaraku mulai berayun2. Si Mbah memainkan payudaraku. Dibandingkan dengan Priska payudaraku jauh lebih besar. Dia hanya 34 A. Tapi Priska tinggi semampai dan putih seperti ayahku. Sedangkan aku hitam manis. “Vaginamu enak Mil, ayo goyang” ujar si Mbah sambil menepuk pantatku. Dia pun aktif menyodok2 dari bawah. Tak lama aku pun kecapekan di atas. “ Belum keluar kan?”. Aku tidak menjawabnya. Dia kini di atas dan aku dibawah. Aku melihat dari kaca. Yg ada di plafon. Ya ampun init oh fungsinya kaca-kaca ini. Dan aku melihat bagaimana dia menarik kakiku hingga mengkangkang. Menaruh bantal di pantatku dan menghujamkan anunya. Apa yang aku lihat dan aku rasakan benar2 membuat aku melayang. Walaupun gaya misionaris biasa aku tetap melihat apa yg terjadi di cermin, sungguh2 luar biasa… melihat Si Mbah menyetubuhiku. Inikah yang dilakukan si Mbah pada Priska, dan juga pasien2 lainnya. Si Mbah tak kan menciumku aku tahu itu karena seluruh wajahku masih belum bersih sehingga selama ini dia berkonsentrasi dengan genjotannya saja. Tiba-tiba dia meminta aku menungging seperti tadi, ahhh aku belum pernah melakukannya. Saat aku nungging aku masih bisa melihat kaca di depan dan samping apa yg si Mbah lakukan. “Siapa namamu”. “Mila Mbah”. “Mila siapa?”. “Mila Mastiti”. “Ini Apa?”bentaknya. “Ini anunya mbah”, “Apppppaaaa anu”. Blessss dihujamkan anunya kuat2 ke vagina ku yg sedang nungging dari tadi. “uhhhhhhhh” aku melenguhhhh panjang”.”Apa namanya sayang?”.”Kontol Mbah”, “Bagus, berarti kamu sedang diapain”.”Dientot Mbah”. Aku ingat benar dialog itu. Akhirnya itu benar2 terjadi, dan aku juga ingat bagaimana kontolnya menghujamku tanpa ampun walaupun aku baru saja orgasme. Dalam posisi doggy style memang memungkinkan si Mbah menyentuh GSpotku. Aku habis orgasme 2 kali. Dalam kondisi lemas. Akhirnya si Mbah mengalungkan kakiku di pundaknya. “Sorry, di dalam ya….” Dia pun menggenjotku penuh nafsu, Dia pun meracau habis2an, dan itupun terjadi diapun berejakulasi di vaginaku. Aku sudah terlalu lemas, karena 2 kali orgasme waktu doggy style tadi. Posisi ini memnag tidak membuatku orgasme. Tapi itu tidak penting karena ini giliran si Mbah. Dan ini memang moment yang paling kuingat ketika tubuh si Mbah mengejang di atas tubuhku, dan aku melihatnya melalui cermin, bagaimana tanganku mencengkeram kuat pantat si Mbah yang sedang menghujamkan kontolnya ke vaginaku. Dan semburan sperma itu begitu keras dan deras rasanya. Aku menciumi pipi si Mbah dan bahunya.
Si Mbah mencabut torpedonya, sisa spermanya masih ada disemprotkan ke payudaraku, dadaku, dan aku pun mengerti untuk menjilatinya hingga bersih.
Sekitar ½ jam kami berbaring lemas, bel tanda pasien datang berbunyi. Si Mbah bangkit, “Tunggu 1 jam lagi ya” Ujarnya. Dia ke kamar mandi, dan aku tau di segera mandi. Saat dia mandi aku melihat diriku yang telanjang di cermin yang terletak di atap ruangan kamar ini. Tubuhku benar2 bugil, aku memegang selangkanganku yang masih terasa panas. Aku tersenyum melihat diriku sendiri. Apalagi mengingat apa yg baru saja terjadi. Selangkangan, perut, dada, leher dan wajah masih berbekas semprotan spermanya. Si Mbah memang gila batinku, aku benar2 dilecehkan. Tapi aku benar2 tidak menyesal.
Tak lama setelah dia keluar, aku pun hendak mandi. Tapi dilarangnya. “Gak usah gitu aja” Aku pun menurutinya. “Mbah besok aku boleh ke sini terapi lagi” tanyaku. “Boleh, jangan lupa bawa uang yg cukup ya biar gak usah ke ATM. 700 ribu ya.” Aku pun ingat dengan uang yg aku ambil tadi, lalu menyerahkan ke si Mbah. Sialan dia sudah pake aku seenaknya sekarang tetap saja aku harus bayar.
“Mbah, memang gak ada diskon buat aku? Mana cukup uangku Mbah? Priska kok bisa?”.
“Dia juga bayar kok, yah kalau bisa bawain langganan baru yang ok boleh kok” Ekspresinya masih saja dingin. Aku akhirnya bersiap siap menggunakan baju ku. Melihat si Mbah sudah rapih aku tau kalau sudah waktunya aku pergi.” Tunggu dulu di sini ya”. Si Mbah turun menghampiri pasiennya dan dari suara yang ada aku pun tau, pasiennya perempuan lagi. Tak lama suara mereka hilang dari pendengaranku. Sepertinya mereka berdua memasuki sebuah kamar lain. Tapi tak lama kemudian si Mbah yg masih rapih berada di kamarku lagi. “Cantik ya Mbah?”. “Nggak biasa aja, ibu2 muda juga”. Ahhhh mbah pasti bohong. Akupun bersiap2 pulang. “Tunggu dulu, semua baju dalamnya buat aku. Cepat buka! “ Aku menuruti perintah mbah membuka bra dan celana dalamku dan kuberikan padanya.
Setelah itu Mbah mengantarkan aku turun hingga ke parkiran. Ketika aku sudah di mobil, mbah mengetuk jendela kacaku. Setelah ku buka kaca mobil kepalanya menjulur ke dalam “Kamu enak juga” tangannya meremas2 dadaku. Sambil menyeringai dia berkata padaku “kamu buka rok mu!” aku menuruti perintahnya. Gila! Apa dia mau grepe2 aku dalam kondisi begini ya? Atau dia masih mau main lagi? Ternyata tidak rok ku diambilnya “sekarang kamu pulang, terserah gimana ya?” setelah berkata begitu dia mundur dan melambaikan tangannya. Aku berkali2 protes namun tidak di dengar dia malah berbalik masuk ke dalam ruang prakteknya. Aku kebingungan karena tidak mungkin turun, belum lagi aku malu oleh beberapa orang yg sempat melihat ke arahku. Akhirnya aku pulang juga. Sepanjang perjalanan aku menutupi bawahanku hanya dengan tas. Berkali2 aku mengumpat ulah si Mbah. Aku benar2 dilecehkan. Sesampai di depan rumah aku menelepon pembantuku agar membuka pintu pagar dan garasi. Di dalam garasi aku tidak langsung turun, aku menunggu siti membawakan sarung untukku. 
 Begitulah pengalaman pertamaku dengan si Mbah. Setelah itu aku memang selalu merasa bersalah, dan tidak pernah membahasnya dengan Priska. Hubungan kami sebagai kakak adik selalu canggung, dan tidak pernah bertatap mata dengan langsung.
Walaupun begitu, setiap malam atau pagi pagi sekali, aku selalu ingin ke sana, tapi bagaimana, aku tak punya uang yang cukup. Aku kadang kadang iri dengan Priska yg berpenghasilan sendiri dan bisa 2 minggu sekali ke sana.
Sampai akhirnya setelah 3 minggu tidak kesana suamiku bertanya bagaimana perkembangan terapiku. Aku keceplosan menjawab bahwa biayanya sangat tinggi. Suamiku tanpa diduga duga mendorongku ke sana lagi terutama untuk terapi keputihanku.
Akhirnya berbekal dengan uang dan ijin suamiku akupun berangkat. Dan hari itu aku melakukannya lagi dengan si Mbah, aku bagaikan orang kelaparan tidak saja diam pasrah menunggu perlakuan si Mbah, aku aktif melakukan apa saja yang aku bayangkan.
Apalagi sesuai dengan syarat si Mbah, aku harus datang tanpa underware. Seperjalanan aku tak henti2nya merasa kegelian dan sudah turn on tingkat tinggi begitu aku sampai dihadapannya. Sehingga hari itu saya memaksanya untuk melakukannya baru terapi.
Setelah puas, akhirnya aku di terapi juga. Kali ini sudah tentu tanpa minuman jamu khususnya itu. Selama aku menunggu punggungku di akupunktur. Aku mendengar si Mbah menerima pasien di kamar sebelah. Tapi sepertinya tidak terjadi apa2.Ketika dia kembali ke kamarku dan mencabut semua jarum di punggungku, sempat aku bertanya. “Pasiennya ga cantik ya Mbah? Kok ga di apa2in? “Cantik kok. Cuma kayanya gak bisa atau belum bisa. Lagian masa semua pasien aku kerjain. Kamu dulu kan gak mau aku gituin.” “Kok gak bisa? Memangnya ada pantangannya ya Mbah?” Dia diam saja tidak menjawab. Dan menyuruhku berbalik untuk memijit bagian atas ku. Aku sekearang tidur terlentang dan tidak lagi telungkup, dan yah tanpa busana sedikit pun kecuali jilbab yang memang tidak diijinkan untuk dilepas. Setelah dia memijit-mijit baik kaki perut dada, …..uh I love it. Dia mulai memasanga jarum2 akupunkturnya. Ingin sekali aku memintanya sekali lagi, tapi aku tidak ingin terkesan murahan kali ini. Aku mencoba menahan sekuat tenaga setiap dia memegang payudaraku dan vagina ku. Setelah selesai memasangnya dia pun keluar. Aku pun berkaca di cermin yang menempel di atap ruangan ini. Gila posisiku menantang sekali. Si Mbah menerima pasien lagi, dan yang aku tau lagi lagi tidak terjadi apa2. Setelah semua jarum di badanku dicabut, dia memintaku untuk berbilas membersihkan diri di kamar mandi. Sedangkan dia kembali menerima pasien. Setelah mandi dengan air hangat aku pun keluar dari kamar mandi dan sempat bertemu dengan si Mbah yang baru keluar dari kamar pasien bersama sang pasien. Sang pasien yang wanita muda dan kira kira memiliki problem berat badan juga member salam pada si Mbah dan berlalu dengan senyum ramah kepadaku. Si Mbah mengantarnya turun dan aku kembali ke kamarku. Ketika si Mbah masuk lagi2 aku bertanya: “Yang tadi cantik juga, kok nggak di…..” “Kan aku sudah bilang, nggak semuanya aku tidurin. Memang yang tadi oke, tapi belum waktunya.” “Kok belum waktunya Mbah? Memang biar mau, Mbah pake kaya pellet gitu ya? Dan sekarang belum bereaksi?” Si Mbah, diam. Aku jadi ngeri karena takut salah ngomong dan lancing. “Iya memang lah pake. Mana mau kalau gak di gituin dulu, apalagi perawan kaya tadi, aku harus tau dia sudah pernah liat burungnya cowok apa belum” Kaget aku mendapat jawaban dari Si Mbah, jadi semua cewek korban dia pasti dikasih pellet, tapi kok dia bilang ke aku? “Oh jadi pake pellet ya Mbah?” “Ya iya lah, aku yang akupunktur ya aku masukin semuanya ke badannya” Jawabnya tenang. “Tapi kok… harus nunggu dulu yang sekarang? Kalau aku kok cepet reaksinya?” “Kamu mah ga aku kasih apa2. Kamu beda. Adikmu iya aku kasih pellet pengasih gitu, kalau kamu sama sekali nggak” Aku bener2 kaget dengan jawaban si Mbah yang tenang apa adanya tapi benar menampar. “Jadi….. aku kaya cewe murahan yang kegatelan ya Mbah?” “Ha ha ha” si Mbah menyeringai bengis. “Aku memang membuatmu terangsanga habis kemaren, karena aku tau kamu memang mau dientot. Dan yang aku suka…” Mbah mendekati aku sambil menarik tali kimono ku hingga telanjang. Sambil tangannya merengkuh vagina ku dia berbisik di telingaku “Kamu enak, vaginamu empot2” Aku ingat sekali perkataan itu. Perkataan yang membuatku jijik dengan diriku sendiri. Setelah itu si Mbah melampiaskan semua nafsunya kepadaku. Dan berbeda dengan yang tadi pagi dia melakukannya dengan sangat beringas dan dia mulai menciumku. Sesuatu yang tidak pernah dilakukannya. Aku hanya melihat apa yang terjadi melalui cermin. Bagaimana tubuhku disetubuhi oleh si Mbah berkali-kali. Semua perkataan si Mbah tadi terngiang2 di otakku walau tak berlangsung lama, karena setelahnya aku terlalu sibuk dengan permainan si Mbah. Kami baru selesai jam 3 sore. Aku capek lapar walaupun mulutku sempat disuruhnya mengulum bersih penis si Mbah. Seperti biasa aku dilarang mandi dan disuruh pulang langsung. “Mbah, kalau aku beda, kenapa aku masih tetap harus bayar?” “Kan biaya terapinya sudah aku potong”Jawab si Mbah dengan kurang ajarnya.” Kenapa nggak gratis?” Tanyaku. “Bawa cewek lain. Kalau kamu bisa aku gratisin. Priska juga bawa temannya Debby sama Nine” Ohhh ngerti aku sekarang. “jadi aku juga bawaannya Priska dong Mbah?” “Aku sudah bilang, kamu beda kamu gak Cuma bonus. Nggak percaya? Ayo kamu nungging!” Akhirnya pun si Mbah melakukannya lagi kepadaku. Kali ini aku masih menggunakan baju yang baru saja aku pake. Hari ini aku menggunakan baju muslim terusan dari atas ke bawah. Begitu aku nungging, di singkapnya bajuku dan sedikit dia memintaku mengulum penisnya dulu agar kembali siap tempur. Tidaak sampai 15 menit kali ini kami menyudahinya bersama-sama. Si Mbah tidak mencopot penisnya, justru ditekannya dalam dalam sehingga orgasme ku luar biasa sekali apalagi aku melihatnya dari cermin, aku benar-benar merasakan puas saat itu. Sambil memelukku dari belakang si Mbah berkata” Kalau kamu hamil bilang saja aku yang tanggung jawab. Kali ini entah mengapa aku yang menciuminya berkali kali, memeluknya erat2. Ketika dia bangunpun aku mengulum penisnya untuk membersihkannya dengan penuh semangat hingga si Mbah sempat kelojotan dibuatnya. “Aku punya temen Mbah, sesame ibu-ibu yang nunggu anaknya pulang sekolah TK. Nanti aku tawarin ke mereka” Si Mbah memelukku dengan mesra, Dan akhirnya dia pun setuju dengan ideku itu. Seminggu setelah kejadian itu, ketika aku sedang memarkirkan kendaraanku di lapangan kosong dekat sekolah anakku. Jendela mobilku ada yang mengetuk. Si Mbah! Aku pun mempersilahkan dia masuk. Untung anakku sudah turun tadi. “Ada apa Mbah?” “Mana yang katanya mau kamu kasih ke aku?” “Oh aku sudah tawar2in ke mereka Mbah”sahutku terbata-bata. Aku benar-benar kaget. “Iya tapi yang mana? Aku gak mau yang sembarangan” “Itu mereka duduk di dekat mobil van itu sambil jajan dan ngobrol” “Kok nggak ada yang keren” “Yahh beberapa yg agak gemuk kan lumayan Mbah buat pasien biasa” “Hmmmm….” Si Mbah Nampak tidak puas, dan aku benar2 masih kaget dan ketakutan kalau ada yang lihat si Mbah masuk. Walaupun kaca mobilku cukup gelap pasti tadi ada yang liat si Mbah disamping mobilku. “Yang itu kan cantik Mbah, namanya Lis, dan yang itu Regy juga ok kan” “Jangan nunjuk2 nanti keliatan” ujar si Mbah. “Kalau di dalam Mobil nggak keliatan kok, kaca mobilnya ini gelap apa lagi pohonnya kan rindang ini Mbah” “Hmmmm, coba kamu turun, ngobrol sama mereka terus kamu tunjukkin mana yang Lis mana yang Regy. Yang apke jilbab itu nggak kan?” “Oh Itu Rita, dia yang paling tajir mbah, dia cantik kok. Masa nggak mau? Dia punya rumah banyak lo Mbah”. “Aku nggak Suka! Kamu turun idupin HPnya kamu telpon ini nomerku dan jangan di matiin biar aku denger, Oh ya buka semua baju dalammu, aku nggak suka ketemu kamu, kamunya pake kutang dan celdam” Aku menurutinya, aku lepas semuanya untung aku belum mens, padahal sudah hamper waktunya. Apa aku hamil ya? Aku pun turun dan aku segera menghampiri ibu-ibu itu. Kami ngobrol cukup lama. Tak lama kemuadian HPku berbunyi dan aku tau si Mbah memanggilku. Mungkin dia kepanasan di mobil. Aku pun pamitan ke ibu-ibu itu, dan sebagian dari merekapun pamitan termasuk Lis dan Regy. Kumpulan ibu-ibu itu pun bubar. Begitu sampe di Mobil aku melihat kaca depanku sudah tertutup lembaran Koran. “Kok ditutupin si Mbah? Tadi gak liat si Lis sama Regy dong?” “Liat kok, aku udah tau yang mana, aku gak suka Regy, apalagi Rita” Regy itu badannya bagus lo mbah, Rita apalagi dia sudah mau ikutan, dia mau besok katanya”. “iya aku dengar, aku gak suka” “Ya terserah Mbah sih, ini korannya aku lepas ya. Dari luar juga gak keliatan kok. Kalau mau aku cium juga boleh tapi gak usah pake Koran gini” Aku melepas Koran itu sambil menciumnya. Dia diam saja. “kalau itu siapa yang pake baju kuning Rambutnya panjang?” “Ya itu Lis, cantikkan?” “Iya Cuma kok gak ada toketnya, Regi yang baju coklat kan? Sama juga aku gak suka mangkanya sama Regy. Kalau Lis boleh deh” “Ohhh ya deh, ada lagi sih Mbah mungkin belum liat, Cuma dia datengnya pagi. Namanya Ida, tapi dia nganter ponakannya, terus langsung pulang. Oh ini liat di HP aku aja” Aku tunjukkan foto Ida dari hp ku. Nampaknya dia suka. “Yah ini lumayan, kayanya toketnya OK” “Duh si Mbah, dia mah lebih gede dari aku” sahutku. Aku menciumnya lagi kali ini dia membalas. Kami berciuman cukup lama. Akhirnya dia membuka kancing baju hem putih ku, menciumi buah dadaku. Dia tiba2 berpindah ke jok belakang sambil melepas celananya. “Di sini Mbah?” Tanyaku dari jok depan. Dia tidak menjawab. Aku pun dengan terpaksa berpindah ke belakang membuka hemku yang separuh terbuka dan melepas rok panjangku, sedangkan dia masih menggunakan hem lengen pendeknya. Aku menaikki pahanya dan perlahan-lahan kubimbing penisnya yang sudah tegang ke vaginaku. Blesss disentakkannya penis itu begitu kepalanya telah bearada dibibir vaginaku. Mataku terbeliak dan sedikit berkunang-kunang, belum pulih dari efek itu dia pun memompanya dari bawah, kali ini aku tidak kuasa untuk tidak berteriak-teriak. Selangkanganku serasa penuh, dan dia pun bergerak liar sambil menciumi leherku, aku memang sudah turn on sejak tadi tak ber underware jalan2 ke mana2. Gila, tak lama aku pun lemas. Direbahkannya aku menyamping di jok belakang, sedang kakiku dibukanya lebar2, dia pun memasukkan lagi penisnya, dan menggenjotnya dalam2. Mulutku melongo tak mampu bersuara, aku maunya teriak2 karena orgasmeku belum tuntas tadi, tapi si Mbah sudah mendorong2 dengan kuat dan dalam. Aku pun dapat lagi. Dia pun gak lama kemudian keluar. Cukup deras terasa di vaginaku. Sebagian dia keluarkan di perut dan dadaku. Akhirnya pun aku masih harus membersihkan dengan mulutku. Badan kami basah kuyup oleh keringat. “Cepat pergi dari sini, aku belum tuntas” Disuruhnya aku menggunakan baju dan celana, padahal aku masih lemas. Ketika mobil baru bergerak jalan aku pun masih belum bisa berkonsentrasi. Sehingga aku biarkan saja lambaian tangan ibu2 yang masih tersisa di situ. Mbah mengajakku ke sebuah motel kecil yang tak jauh dari situ. Yang aku tau, motel ini seperti ada cottage2nya dan ada garasi yang tertutup rolling door. Para penjaga hotelnya berlarian menghampiriku dan menawarkan ruangan. Ketika aku membuka jendela mereka kaget karena ternyata aku wanita dan berjilbab. Kami memasuki salah satu cottage dan setelah membayar sebesar 250 ribu si petugas memberikan kunci dan menutup garasi. Masih jam Sembilan pagi waktu itu. Dan kamipun melakukannya hingga jam 10 saja. Itupun aku harus bergegas kembali ke sekolah. Waktu pulang, si Mbah yang nyetir, sementara aku sepanjang perjalanan masih harus melakukan blow job. Si Mbah baru tuntas waktu sampai di depan sekolah. Si Mbah memarkirkan mobil agak jauh, baru setelah mobil terparkir dan berhenti, Si Mbah memeganga erat kepalaku dari belakang dan berejakulasi. Semua spermanya memenuhi mulutku dan kutelan habis. Aku sudah terbiasa dengan rasanya yang terus terang nggak enak. Aku cepat2 membersihkan mulutku dan merapihkan bajuku. “Mbah aku sudah telat, anakku paling sudah nunggu” “Yah gak apa2” Si Mbah mengerti dan cepat2 dia merapihkan diri dan keluar dari mobil. Setelah yakin dia pergi jauh, baru aku keluar. Baru saja aku keluar ternyata Lis dan anaknya beserta anakku sedang berjalan kea rah mobilku. “Hey kok telat, ke mana dulu sih mama nih” Kata si Lis. Setelah aku berbasa basi sedikit dan berterimakasih dengan si Lis. “Ayo cepet berangkat, kan anak2 mau sempoa” ujar si Lis. Aku dan Lis sama2 meleskan anaknya untuk sempoa.”Hey Mil, bersihin tuh mulut” ujar Lis mengaget kan aku. Aku gelagapan dan membersihkan mulutku dengan lengan bajuku. “He he he, ini lho…” Ujar si Lis sambil memungut seuatu dari pipiku. “Ihhh punya siapa nih” aduh ternyata ada bulunya si Mbah di pipiku. Lis tertawa terbahak2, “ohhh ketemu papanya ya” Anakku ribut bertanya2 apa lagi dipikirnya papanya ada. Aku kebingungan. “ya deh cepet berangkat yuk, ngaca tuh di mobil di deket dagu lu ada apa?” Ujar Lis lagi. Aku otomatis kaget lagi. Cepat2 di mobil aku mengaca di spion. Yakin sudah bersih dari semua rambut2, aku pun berangkat mengikuti mobil si Lis ke tempat sempoa. Ternyata sesampai di tempat sempoa, kekagetanku belum usai. Setelah turun dan mengantarkan anakku masuk kelas, Lis menghampiriku dengan menawarkan tissue dan menunjukkan cermin compact powdernya. “Liat nih, muncrat ke mana2” Aduh aku malu ternyata di bawah daguku ada bekas sperma si Mbah. Lis pun tertawa dan menyuruhku pulang. Sesampai di rumah, mobil kubiarkan di luar dan aku segera masuk. Siti pembantuku bertanya2 kenapa tak aku hiraukan. Ketika aku sedang membersihkan wajahku Tutik mengetuk pintu. “Ibu ada tamu” Aduh belum aku mandi udah ada tamu. Ketika aku keluar, aku pucat….. Si Mbah! Dia sudah menungguku di teras. AKu bingung. “Mbah aduh kok kesini?” Kataku setengah berbisik. “Sudah lama aku mau tau, di mana rumah mu dan Priska” Aku pun diam menahan rasa bingung dan sedikit marah. “Sebentar Mbah”. Aku memanggil siti dank u suruh dia berangkat dengan ojek menjemput anakku. Ahhh pokoknya harus tidak ada siapa2 di rumah ini, jangan sampai aku berantem sama si Mbah, Siti tau. “Cepet berangkat Tik, aku ada tamu ya” Setelah yakin Siti jauh, aku pun mengajak si Mbah masuk, Si Mbah menutup pintu dan menyergapku. Di Bukanya seluruh bajuku, dan kali ini jilbabku juga hingga aku benar2 telanjang bulat diruang tamuku. Aku sempat menolak dan memintanya menghentikan apa yang dilakukannya namun ketika dia sudah membuka semua bajunya dan mencengkeram vaginaku aku gak bisa apa2 lagi. Di karpet depan TVku aku diterjangnya habis habisan dari belakang. Yup doggy style yang tadi terlewatkan. Ketika aku mendapat peluang untuk lepas, aku meronta dan memintanya berhenti sebentar. Aku membuka kamar tamu yang biasanya digunakan oleh Priska kalau datang, dan mengajak si Mbah ke dalam. Kuhidupkan AC dan tanpa diminta aku bersiap2 nungging di atas tempat tidur. Kalau di karpet dengkulku sakit. Dan lagi kalau di sini aku bisa berteriak. Akhirnya aku di hajar habis di situ. Si Mbah mengakhiri permainannya dengan memposisikan aku dengan gaya misionaris. Lehernya penuh dengan cupanganku. Aku juga begitu. Gila nih Si Mbah. Tadi keluar di mobil 2 kali, waktu pagi dan kembali dari motel waktu aku blow job, sekarang di rumahku. Sudah 3 kali. Sedangkan aku sudah gak tau berapa kali. Setelah selesai, aku minta si Mbah pergi, karena takut anakku pulang. Aku nggak tau berapa lama kita main tadi. Dan benar saja. Gak sampai ½ jam anak ku sudah pulang. Lis mengantarkan Siti dan anakku. Di depan pagar Lis memintaku mengambil kunci mobil. “Mit, mainan anakku tadi kebawa sama anakmu di mobil kayanya”. Aku mengambil kunci dan membuka pintu mobil mencari mainan anak Lis. Sementara anak2 kami sudah berhambur ke dalam rumah bersama pembantuku. Waktu aku mencari mainan anak Lis, Lis menemukan BH dan celana dalamku, lagi2 dia mentertawakanku. Hari ini memang gila. Tapi masih tak seberapa, dalam hatiku, tunggu saja sampai hal ini menimpamu juga Lis.
 "Gila loe, quicky dimana kemaren?" Aku cuma mesam mesem aja menanggapi seruan Lis. Sementara teman2 yg lain bersorak menanggapi kata2 Lis. "Kok lu tau Lis?" Ruth bertanya penasaran. "Woooy udaaah..." Aku coba memotong pembicaraan, "ah ya tau lah, underware di mana2 sama mulutnya masih cemot!" Gila! Aku malu abis, pembicaraanpun meluncur dari yang menjurus sampe bener2 jorok. Ahh tiba2 aku berpikir, tunggu aja kalau mulutmu yang kebobolan, aku gak jadi marah, malah menimpali semua omongan yg sudah benar2 jorok itu. Akhirnya setelah bel sekolah berbunyi dan sebagian ibu2 berangkat pergi, akupun beranjak hendak pulang, Lis menghampiriku, "Mil, anterin ke situ dong akupunktur" "Aku pikir lo ga mau Lis"
"Mau cuma gw malu kalau ketauan, nih perut gw besar". Oh pantesan dia selalu pk baju longgar selama ini. Lis tidak terlalu tinggi, hanya 160 cm. Rambutnya panjang dibawah bahu, berkaca mata tipis, putih mirip cina. Sebetulnya dia biasa saja, cuma bibirnya agak sensual, dan wajahnya cukup manis. Badan biasa dan memang benar si mbah dadanya gak terlalu besar. Sepertinya 32A saja. Tapi pantatnya memang bohai, walaupun itu tidak pernah benar2 keliatan karena dia selalu berbaju longgar dan celana panjang.
Satu hal yang aku tau belakangan kulitnya putih mulus dan bentuk paha dan betisnya cukup indah.
Setelah berdiskusi apa yg ia ingin lakukan akhirnya kami semobil dengan mobil Lis menuju ruko si Mbah, walaupun aku sempat ke toilet untuk melepas semua underwareku. Lis ingin mengecilkan perutnya yg agak membesar dan ingin bertanya apakah akupunktur bisa membantu kesuburannya. Aku dan Lis sama2 baru memiliki anak satu dan sulit mendapatkan lagi. Walaupun entah mengapa aku mulai yakin aku sekarang benar2 telat mens dan mungkin sudah mulai hamil oleh si Mbah.
Singkat cerita sesampainya di ruko si Mbah, dia menerima kami dengan gembira. Setelah merawat Lis, si Mbah pun melayani aku dengan buasnya di kamar lain. Dia mengatakan semua bagaimana indahnya tubuh Lis. Seperti biasa dia merawat bagian belakang tubuh Lis dulu dan setelah semua jarum tertancap dia menggarapku di ruang sebelah. Dan itu ronde pertama. Ronde ke dua dilanjutkan setelah si Mbah membalikkan tubuh Lis dan menancapkan jarum akupunktur di bagian atas tubuh Lis. Si Mbah bercerita bahwa dia tidak membuka semua underware Lis, dan mengatakan bahwa sekarang bukan waktunya menggauli Lis. Hingga akulah yg menjadi pelampiasan si Mbah, dan aku seperti biasa menikmatinya walau aku tak bebas berteriak2 keenakkan merasakan permainan si Mbah.
Setelah selesai semuanya aku cepat2 menunggu Lis di ruang tunggu. Dan aku yakin memang si Mbah tidak mengeksekusi Lis hari itu.
Dalam hatiku aku cukup puas, dan apa yang aku peroleh mulai hari itu resmi gratisss. Horeee.
Keesokan harinya seperti biasa, kami para ibu2 berkumpul di dekat halaman parker sekolah, begitu kulihat Lis berangkat pergi, cepat2 akupun berangkat menuju ruko Si Mbah. Sesampainya di sana aku tidak menjumpai Lis, bahkan ketika aku masukpun tidak ada. Bahkan belum ada satu pasienpun karena masih belum jam 8 pagi. Sambil menunggu akupun membantu si Mbah menyiapkan seluruh ruangan terapi. Rupanya si Mbah ini cukup rajin, seluruh lantai sudah di sapu dan dip el dari sejak tadi pagi dia bangun. Dan dia pun sudah rapih dan mandi. Aku Cuma membantu membereskan tempat tidur sementara si Mbah menyiapkan semua jarum akupunkturnya. Jam 8:30 semua sudah siap, akhirnya aku pun di rawat oleh si Mbah, dan diakhiri dengan hal yang selalu aku nanti nantikan he he he.
Jam 9:30 aku sudah siap2 berangkat kembali ke sekolah, aneh kemana si Lis. Ketika aku pamitan dan turun pulang di ruang pasien tidak ada juga si Lis. Yang ada hanya 2 orang pasien satu laki2 gemuk dan perempuan muda yang aku yakin bukan type yang Mbah suka.
Kejadian itu berlangsung terus hingga akhir minggu, Lis tak datang ke si Mbah dan aku sekarang jadi rajin datang ke ruko Mbah pagi2 untuk membantu Mbah dan menunggu Lis datang. Mbah pun bertanya2 mengapa Lis tak datang2. Namun efek baiknya dari hal ini, aku sekarang diberi akses untuk masuk ke dalam tanpa harus memencet bel dulu. Mbah memberikan PIN code pintunya, sehingga aku bisa masuk dengan leluasa. Pada hari Jumat dimana sekolah pulang lebih pagi, dan setelah mengantarkan anakku pulang aku sempatkan mengunjungi si Mbah. Ketika sudah parker dan hendak turun aku melihat Regy berjalan terseok2 ke arah ruko si Mbah. Wajahnya memerah kepanasan dan keringat bercucuran. Hmmm nampaknya dia baru mengambil uang di Mall kelapa gading dan pastinya ada gulungan sirih di vaginanya.
Begitu dia masuk dan setelah yakin Regy sudah berada di atas aku pun masuk ke dalam. Ruang tunggu pasien Nampak kosong sepi. Memang hari jumat biasanya ramai tapi rata2 setelah jam 2 atau jam 3. Akupun bergegas masuk ke atas dan benar saja dari salah satu ruangan aku mendengar suara2 yang pastinya itu si Mbah dengan Regy sedang ML. Ahh si Mbah yang katanya gak suka ternyata Regy di embat juga. Aku mendengarkan semua erangan Regy dan teriakan2nya yang ternyata lebih keras dari aku. Dan tak jarang Regy menyumpah-nyumpahi si Mbah dengan kata-kata jorok. Sedangkan si Mbah yang terdengar hanya lenguhannya saja, atau perintah si Mbah seperti “ ayo kamu nungging!” halahhh ini pasti si Mbah akan menunjukkan kemampuannya dan benar saja tak lama kemudian Regy pun berteriak teriak dan melolong-lolong dengan kerasnya.
Aku mendengarkan saja apa yang terjadi di ruangan itu hingga suatu saat setelah Regy berteriak panjang dan ruangan menjadi sepi, si Mbah tiba2 keluar dengan kondisi masih telanjang bulat. Dia kaget melihat aku duduk di ruang tengah. Aku hanya tersenyum. Si mbah pun diam saja sambil menisyaratkan agar aku juga diam. Si mbah mengaambil air minum sambil mengambil sebatang rokok. Dia menghidupkan tv dan ternyata itu caranya dia mengecek ada tamu atau tidak di ruangan depan. Ahhh kenapa selama ini aku tidak diberi tahu, aku pikir itu tv biasa, dan tidak ada program CCTVnya. Setelah melihat tidak ada siapapun di ruangan depan si Mbah memindahkan chanel dan ternyata ruangan tempat Regy beradapun ada kameranya. Tampak Regy tidur tertelungkup kelelahan.
Aku yang gemas melihat penis si Mbah dari tadi berdiri menantang, mencoba meraihnya untuk membersihkannya. Si Mbah melarangnya, dia menuju ke kulkas dan mengambil 3 buah ice cube. Es batu itu digenggamnya sekaligus membalur pennisnya. Penis yang pasti kepanasan itu membuat semua ice cube itu meleleh terkena barang panas he he he. Aku makin gemas dan aku rebut butiran e situ dan mulai aku gosok2an ke penis Mbah. Batang itu makin mengeras dan membusung sehingga aku tak tahan untuk tidak mengulumnya. Aku tau Batang yang masih kuat itu tak akan meledak dimulutku. Aku berdiri dan mengajaknya ke salah satu ruangan, yah aku minta jatah. Aku buang 3 es batu yang tadinya aku genggam ke salah satu sudut ruangan, dan segera aku peluk dan cium dengan erat si Mbah. Mulutnya yang masih bau rokok itu menyambut ciumanku dengan buas. Sementara tangannya menyingkap rok panjangku serta memainkan vaginaku yang memang sesuai peraturan mbah tidak menggunakan apapun. Setelah merebahkan aku di tempat tidur dan melucuti rok ku si Mbah menindihku dan menciumi aku dengan kuat. Tiba2 aku merasakan ada rasa dingin di selangkanganku. Aku pikir itu penis Mbah ternyata tangan Mbah memasukkan satu buah es batu ke vaginaku, aku yang sempat hendak menjerit tertahan dengan bibir si Mbah yang masih mencium aku dengan kuatnya hingga nafasku sesak dibuatnya. Sementara aku mengelinjang2 akibat kemasukan es batu yang dingin di vaginaku apalagi jari2 si Mbah menusuk2 vaginaku hingga es itupun makin masuk ke dalam. Si Mbah bangkit sedikit dan diarahkannya penis ke vagina ku, bagitu masuk akupun tak kuasa untuk tidak menjerit2. Apalagi saat si Mbah memompa2 vaginaku, aku pun berteriak2 merasakan sensasi yang ada.
Tanganku mencengkeram punggung si Mbah sebagai pelampiasan atas apa yang terjadi di diriku. Si Mbah tiba2 berhenti bergerak, rupanya dia ingin membuka kaos lengan panjang yang masih aku kenakan. Tapi kaos itu tak dibuka dengan sempurna, ketika aku berusaha melepaskan kaos dilenganku, si Mbah menahannya. Tanganku berada di atas kepalaku terjerat oleh kaosku sendiri dan tertahan oleh tangan si Mbah. Ini membuat dadaku membusung sehingga membuat si Mbah dengan lapar menciumi dan menggigit2 kecil payudaraku. Aku berteriak2 lagi, dan sudah tak peduli kalau ada Regy di ruangan sebelah. Mbah menggenjotku dengan makin hebat. Karenanya es yang ada di dalam vaginaku terdesak2 hingga keujung rahimku, aku tak kuat lagi hingga akhirnya orgasmekupun datang. Tapi si Mbah bukannya berhenti malah menggenjot aku habis2an. Mataku terbelalak aku mengerang2 berteriak memintanya berhenti. Berkali2 aku berteriak memanggil namanya dan akhirnya seperti halnya Regy akupun menyumpahi si Mbah. Tiba2 kepalaku pusing dan orgasm eke dua dalam hitungan sekejap dari yang pertama tadi tak ter bending aku mengelepar merasakan akibatnya. Mbah menciumi ketiakku yang terlentang menganga.
Dia menyingkapkan jilbabku, dan kali ini membiarkan ku membuka kaos lengan panjang yang tadi di tahannya. Tapi ketika aku hendak sedikit menarik pinggulku Si Mbah malah menghentakkannya membuatku ngilu. Dia menciumiku dan leherku sementara aku masih mengerang merasakan sodokan yang dalam di vaginaku sementara tanganya memeras2 dadaku. Sedikit2 Mbah mulai memompaku. Aku sudah memintanya untuk stop dulu malah membuat si Mbah memompanya makin hebat. Aku rasa tak sampai 1 menitpun aku jebol lagi. Mulutku pun dibuatnya melongo saat dengan teganya dia memompa dengan lebih kuat lagi, aku pun hanya kuat mengejang sekali dan meronta2 dengan memukul dada si Mbah sebentar sesudah itu aku lemas nyraris tak sadarkan diri. Aku Cuma merasa lega ketika si Mbah menarik keluar penisnya dan berlalu dari ruangan.
Tak lama si Mbah pun kembali, dia ternyata mengajak Regy masuk. Mereka berbincang2 dan nampaknya memang Regy sudah mengira kalau aku yg ada di ruangan ini karena terdengar jelas tadi. Aku sudah tidak perduli lagi. Aku benar2 lemas. Mereka berciuman sambil berdiri. Regy mengusap2 penis si Mbah yang sudah tak sekeras tadi. Si Mbah sepertinya sudah merencanakan ini. Setelah merebahkan Regy di sampingku, mereka berciuman dengan mesra sekali. Tapi itu tak lama, Regy mengalami hal yang sama. Si Mbah mengambil es batu yang tersisa tadi walaupun tinggal 2 butiran kecil tapi pastinya membuat Regy bergetar2 dan berteriak2 seperti aku. Bahkan setelah KO yang pertama si Mbah membalikkan tubuh Regy dan di doggy style. Aku mulai agak sadar dan melihat penderitaan Regy. Wajahnya yg tak jauh dari wajahku terlihat berkeringat dan hanya bisa memejamkan mata sambil sesekali mulutnya menjadi monyong dan berteriak menahan apa yang dia rasakan. Tangannya akhirnya tak bisa menopang tubuh lemasnya. Regy tersungkur lemas namun masih menungging karena pinggangnya yang ditahan oleh si Mbah.
“Mila sini” perintah si Mbah. Aku menghampirinya dan si Mbahpun menciumi bibirku. Aku pun balas menciuminya sambil memeluknya. Sementara si Mbah juga masih memompa Regy. “Ambilin Es lagi”, aku pun berlalu keluar ruangan sementara Regy berteriak “Jangaaan aku sudah gak kuaaat”.
Ketika aku sedang mengambil es batu aku pikir satu saja cukup, aku gak tega melihat Regy, walaupun sejujurnya sekarang kalau aku mengingat2 bagaimana rasanya tadi kayanya enak sekali. Belum sampai masuk kamar terdengar Regy berteriak keras “Ampun Mbaaaaaah………” Ketika aku membuka pintu Nampak Regy tersungkur dan telah lepas dari sodokan si Mbah. Aku menghampiri si Mbah, ku berikan es batu itu. Ternyata Mbah mengambilnya dan memasukkan kemulutnya.
“Mau minum Mbah” Mbah menggelengkan kepalanya. “Nggak Kamu aja” Aku keluar mengambil segelas air putih, meminumnya dan setelah mengisinya lagi aku membawanya ke kamar. Mbah Cuma meminumnya sedikit. Dia sedang mengusap2kan e situ kini ke kontolnya. Aduh itu dari tadi belum juga meledak. Diambilnya jilbabku dan elapnya penisnya dengan jilbabku hingga bersih dan sekali lagi dibalurnya penis itu dengan es batu.
“Sepong dong” perintah singkat itu ditujukan ke Regy. Regy yang lemas tapi masih bisa menuruti si Mbah. Sedangkan aku di gamitnya dan kamipun berciuman sambil berdiri, sementara Regy mengulum penis si Mbah. “temanmu ternyata ok juga” Kata si Mbah sambil tangan kirinya mencengkeram kepala Regy dari belakang. Mbah melepaskan pelukannya kemudian memerintah Regy nungging lagi. Regy menuruti semua perintah si Mbah dan kembali lagi si Mbah memasukkan es ke liang vagina si Regy, walaupun Regy sempat meronta2 namun tenaga Mbah masih lebih kuat. Setelah Regy mengalami orgasmenya lagi, si Mbah memintaku nungging juga. Begitu terus dilakukan bergantian antara aku dan Regy. This is my first 3 some.
Sampai akhirnya si Mbah menuntaskannya kepada Regy. Semburan pertamanya di dalam vagina regy. Namun tak lama Regy pun disuruh Si Mbah untuk menyepongnya hingga sisa2 spermanya habis. Aku melihatnya dengan terkulai lemas setelah tidak tau sudah berapa kali aku orgasme.
Ketika Mbah keluar ruangan untuk mandi. Aku dan Regy hanya saling berpandangan. Aku agak lega waktu Regy tersenyum “Gila tuh orang” sahutnya. Kami sempat berbincang2 sedikit tapi tak lama terdiam karena nampaknya si Mbah sedang mempersilahkan seorang pasien di ruang sebelah. Aku terdiam dan tanpa aku sadari aku tertidur.
Ketika aku bangun, aku tak tau sudah jam berapa. Regy yang ternyata juga tertidur aku bangunkan. Aku segera berpakaian. Regy meminta aku mengambilkan baju di ruangannya. Setelah kami sama2 berpakaian dan rapih kamipun beranjak hendak pulang. Ketika kami berpamitan kepada si Mbah nampaknya dia sedang sibuk dengan pasiennya entah siapa. Begitu kami turun di ruang tunggu pasien aku sempat melihat ada 4 orang pasien yang sedang menunggu. Begitu di luar kami baru sadar bahwa hari sudah gelap. “Mil sudah jam 7 malem!” aku meraih HPku di tas aduuuuh ada 4 miscall dari suamiku. “Gy bantuin aku tunggu jangan pulang dulu” aku pun segera menelepon suamiku. Sebisa mungkin aku waktu itu beralasan dengan suamiku bahwa aku dan Regy setelah terapi melakukan fitness, spa dan sauna. Untungnya suamiku tidak terlalu marah apalagi dia juga mendengar bantuan alasanku saat dia berbicara dengan Regy. Aku juga gentian membantu Regy. Selesai saling membantu kami saling tertawa.
“Gy lain kali yang lebih seru ya?”
“Oh ya dong, gimana kalau nanti gentian kita yg ngerjain si Mbah?”. “Wah ide bagus tuh, cariin caranya ya”. Kamipun larut dalam pembicaraan dan saling menimpali member komentar atas permainan si Mbah tadi.
Dalam perjalanan pulang aku puas, dengan yang terjadi tadi. Walau ada 2 hal yang masih mengganjal. Mabh belum tau aku hamil, dan kemana si Lis? 
 Hampir dua minggu setelah Lis mendapatkan terapi yang pertama. Lagi2 di hari jumat, jam 11:30 saat aku baru sampai di ruko si Mbah dan membantunya membersihkan ruangan yang baru digunakan Mbah untuk menerima pasien langganannya. Aku terkejut waktu melihat CCTV ternyata Lis datang! Singkat cerita setelah Lis berada di dalam ruangan terapi aku pun keluar dan melihat ke CCTV apa yang dilakukan Mbah pada Lis. Mbah membuka kimono Lis dan mulai memijat2 bagian kaki betis dan paha Lis. Aku tak tau apa yang dibicarakan mereka karena hanya terdengar sayup2 dari luar ruangan. Kalau aku nguping, aku gak bisa liat di tv. Aku tak sabar menunggu Si Mbah membuka celdam Lis. Ternyata Mbah malam membuka pengait BHnya terlebih dahulu sambil terus memijat Lis. Nampak Lis agak kaget dengan perlakuan Mbah. Selesai memijat pada saat Mbah mempersiapkan jarum akupunkturnya Lis berusaha mengenakan kembali BHnya. Mbah membiarkan saja Lis melakukan itu.
Ahhhh Lis sepertinya jauh lebih baik dibandingkan dengan aku dan Regy batinku. Pada saat Mbah menancapkan jarum akupunkturnya, dengan tenang Mbah memelorotkan celdam Lis dan memasang jarum di pantatnya. Sementara celana Lis menggantung dip aha. Hmmm sama saja cara si Mbah ini. Begitu juga pada saat menancapkan jarum dipunggung Lis, Mbah pun membuka BH Lis dengan tenang juga. Tapi jika dibandingkan dengan yang dilakukannya dengan aku kenapa Mbah tidak mencoba merangsang Lis dengan sedikit meraba nakal di selangkangannya atau pura2 tidak sengaja menyenggolkan penis dibalik sarungnya ke kepala Lis saat memijatnya dari arah atas? Mbah lupa mungkin. Atau dia mendapat tanda seolah2 Lis tidak bisa digauli. Aku gemas dan agak kecewa.
Ketika si Mbah keluar, sambil berbisik aku bertanya “bagaimana susah ya?” Mbah mengangguk dan sedikit cuwek. Ahhh apa dia tidak berselera lagi dengan Lis? Gak tau kenapa aku penasaran sekali dengan Lis, terutama setelah kejadian dia membeberkan aku yang quicky di mobil. Dan keanehan dia yang tidak pernah datang2 lagi setelah terapi pertama. Berbeda dengan Regy, yang sekarang akrab dengan aku. Kami jadi sering bertukar cerita dengannya. Aku yang rajin datang pagi ke Si Mbah, sedangkan dia datang siang setelah mengantrakan anaknya pulang. Hanya saja yang aku tau perbedaan antara aku dan Regy, dia memang dibawah pengaruh sesuatu yang si Mbah tanamkan. Ada beberapa pantangan makanan yang tidak boleh Regy makan dan minum. Sedangkan aku tidak, tapi karena aku diet, aku jarang sekali makan banyak. Dan yang lebih menggembirakan aku memang tubuhku sekarang lebih berbentuk. Dadaku lebih kencang, pahaku walaupun belum mengecil dengan significan tapi lebih kencang. Dan mukaku juga jauh lebih bersih. Wajah Regy yang memang beramsalah dengan jerawat juga jauh lebih bersih. Mungkin karena sekarang kami sering facial ala si Mbah yang senang sekali menyemprotkan spermanya di wajah kami.
Aku sibuk dengan pikiranku walaupun seperti biasa Mbah sudah mulai melakukan serangannya di kamar yang jauh berseberangan dengan kamar Lis. Aku tidak pernah di kamar ini sebelumnya. Ketika Mbah mulai menghentakkan penisnya baru semua pikiranku buyar. Mbah membuka kakiku lebar2 dan mengganjal pantatku dengan bantal. Aduh luar biasa rasanya. Aku menahan semua eranganku dank arena sempat sibuk dengan pikiranku aku jadi tidak terlalu enjoy. Namun tetap saja akunya orgasme walaupun si Mbah tau aku kurang bersemangat. Si Mbah mengambil gelas air minum, sambil berdiri disamping tempat tidur dia memintaku melakukan blow job. Aku menurutinya dan tidak seperti biasanya 15 menit berlalu Mbah sudah klimaks. Dan kali ini si Mbah sedikit menuangkan spermanya ke gelas yang tadi diminumnya. Gelas yang sudah kosong itu kini sedikit terisi sperma. Aku pikir buat apa, tapi ketika si Mbah member sedikit sirup jeruk, air, dan es aku sedikit menebak bahwa itu akan diberikan ke Lis. Dan benar saja, setelah berpakaian si Mbah membawa masuk gelas itu dan melalui CCTV aku melihat Lis yang sudah dicopoti jarum dipunggungnya meminum sirup jeruk itu. Ha ha ha, Lis lo ga tau aja apa yang masuk ke mulut lo batinku.
Sambil menonton CCTV dari ruangan Lis, pikiranku melayang pada apa yang sudah terjadi padaku. Apa memang ya aku cewek keagtelan ya? Apa karena aktivitas sexku biasa2 saja dengan suamiku. Kenapa aku berbeda dengan Lis, Regy, dan Priska yang harus diguna2 dulu oleh si Mbah supaya bisa digaulinya? Aku juga berpikir. Si Mbah dengan cara ini pasti memiliki pasien yang cukup banyak yang kembali lagi padanya bukan saja untuk terapi tapi juga untuk melakukan plus plusnya. Memang kasian juga si Mbah. Pasiennya belum terlalu banyak. Dari aku Regy paling dia sebulan mendapat 2juta. Untung aku gratis. Kalau ada 10 orang seperti Regy pasti dia dapat 20 jutaan, pasti belum cukup dengan seluruh biaya2 ini. Mungkin dari pasien2 tidak tetap lainnya, kalau sekali datang 150 ribu………… ahh aku malas berhitung.
Lagi-lagi aku kecewa dengan perkembangan yang ada di kamar Lis, setelah menancapkan jarum dip aha, perut, Mbah tidak membuka BH Lis. Yah pasti buat apa toh Lis tidak ada complain dengan dadanya. Hmmm tapi Mbah cukup berani membuka celana Lis dan menancapkan jarum disekitar selangkangannya yang sedikit ditumbuhi rambut itu. Tapi reaksi Lis biasa2 saja. Dan Mbahpun keluar ruangan. Argh…….
Mbah kembali mengajakku ke ruangan pojok. Sesampainya di dalam kamar itu Mbah bertanya, “kok kamu kaya yang kecewa?”. “Yah aku pikir, Lis mau mbah, kalau Lis gak mau, besok2 aku gak gratis lagi dong ke sininya? Memang ajiannya Mbah sudah gak ada ya di badan Lis”. “Adak ok, aku tau ada. Sapa bilang dia gak bisa?” Mbah melanjutkan penjelasannya yang kira2 menurut dia mungkin Lis sudah memiliki PIL, sehingga keinginan bersenggamanya dilampiaskan ke PILnya. Semua yang bisa Mbah pake, adalah wanita2 yang kehidupan sexnya biasa saja begitu penjelasannya. Dan atau perempuan2 yang belum menikah entah perawan atau tidak tapi harus yang sudah pernah melihat asli penis, bukan melalui video atau gambar. Di luar itu tidak. Mbah menjelaskan, pasien langganannya tadi yang juga cukup cantik yang keturunan India walaupun cukup lama menjadi pasiennya sama sekali tidak bisa dipengaruhi oleh Mbah. Tapi perbedaannya dengan Lis, Mbah tau Lis dengan suaminya biasa2 saja, jadi pasti ada PIL. Aku bertanya bagaimana dengan Priska? Priska menurut Mbah, sangat mudah dia pengaruhi karena pastinya dia waktu pacaran sering memegang penis pacarnya, buktinya Priska sudah pandai melakukan blow job, walaupun menurut Mbah, keperawanan Priska Mbah yang merenggutnya. Debby teman Priska menurut Mbah sudah tidak perawan. Dalam kesempatan itu aku mengaku pada Mbah bahwa aku sudah terlambat mens 3 minggu. Mbah tidak kaget, dia menciumiku, dan menyuruhku untuk tidak menggugurkannya. Bahkan kalau aku mau, aku dimintanya untuk cerai saja dari suamiku, dan hidup dengannya. Tapi aku harus mengerti bahwa dia bisa bermain sex dengan siapa saja termasuk dengan Priska. Mbah mengatakan bahwa sebetulnya Priska sudah pernah mengajaknya menikah, tapi Mbah menolaknya. Dia bilang sudah gak perlu lagi cinta, Mbah cukup senang dengan kondisinya sekarang. Mbah bilang kalau dengan aku dia juga nggak mau formil dalam lembaga pernikahan hidup bersama saja katanya. Aku gak peduli dengan kata2 si Mbah, aku cukup puas si Mbah tidak memintaku untuk menggugurkan kandunganku.
Ketika Mbah keluar kamar aku pun bersiap2 ingin melihat aksinya kepada Lis. Bener2 bisa apa nggak ya? Di layar TV aku melihat Mbah mulai membuka jarum dip aha Lis, perut, dan ketika sudah mencabut jarum di daerah segi tiga Lis, tiba2 tangan si Mbah langsung masuk ke selangkangan Lis. Nampak Lis kaget dan berteriak. Namun Mbah diam saja bahkan tangan satunya langsung menelusup ke dada Lis mempermainkan salah satu susunya. Lis sempat berteriak jangan, namun waktu jari si Mbah menekan lebih dalam Lis yang tadinya tangannya mencoba menarik tangan si Mbah keluar dari selangkangannya menjadi meregang dan sambil mengerang2.
Ini adalah cerita terakhir dengan si Mbah, yang terjadi antara Mbah dan Lis benar2 diluar dugaan. Walau awalnya berjalan baik2 saja saat Mbah bisa menggauli Lis, dan Lis mengikutinya dengan suka rela. Aku sudah tidak mengikuti lagi di layar CCTV apa yg terjadi karena aku pikir tak jauh beda dengan yang terjadi padaku dan Regy. Sambil membaca majalah aku mendengarkan erangan2 Lis serta teriakan2 kecilnya. Namun tiba2 aku dikagetkan oleh lolongan panjang Lis. Lolongan itu tidak berhenti2.
Maaf aku tidak bisa menceritakannya, yg jelas Mbah mencoba melakukan anal sex pada Lis. Untung aku sempat menolongnya. Dan begitulah akhirnya, tak ada lagi hubungan kami dengan si Mbah.
Maaf bad ending, tapi memang itu adanya..........

1 komentar:

  1. seiko titanium | TITanium Art
    ‎Sega Titanium Games titanium nipple bars › products mens titanium watches › seiko-titanium-games medical grade titanium earringstitanium legs products titanium septum ring › seiko-titanium-games

    BalasHapus