Rabu, 16 Desember 2015

Evilution

Pertama kali baca, langsung kebayang visualnya diotak gw. keren neh cerita.
credit to 1st uploader/translater.
for your reading pleasure, enjoy!
Episode I – Kisah Kencan Seorang Wanita Yang Telah Menikah
Namaku Kevin. Isteriku bernama Amanda, dia selalu membuatku merasa bangga karena memilikinya. Ya bangga karena semua pria akan berhasil dia paksa untuk menolehkan kepala jika dia lewat dihadapan mereka. Kebanyakan temanku mengeluhkan bagaiman membosankannya isteri mereka dalam urusan seks.
Mereka jarang mendapatkan oral seks, para isteri mereka sangat jarang berpakaian sexy lagi. Dan kebanyakan dari mereka, contohnya Tom dan Boby, seks hanya berlangsung diakhir pekan saja. Itu jauh lebih baik dibandingkan kadang hanya sekali dalam sebulan saja.
Itu juga terjadi diantara Amanda dan aku sebelum semuanya berubah akhir-akhir ini. Ketika Boby bertanya padaku minggu lalu tentang berapa sering kami berhubungan seks, aku berbohong. Kukatakan padanya kami melakukannya sekali seminggu.
Dia menjawab hal yang sama, mengungkapkan simpatinya terhadapku. Aku tak bisa mengatakan yang sebenarnya kepadanya. Jika dia mengetahui bahwa sesungguhnya Amanda dan aku berhubungan seks tiga sampai empat kali dalam seminggu, dia akan mendesakku untuk mencari tahu apa rahasianya.
Dan tak akan mungkin kukatakan kepadanya kenyataan sesungguhnya. Bisa kukatakan kepadamu rahasiaku. Ini aman, karena kamu tak mengenalku ataupun Amanda. Kamu tak tahu tempat tinggalku atau apapun. Lagipula ini semua terdengar kurang masuk akal. Bahkan temanku sendiri mungkin tak akan mempercayaiku, tapi aku tak peduli apa kamu percaya atau tidak.
Sikap Amanda terhadap seks mulai berubah semenjak malam itu. Ya, mungkin terlalu berlebihan, yang kumaksudkan adalah, coba lihat kebelakang, aku menganggap kejadian tersebutlah penyebab dari perubahan sikapnya. Kejadian apa? Mungkin itu yang kamu tanyakan. Sebuah kencan. Ya. Kencan biasa… dengan pria lain.
Pria lain tersebut klien bisnis perusahaan kami, Mr. Charles. Aku tak terlalu mengenalnya, tapi kupikir dia seorang pria paruh baya yang menarik juga. Mungkin bisa dibilang sedikit gemuk dan rambutnya mulai agak botak dibagian depannya.
Dia terbang ke kota ini untuk mengurusi sebuah kontrak yang besar dengan perusahaan kami. Aku bukan termasuk dalam posisi eksekutif, tapi aku berteman akrab dengan beberapa direktur utama. Salah satunya bernama Henry, dia bertanya padaku apakah aku punya kenalan seorang wanita yang bisa menemani Mr. Charles berkeliling kota selama dia berada disini. Henry mulai merasa khawatir.
Dia sudah menghubungi semua kolega yang dia tahu tapi tak ada yang bisa untuk saat itu dan dia mengatakan padaku bahwa dia akan merasa sangat berterima kasih bila aku bisa membantunya. Aku coba menghubungi beberapa kandidat yang kutahu, namun mereka juga sedang sibuk disaat tersebut. Saat kuceritakan pada Amanda, dia bertanya kenapa syaratnya harus wanita yang masih single.
“Kamu tidak mencoba untuk mengirim seorang wanita nakal pada klienmu ini kan?” “Tidak, hanya seseorang untuk menemaninya berkeliling. Seseorang yang tahu tempat makan yang enak, tempat yang layak untuk dikunjungi, sesuatu seperti itulah.”
“Kalau ini memang sangat penting untukmu, aku mau melakukannya.” “Ini bukan seperti penentu hidup atau mati… tapi ini akan memberikan sebuah penilaian yang sangat baik buatku dihadapan salah satu bossku. Tapi, sejujurnya, sayangku, Aku merasa tak nyaman untuk mengijinkanmu melakukannya. “
“Kenapa tidak? Aku mengenal setiap bagian kota ini seperti yang lainnya, dan penampilanku tak mengecewakan untuk dilihat bukan?” Kutelan ludah atas statemen terakhir. Amanda sangat indah dipandang mata. Tubuhnya langsing semampai, buah dada yang terlihat tepat untuk ukuran tubuhnya, paha yang indah, pantat menggoda, rambut berombak sebahunya yang tergerai eksotis.
Tak pernah terlintas dibenakku untuk membayangkan Amanda yang harus menemani Charles untuk semalam, Tapi seperti yang dia katakana, kenapa tidak? Dia pilihan yang sempurna. Dia pintar membangun pembicaraan.
Charles akan dapat menikmati keindahan kota ini dengan ditemani oleh seorang wanita yang mempesona. Dan itulah yang terjadi, Amanda serius akan hal tersebut, seperti yang biasa dia lakukan. Dia terlihat sangat menawan malam itu.
Sesungguhnya, agak sedikit terlalu seksi, kuingat aku katakan hal tersebut malam itu. Make-up yang dia pakai sedikit berlebihan dari biasa yang dia pakai sehari-harinya.
Gaun yang dia kenakan memperlihatkan bentuk payudaranya yang indah dan kencang serta membungkus perut dan pinggulnya dengan sangat ketat, serta sepasang stocking dan sepatu bertumit tinggi. Charles pasti akan sangat senang, tak akan kuragukan lagi. “Jaga kelakuanmu,” kugoda dia. Dahinya mengernyit, merasa dilecehkan.
Kujelaskan padanya kalau aku hanya bercanda saja. Aku tahu kalau dia melakukan ini hanya demi aku saja. Dia telah melihat foto Charles, jadi dia tahu dia bukanlah seorang buruk rupa meskipun dia juga tahu kalau pria yang akan ditemuinya nanti bukanlah seorang yang rupawan. Kencan tersebut akhirnya datang dan terjadi. Sesudahnya, Amanda menceritakan padaku kalau Charles sangat menikmati malam tersebut. Akupun akan merasa begitu, dan kudapat sebuah telephone dari Charles hari Senin keesokan harinya.
“Hey pak, wanita yang bapak kirim untuk menemaniku, si Amanda, sangat mengagumkan.” Aku tak merasa perlu memberi tahunya kalau yang menemaninya berkeliling kota adalah isteriku sendiri. “Wah, dia wanita yang sangat sexy! Tapi aku yakin anda sudah pasti tahu itu,” sambungnya. Dengan cepat berikutnya kutahu kalau Charles telah mencoba mengajak Amanda untuk singgah ke kamar hotel bersamanya.
Isteriku menolaknya dengan halus dan mengucapkan terima kasih. “Mungkin lain kali jika anda berada dikota ini lagi, kita bisa saling mengenal lebih dekat lagi. Itu yang dia katakan. Sialan! Aku tak sabar menunggunya,” Charles menceritakan padaku, nada suaranya mengisyaratkan betapa semangatnya dia. Kuceritakan pada Amanda tentang telephone tersebut dan apa yang dikatakan Charles. Dia menatapku dan menyeringai lebar. “Ya, aku memang berkata begitu. Aku tak bermaksud apa-apa. Aku hanya tak ingin dia merasa sedih dengan dirinya.
Dia terus merayuku sepanjang malam dan aku hanya ingin membuatnya tak terlalu merasa ditolak. Kamu tahu kan, kubiarkan dia mengira kalau aku menganggapnya menarik. Merasa dia bangga dengan dirinya.” “Oh, dari yang dia katakan, kukira kamu sangat sukses.” “Well, itu hanya sedikit godaan yang tak ada ruginya.
Lagipula, aku tak akan bertemu lagi dengannya kan?” Amanda tertawa. “Kamu tidak jealouskan sayang?” Kuyakinkan dia bahwa aku tak merasa cemburu dan lalu kusergap lehernya dengan bibirku. “Apa kita merasa sedikit bergairah malam ini?” dia tertawa genit, menggapai kebawah untuk memeriksa kondisi selangkanganku.
Dia temukan jawabannya saat mencengkeramkan jemarinya pada tonjolan dicelanaku. Berikutnya kami memadu cinta dengan gairah yang hampir kulupakan, permainan cinta kami memang terjadi hanya sebagai rutinitas saja dalam tahun belakangan ini. *** Hampir satu bulan berikutnya aku dapat sebuah telephone dari Charles.
Dia akan datang ke kota ini dalam beberapa hari dan dia menanyakan padaku apakah aku bisa mengusahakan agar Amanda bisa menemaninya lagi. Kukatakan padanya kalau aku tak yakin bisa menghubunginya, Amanda sangat sibuk, terangku padanya, berusaha untuk mencegah isteriku bisa bersamanya lagi. Khususnya setelah apa yang sudah dia katakan tentang isteriku.
“Dia tidak memberiku nomer telephone-nya,” Charles mengerang. “Aku sangat berharap dia tidak membohongiku. Aku benci itu. Saat seorang wanita mengatakan padamu apa yang ingin kamu dengar, dan dia cuma iseng saja. Apa kamu tak merasa kesal juga?” “Ya, aku juga benci diperlakukan seperti itu,” jawabku dan kemudian berjanji untuk berusaha menghubungi ‘si sexy Amanda’.
“Tentu aku mau bertemu dengannya lagi, sayangku,” Amanda mengatakan padaku dengan acuh tak acuh saat dinner mealam. “Apa ruginya? Lagipula dia seorang klien yang penting, kan?”
“Ya memang. Tapi, aku hanya merasa kalau dia menginginkanmu agar mau diajak kekamar hotelnya kali ini. Bukankah kamu membuatnya merasa kalau kamu akan bersedia jika ada kesempatan lain?”
“Sayang, itu hanya taktik wanita saja. Semua pria suka disanjung dan digoda. Kamu juga kan? Aku sering melihatmu dipesta saat ada seorang wanita yang memujimu. Ingat Bertha yang mengundangmu untuk menggantikan tempat Roger suaminya, setiap saat suaminya sedang pergi keluar kota?”
“Dia hanya bercanda dan kamu tahu itu.”
“Begitu juga aku sayang. Itu poin yang kumaksud.”
Akhirnya kuhubungi Charles dan mengatakan padanya kalau Amanda bisa menemuinya hari Sabtu nanti. Dia sangat senang sekali. Dan Amanda, yang membuatku terkejut, terlihat bahagia karena akan berkencan dengannya lagi.
**
“Apa dia seorang yang suka merayu?” tanyaku saat dia sedang berdandan malam itu.
“Semua pria begitu kan?” jawabnya, mencoba memilih gaun yang akan dipakainya.
Punggungnya menghadap kearahku. Dia berdiri disana dengan hanya memakai bra dan celana dalam. Sepasang pakaian dalam yang sexy, berenda dan hampir transparan. Sebuah lingerie yang aku hampir lupa kalau dia memilikinya.
Biasanya, Amanda memakai pantyhose diatas celana dalamnya. Kali ini tidak. Kali ini dia memakai sepasang stocking hitam setinggi paha. Aku akan mulai berkomentar, tapi kupikir dia hanya akan menganggapku merasa cemburu saja. Sekali lagi dia terlihat sangat menawan untuk kencannya dengan pria yang baru saja dia kenal. Gaunnya melekat erat ditiap lekuk tubuh sexy-nya dan belahan dadanya agak sedikit rendah, mempertontonkan sedikit belahan buah dadanya. Menggiurkan dan sexy.
“Jaga dirimu,” pesanku, memberinya sebuah kecupan saat dia mengamati dandanannya, sepatu bertumit tinggi dan sebagainya, pada sebuah cermin dilorong.
“Berhentilah mengkhawatirkanku, sayang. Aku akan baik-baik saja,” dia meyakinkanku, memberiku pelukan ringan yang menempelkan payudara kencangnya pada tubuhku.
Jika Charles menyambutnya dengan sebuah pelukan, dia juga akan merasakan payudara sexy Amanda. Kuterus memikirkan hal itu sepanjang waktu saat isteriku pergi malam itu. Aku juga membayangkan paha jenjangnya dan stocking hitamnya dan pakaian dalam indah dan sexy yang dia pakai. Sebuah paket yang sangat menggoda, dan itulah yang mencemaskan perasaanku.
Tapi kemudian aku juga mengingatkan diriku sendiri tentang seks yang hebat yang kualami bersama Amanda setelah malam pertama kencannya dengan Charles. Aku berharap kejadian itu berulang kembali, itulah mungkin sebabnya aku tak begitu meributkan tentang apa yang dipakai Amanda untuk kencannya dan kenapa aku mengijinkannya pertama kali. Ya, kenyataannya memang begitu. Sex dengan Amanda begitu mempesona, dan itu bahkan lebih panas dari sebelum-sebelumnya.
Aku jatuh tertidur didepan televisi diruang keluarga dan tak mendengar suara mobilnya diparkirkan. Tapi telingaku mulai mendengar saat suara tumit sepatunya melangkah melewati lantai kayu dalam ruang keluarga ini. Kutolehkan kepala kearahnya, Tu**n, dia terlihat sangat sexy! Gaunnya terlihat lebih pendek dari yang kuingat. Pinggulnya seakan menari saat dia berjalan. Dia terlihat lebih muda saat ini. Terlihat begitu hidup. Payudaranya terayun seiring tiap langkahnya.
“Jam berapa sekarang?” tanyaku padanya, aku duduk diatas sofa.
“Kurasa, Setengah dua.”
“Aku pasti tertidur menunggumu.”
“Sorry, sayang. Mestinya aku pulang lebih awal.”
“Ya, mungkin.”
Amanda duduk disampingku. “Setelah nonton dan dinner, Charles mengajak untuk mencoba beberapa club & bar.”
“Bagaimana caramu berkilah saat dia mengajakmu kembali kehotelnya? Dia mengajakmu, kan?” Akupun akan berlaku sama, Amanda terlihat begitu menggiurkan untuk disantap.
Dia letakkan tangannya dipahaku dan meremasnya pelan. “Wah, dia sangat gigih, sayang, dan akhirnya aku tak bisa mengelak lagi, aku mau diajaknya pergi ke kamarnya.”
Kupandangi isteriku dengan perasaan yang bercampur baur.
“Sayang, ini bukan seperti kedengarannya. Sama sekali tak terjadi apapun.”
“Sama sekali…”
Amanda tersenyum dan membelai pahaku. “Sayang, jika aku ingin menyetubuhinya, akan kulakukan saat itu.”
Sudah lama Amanda tak mengucapkan kata persetubuhan, itu mengejutkanku pertama kalinya.
“Dia menginginkannya. Itu mungkin tak mengejutkanmu, bukan? “
Kugelengkan kepala.
“Kukatakan padanya jangan bertanya tentang sex. Kukatakan padanya kalau aku sudah menikah.”
“Sungguh?”
Amanda memberiku sebuah senyuman iblis kecilnya.
“Apa dia mencoba yang lain? Apa dia mencoba menciummu?”
Kembali Amanda tersenyum. “Memang.” Lalu setelah jeda yang panjang, menambahkan “Dan kubiarkan dia.”
“Kamu biarkan dia menciummu?”
“Ya, sayang. Kupikir setelah dia tak mendapatkan sex yang dia mau, setidaknya yang bisa kulakukan adalah memberinya sebuah ciuman.”
Kupandangi dia dengan takjub, dan dia membungkuk kearahku, daging payudaranya menekan tubuhku, dan lalu dia berkata “Itu hanya sebuah ciuman sayang, seperti ini.”
Bibirnya begitu hangat dan sensual… dan sedikit terbuka. Bibir kami saling melumat dan dengan cepat lidahnya mulai mencari jalan masuk kedalam mulutku. Ciuman lembut dan erotis berubah menjadi ciuman yang penuh gairah yang mengirim gelombang darah ke sepanjang batang penisku. Aroma Amanda begitu nikmat dan tubuhnya sangat sexy dan mengundang.
“Wow! Seperti ini?” kucoba bertanya setelah kami hentikan ciumannya.
Amanda tertawa manja. “Kurang lebih.”
“Apa dia mencoba menyentuhmu?”
“Hanya dadaku.” tawa manja lebih banyak dia perdengarkan.
“Apa reaksimu?”
“Sayang, hanya dadaku saja. Tangannya tidak berada dalam celana dalamku…atau yang lainnya.”
“Jadi kamu biarkan dia… menyentuh payudaramu?”
“Sayang, aku masih memakai gaunku.”
Kuangkat tanganku dan membelai payudara isteriku. ‘Hmm, seperti yang kukira.”
“Apa?”
“Gaun ini… sangat tipis… bisa kurasakan putingmu tepat dibaliknya.”
Amanda tertawa. “Dan kamu pikir Charles bisa merasakannya juga?”
“Aku yakin itu. Bukankah dia merasa terangsang?”
“Kenyataannya, begitu.”
“Bagaimana kamu tahu? Apakah terlihat?”
“Aku mengetahuinya saat kulakukan ini… ” Amanda kemudian meluncurkan tangannya hingga pangkal pahaku dan mulai meremas ereksiku.
“Kamu meremas PENISNYA!”
“Sayang, aku hanya menggodamu. Tentu saja tidak. Kamu suamiku. Satu-satunya pria untukku!” tubuhnya turun keatas lantai dan menurunkan resleitingku. Astaga! Sudah sangat lama sekali dia tak bersikap seperti ini… begitu agresif dan terang-terangan. Amanda menjilat dan menghisap penisku hingga kuberada dibatas orgasme dalam mulutnya.
“Ayo ke kamar, sayang,” saranku, dan isteriku langsung menyambutnya.
Keesokan harinya dikantor, aku dihubungi Charles. “Hey bung, kamu tidak bilang kalau Amanda sudah menikah.”
“Aku pikir itu tak jadi masalah, Sorry.”
“Oh, tak usah minta maaf. Menikah atau tidak, dia benar-benar wanita yang sangat hot.”
Kata-kata Charles mengguncangkanku. Itu tak sama dengan versi Amanda malam itu. Aku tak ingin terdengar curiga, tapi aku harus bertanya “Jadi kalian berdua bersenang-senang tadi malam?”
“Oh, bung, sangat! Kami jadi pusat perhatian kemanapun kami pergi. Para pria meminta ijinku untuk bisa berdansa dengannya, kutolak mereka, tapi dia bilang aku egois dan mau menang sendiri. Jadi begitulah, dia pergi ke lantai dansa dan mulai menari dengan dua atau tiga pria berbeda. Aku tak begitu pintar dansa, jadi dia menikmati tariannya dengan para pria itu. Dia sungguh menikmati gerakan tubuhnya.”
Kudengar ceritanya berulang-ulang tentang bagaimana Amanda jadi bergairah karena dansanya dan minumannya. “Setiap kali dia kembali ke meja, dia jadi lebih bergairah… dia remas pahaku… terus meraba pahaku… membuatku sangat keras!”
“Benarkah?” jawabku, mencoba menahan rasa marahku.
“Oh, iya. Dan kali ini, saat kuajak dia kembali kekamar hotelku, dia langsung menerimanya.”
“Wah, aku senang anda mendapatkan malam yang hebat Charles.”
“Sesungguhnya terhebat dalam hidupku, Kev. Ngomong-ngomong, kamu kenal Amanda kan? Apa kamu pernah mengencaninya?”
Tentu saja aku bohong.
“Ah, sayang sekali. Wanita ini sungguh istimewa!”
Aku ingin lebih menanyainya, tapi itu akan terlihat janggal. Aku coba untuk memancingnya, agar dia menceritakan segalanya, tapi tentu saja dia tak akan mengatakan detail sesungguhnya dari apa yang terjadi di dalam kamar hotelnya.
Apakah Amanda hebat? Aku ingin bertanya. Apakah dia pasangan sex yang hebat? Tapi kata-kata Amanda terus mengiang ditelingaku. Aku bersikap terlalu berlebihan. Dia hanya bersikap menggoda, sedikit berlebihan. Tapi hanya itu saja. Charles hanya merasa sangat gembira karena sudah berkencan dengan isteriku yang sexy. Dan, menimbang betapa hebat kehidupan sex kami semenjak isteriku melakukan dua kencan tersebut, aku yakin, merasa bersukur telah mengijinkannya pergi.
Namaku Amanda, andaikan aku seorang wanita religius, tentu sudah terlalu banyak menghabiskan waktu dalam bilik pengakuan dosa…
Suamiku, Kevin memintaku untuk bertemu dengan salah seorang kliennya yang berada dikota ini. Seorang klien penting yang sangat menentukan sebuah kontrak besar yang sedang diperebutkan perusahaannya saat itu. Hanya menjamunya dengan sebuah dinner bersamanya dan menemaninya berkeliling kota. Hanya itu saja. Namun semakin kupikirkan itu semakin terasa pula bagaikan sebuah kencan. Sebuah kencan seperti saat kubelum menikah. Dan kujawab, ya aku bersedia memenuhi permintaannya dan aku berdandan secantik dan semenarik mungkin untuk acara tersebut.
Dan segala yang kubayangkan menjadi kenyataan. Disini kuberada, dalam sebuah taksi yang tengah menyusuri jalanan kota dimalam itu dengan seorang pria, mungkin berumur beberapa tahun lebih tua dari Kevin, namun dia seorang gentelman sejati. Namanya Charles, berulang kali dia memuji kecantikan wajahku, betapa dia mengagumi keindahan rambut sebahuku, gaun yang kukenakan. Dia begitu merayu dan memperlakukanku layaknya seorang puteri. Semua perlakuannya sungguh membuatku merasa sangat istimewa.
Dipenghujung malam itu, dia mengundangku singgah ke kamar hotelnya untuk berbincang sebentar sebelum mengantarku pulang. “Hanya minum saja,” dia coba membujukku. Namun kutolak ajakannya. Kuingatkan dia, kesannya tak baik jika aku masuk ke kamar hotelnya dimalam yang telah larut ini.
Jujur aku merasa suka menghabiskan waktu malam tersebut dengannya dan tak bisa kucegah anganku membayangkan bagaimana rasanya jika berhubungan seks dengannya. Kevin adalah pria kedua yang pernah menikmati tubuhku, jadi bisa dikatakan aku tak memiliki begitu banyak pengalaman dalam kehidupan seksual. Bayangan itu menggelitik minatku, entah kenapa aku bisa membayangkan hingga sejauh itu.
Saat aku tiba dirumah malam itu, aku benar-benar berada dalam mood untuk sebuah permainan cinta dan syukurlah Kevin juga sedang merasakan hal yang sama pula.
**
Jikalau kisah ini hanya berhenti hanya disini saja, tak akan banyak yang kuungkapkan dalam pengakuan dosaku, dan memang ini tak hanya berhenti di malam itu saja. Aku mempunya janji kencan kedua dengan Charles beberapa minggu setelahnya, dan untuk sebuah sebab, membayangkan kencan keduaku bersamanya membuatku sangat bersemangat, bahkan sedikit bergairah. Kupilih sebuah gaun yang sexy dan bahkan sepasang pakaian dalamku yang paling nakal, meskipun aku tak bermaksud untuk mengijinkan Charles untuk melihatnya. Hanya saja membuatku merasa sexy mengenakannya, itu saja.
Kevin merasa sedikit nervous akan kencan keduaku dengan kliennya kali ini. Dan jujur saja akupun begitu. Namun, Charles sekali lagi bersikap sangat begitu sopan dan segera saja perasaan canggungkupun sirna dan aku merasa sangat rileks berada didekatnya.
Setelah dinner, kami pergi ke sebuah dance club. Charles tak begitu lama turun berdansa denganku. Tapi ada beberapa pria yang memintaku untuk berdansa dan mereka sangat mahir diatas lantai dansa. Mereka menginspirasiku, mereka dan minuman yang kukonsumsi saat dinner tadi. Kalau mau berkata jujur aku aku rasa memang aku sudah terlalu banyak minum. Kurasa itulah pengakuan dosaku yang pertama.
Pengakuan dosaku yang kedua adalah caraku membiarkan para pria tersebut menari denganku. Kebanyakan musik yang mengiringi adalah yang berirama cepat dan menghentak, tipe musik yang iramanya akan membuat tubuhmu terus bergerak mengikutinya. Tapi saat irama musiknya berganti dalam irama yang sendu dan roman mereka tetap memintaku untuk menemani mereka diatas lantai dansa, kujawab ‘kenapa tidak’.
Salah satu dari mereka adalah pria muda yang sepertinya anak kuliahan berpostur tinggi. Dia dengan ‘tak sengaja’ menyentuhkan tangannya pada dadaku beberapa kali. Aku rasa puting payudaraku tentu tercetak dibalik kain tipis gaun yang kukenakan. Pria yang lainnya dengan sengaja membelai tepian payudaraku saat kami menari. Pasangan dansa yang lainnya memepetkan tubuhku ketubuhnya, menempelkan salah satu pahanya pada pahaku dan memastikan kalau aku dapat merasakan ereksi selangkangannya kala kami bergerak mengikuti irama musik. Aku tidak menjauh, namun sebaliknya semakin kudorong tubuhku kearahnya. Belum pernah kurasakan dalam hidupku kesenangan menari seperti ini.
**
Diantara jeda dansa tersebut, aku kembali ke mejaku dan mengkonsumsi lebih banyak minuman lagi bersama Charles dan kuajak dia untuk menari denganku, namun dia kembali menolak dan berkata kalau dia lebih senang melihatku menari. Kevin tak mengijinkanku melakukan apa yang diperbolehkan oleh Charles, menjadi diriku sendiri untuk sekali waktu. Kuberi dia sebuah kecupan dipipi dan berterima kasih padanya karena tidak mencercaku setelah melakukan ‘tarian nakal’. Dia tertawa dan menoleh saat seorang pria berwajah tampan meminta ijin padanya untuk mengajakku berdansa.
“Kalau dia mau,” jawabnya sambil menoleh kearahku.
Pria ini terlihat yang paling tua diantara pria muda tadi, penampilannya seperti seorang eksekutif paroh baya. Dia perkenalkan dirinya sebagai Henry. Dia memiliki sebuah senyum yang menawan. Kuteguk sekilas minuman yang entah berjenis apa yang telah dipesan Charles sebelumnya, lalu kusambut uluran tangan Henry. Pria ini tipe penyuka musik berirama lambat. Dia tidak begitu merespon saat musik cepat dimainkan, tapi begitu irama berganti lambat, tangannya langsung menyergap tubuhku dan merengkuhku mendekat, menyandarkan kepalaku dibahunya. Mulutnya berada didekat telingaku dan terus menerus dia memuji betapa aku seorang penari yang mahir, dan betapa tubuhku terasa nyaman dalam pelukannya.
“Kekasihmu adalah seorang pria yang sangat beruntung,” katanya, bibirnya menggesek telingaku. “Aku berani bertaruh kalau kamu membuatnya merasa sangat bahagia,” sambungnya.
Kutatap wajahnya. Pandangan iblisnya mengisyaratkan konotasi seksual dalam kalimat terakhirnya. Tapi kuberpura-pura bodoh. “Maksudmu di ranjang?”
“Ya, manis, itu yang kumaksudkan. Aku berani bertaruh kalau kamu akan membuat orang tua sepertiku bisa mendapatkan serangan jantung dibalik selimut.”
Dalam kondisi normal aku akan merasa dilecehkan oleh perkataan mesumnya, namun malam itu aku mengalami sebuah perasaan bebas yang baru dan merasa perkataan kasar dari pria asing ini lebih terdengar menggairahkan daripada melecehkan. Dan pengakuan dosaku-pun terus berlanjut .
“Thanks untuk pujiannya, tapi itu tak akan terjadi dibalik selimut, sayang” jawabku.
“Apa maksudmu?”
“Saat aku bercinta, aku lebih suka di atas.” Itu bohong, tapi kupikir itu terdengar mesum.
“Oh, Baby,” dia mengerang ditelingaku. “Kamu sangat hot!”
Irama musik usai setelah itu, dan kulepaskan diriku dari pelukan kuat Henry dan beterima kasih padanya untuk dansanya.
Kembali ke mejaku, Charles berkata kalau dia melihatku mengobrol dengan Henry dan menanyakan apa yang kami perbincangkan. “Dia pikir kalau aku kekasihmu,” jawabku.
“Apa jawabmu?”
“Kujawab memang.”
“Apa dia percaya?”
“Ya, kurasa begitu.”
“Sini, kita buat dia tak merasa ragu,” kata Charles, lalu dia membungkuk mendekatiku dan menciumku tepat dibibir. Ini sangat tak kusangka dan untuk sesaat kubiarkan saja dia mencium bibirku yang bergetar. Namun kala ciumannya tak jua usai, secara naluriah kumulai balas ciumannya. Dan saat ia mulai mendesakan lidahnya diantara bibirku, rasanya sangat alamiah untuk rileks dan membiarkannya. French kiss adalah sesuatu yang sangat kusenangi, dan segera saja kuimbangi desakan Charles, mengeksplorasi ciuman basah dengan lidahku, menyelipkan lidahku ke dalam mulutnya.
Kami habiskan minuman kami dan meninggalkan club. Udara malam diluar sangat menusuk tulang, namun membuat kondisiku berangsung pulih dari pengaruh alkohol.
“Aku tak berani berharap untuk dapat mengajak ‘kekasihku’ mau menikmati pemandangan kota dari kamar hotelku,” katanya saat kami berjalan dengan bergandengan tangan.
Aku tertawa geli. Aku mendapatkan begitu banyak kesenangan dan merasa belum ingin kembali ke ruamah, lalu kukatakan padanya “Kekasihmu akan sangat senang untuk melihat pemandangannya.”
Charles menghentikan sebuah taksi dan kamipun masuk ke kursi belakang. Tanpa berpikir, aku meringkuk ke pelukannya, kurasakan bagai bersama suamiku sendiri. Semangat dan gairahku masih sangat membakar diriku, dan aku hanya ingin dipeluk dan diperhatikan. Charles memperlihatkan seluruh perhatiannya dari apa yang kuisyaratkan dan dia memberikan sebuah ciuman. Kubalas ciumannya, dan kala tangannya menyentuh payudaraku, kubiarkan saja tangannya tetap berada di sana. Kami terus berciuman dan dia meremas lembut payudaraku disepanjang perjalanan menuju ke hotel…
**
Kamar tempatnya menginap berada di lantai 10 dan didepannya terbentang sebuah sungai. Pemandangannya memang seperti yang dia janjikan, menakjubkan.
Kuberdiri didepan sebuah jendela kaca berukuran besar, memandangi cahaya dibawah. Charles berada dibelakangku, tangannya melingkari tubuhku. Kutolehkan kepala menghadapnya “Pemandangannya indah, ya?”
“Memukau,” jawabnya menatap lekat wajahku dihadapannya. Aku tersenyum dan kuputar tubuhku , dengan tangannya masih melingkariku. Dia begitu mempesona. Kutatap kedalam matanya, kedua matanya terasa lembut dan menenangkan. Kucium dia, dengan bibir terbuka, mengundang lidahnya. Undanganku dia sambut.
Aku punya pengakuan dosa yang berikutnya…
Aku ceritakan pada Kevin bahwa tak ada yang terjadi malam itu di kamar hotel. Itu tak sepenuhnya benar. Kuceritakan padanya kalau aku cium Charles dan membiarkannya membelai dadaku. Kuceritakan padanya kalau aku hanya membiarkan Charles menaruh tangannya diluar gaunku. Aku rasa aku sedikit berbohong.
Kenyataannya kubiarkan saja Charles menyusupkan tangannya dibalik gaunku dan meremas payudaraku yang terbungkus bra. Aku tak yakin kalau Kevin bisa menerima kenyataan sesungguhnya dari kencanku bersama kliennya.
Aku merasa saat kami berciuman disana, di kamar hotelnya, dan dia meremas dan mempermainkan payudaraku, aku menjadi sangat terangsang! Kedua putingku segera mencuat keras. Dan kala Charles menurunkan tali penahan gaunku melewati bahu, lalu menarik bagian atas dari gaunku hingga pinggang, aku sadar kalau ini berarti dia ingin membantuku melepaskan bra yang kupakai, agar dia bisa menyentuh payudaraku, dan putingku yang keras, daging kenyalku yang telanjang dan memanas.
Dan tepat disana, disaat itu, itu semualah yang kuinginkan. Kenyataannya, aku tak hanya menginginkan tangannya saja di payudaraku, aku inginkan mulutnya juga. Dan aku tak merasa kecewa.
Berikutnya kutahu kalau ternyata Charles sangat lihai melepaskan kaitan bra yang kupakai, selihai jilatan dan hisapannya pada payudaraku. Aku hampir meraih puncak kenikmatan dengan hanya berdiri disana saat itu. Dan saat dia mulai melepaskan gaun yang kupakai dari tubuhku seluruhnya, kubiarkan dia. Dia turunkan melewati pahaku dan membantuku melangkahkan kaki dari gaunku, menuju ketelanjanganku ditingkat berikutnya.
Dia berdiri dihadapanku, dia taruh sebelah tangannya pada kakiku yang terbungkus stocking, membelainya dengan lembut, bergerak naik melewati lututku, semakin naik melewati bagian atas stockingku. Begitu pelan, kurasakan ujung jemarinya merayap menyusuri bagian celana dalam berenda yang mumbungkus selangkanganku. Dan dia kemudian berdiri dihadapanku, dengan pakaian masih utuh.Dan aku, telanjang hingga batas pinggang. Hanya mengenakan stocking, sepatu bertumit tinggi dan celana dalam berenda saja.
Aku ingin dicium, dan dipeluk kembali. Aku tahu dia bisa melihatnya dalam mataku saat itu. Karena, dengan cepat dia merengkuh tubuhku ke dalam pelukannya dan menciumku kembali. Payudara telanjangku terhimpit ditubuhnya kala kami berciuman, mulut kami terbuka, kedua lidah kami terlena oleh gairah.
Bagaimana mungkin mampu kuceritakan semua itu pada suamiku, Kevin, tentang bagaimana Charles menelanjangiku hingga hanya mengenakan celana dalam saja dan melesakkan lidahnya ke dalam mulutku. Bagaimana mungkin aku harus menceritakan padanya bahwa aku menikmatinya dan aku menyusupkan lidahku ke dalam mulut Charles juga. Dan juga, bagaimana aku akan bisa bercerita padanya kalau Charles tak bertahan lama untuk berpakaian lagi, setelah ciuman tersebut.
**
Kusaksikan Charles melucuti pakaiannya sembari berbaring diatas ranjang. Kuamati celana dalamnya memperlihatkan sesuatu yang besar didalamnya. “Apa aku yang menyebabkan itu?” tanyaku menggodanya.
“Bagaimana menurutmu?”
“Kemarilah,” perintahku. “Kurasa aku harus tahu apa sesungguhnya yang harus kupertanggung jawabkan.”
Saat dia berada disamping ranjang, kugapaikan tanganku dan kubelai bagian depan celana dalamnya. “Astaga! Apa yang sudah kulakukan?”
Itu membuatnya tertawa. Sekarang aku merasa sangat penasaran dengan ukuran pria ini, maka kusentakkan celana dalamnya turun dan batang penisnya langsung saja melompat keluar. Itu sangat keras dan berdiri mengacung tegak, tepat kearahku.
Kusentuhkan tanganku padanya, terasa sangat hangat! Dan sangat, begitu keras! Pandanganku terpaku pada batang penisnya yang besar saat aku mengocoknya. Aku bawa kencan kali ini lebih jauh dari yang kurencanakan pada awalnya. Disanalah aku berada, tubuh tengkurap diatas perut, diatas ranjang dalam sebuah kamar dilantai kesepuluh, dengan tubuh hanya berbalut celana dalam berenda dan stocking, sambil memegangi batang penis keras dan besar milik seorang pria yang bukan suami sahku. Aku pikir Kevin tak perlu mendengar tentang detail ini dari ‘kencanku’ bersama klien-nya .
Kujuga meninggalkan beberapa detail, seperti kenyataan kalau kugunakan lidahku untuk menjilat batang penis besar cantik milik Charles, dan bahwa kubiarkan dia menyusupkan kepala penisnya memasuki mulutku, dan bahwa aku menghisapnya.
Juga tak kuceritakan pada Kevin kalau kubiarkan Charles menyusupkan tangannya kebalik celana dalamku… dan memainkan vaginaku. Lebih baik kuceritakan padanya kalau hal yang seperti sama sekali tak terjadi. Aku pasti tak menceritakan padanya kalau akhirnya kubiarkan Charles melepaskan celana dalam yang kupakai.
Dan pengakuan dosaku yang terbesar…
Kubiarkan Charles menyetubuhiku. Jujur kukatakan hal tersebut. Kubiarkan pria yang begitu baik ini, seorang pria ahli mencium dan memperlakukanku dengan sangat genteleman di atas ranjang, memasukkan batang penisnya yang besar kedalam vagina yang seharusnya hanya untuk suami yang kunikahi saja.
Aku jadi begitu basah untuknya. Dia masuk dengan mudahnya, memasukiku begitu dalam. Meskipun dia begitu besar, dia mengisiku dalam satu kali hujaman saja, kurasa aku menggelinjang. Aku biasanya hanya pasif diatas ranjang, tapi tidak untuk malam itu. Aku begitu tenggelam dalam moment indah itu. Aku tak ingin bercinta, aku ingin bersetubuh. Aku mau disetubuhi dan kubisikkan padanya “Puaskan aku. Setubuhi aku,” aku melenguh. “Setubuhi vagina kekasihmu! Lakukan dengan keras!”
Dan dia mengabulkannya. Oh suamiku tercinta, aku tak menyangka jika seks terlarang akan terasa begitu nikmat!
**
Kevin tak akan tahu kenyataan sebenarnya dari kencanku dengan Charles. Dia hanya tahu aku mendapatkan saat yang menyenangkan. Dia hanya tahu kalau klien-nya tersebut memperlakukan isterinya dengan sanga sangat sopan dan baik.
Aku mencintai suamiku, dan kehidupan seks kami berubah menjadi lebih menggairahkan setelah kencanku ini. Sangat jauh lebih menggairahkan dari yang sudah-sudah. Kurasa karena kebebasan yang kudapatkan bersama Charles dari dua kencan tersebut.
Apakah aku akan berkencan lagi dengan Charles? Ataukah dengan pria lain? Mungkin…
Kembali, jauh dalam lubuk hatiku, aku menantinya. Aku mengharapkannya.

The Lessons

Liburan sekolah kali ini sungguh memberikan ketenangan kepada kami, karena anak anak dibawa oleh orang tuaku bepergian tour ke pulau, sehingga praktis di rumah hannya tinggal aku dan istriku serta pembantu.
“Ma..besok kita jalan yuk..”kataku malam itu pada Anita istriku yang juga tampak bosan menonton siaran TV, ”Mumpung anak anak nggak ada kita bisa pergi santai kemanapun yang kita inginkan” kataku melanjutkan.
”Mm..boleh.., memang mau kemana ..?,” tanyanya
”Ah..pokoknya siapkan saja lah.., pagi pagi kita ke airport, sedapatnya tiket aja”

Begitulah.., pukul 07.00 kami sudah di Cengkareng Airport, dan melihat lihat jadwal keberangkatan, kucari kenalanku seorang District Manager sebuah Airlines dan akhirnya sebelum tengah hari kami sudah berada di udara menuju Pulau Batam.

Di Batam ternyata kami cuma betah sehari, udara yang panas, semrawut, mau belanja juga tidak ada yang cukup menarik untuk di beli ditambah dengan suasana yang bagi kami kurang nyaman membuat kami memutuskan untuk menyeberang ke Singapore,

Menjelang sore kami sudah Check In di sebuah hotel sekitar Orchard Road, karena kupikir pasti Anita ingin memuaskan hasratnya berbelanja.

Malam itu kami makan malam di sebuah restaurant favorit kami di sekitar Kampong Bugis, .. mengenang masa lalu..karena memang dulu sebelum anak anak lahir sering kali kita makan disini, bahkan pernah terbang dari Jakarta hanya untuk makan dan balik lagi .., yah itulah kadang pola hidup kami sejak dulu, semua suka dilakukan sesuai hasrat hati kami semata.

”Hai..Apa kabar..” sebuah suara bariton menyapaku dan ketika aku menatapnya seringai senyum sebuah wajah yang tak asing lagi terpampang dihadapanku.
”Eh..Anton...” ngapain lu disini ?” tanyaku, dan Anton langsung menyalami dan mencium pipi Anita, ”Roy...kenalin nih teman papa...” katanya dan seorang pemuda berusia kurang lebih 18 tahun menyodorkan tangannya kepada kami.

”Ini anakku, dia baru lulus SMA, rencananya mau sekolah disini, makanya kuajak sekalian melihat beberapa calon sekolah yang mungkin cocok..”, Anton menjelaskan dan Roy, anak muda itu nampak mirip sekali dengan bapaknya, cuma lebih jangkung dan putih.

Kami duduk satu meja dan aku ngobrol asyik dengan Anton, yah cerita banyak hal tentang masa lalu, apalagi dia sahabatku saat masih kuliah dulu, walau kita beda usia dan tingkat.

”Kebetulan, aku ketemu kalian disini, besok sore aku mesti balik Jakarta, urusan sekolah Roy besok kubereskan, dia sih masih ingin main – main disini, kalau kalian nggak keberatan,,,,” belum selesai ia berkata anak muda itu sudah menyelak ”Pah..nggak mau ..Roy ikut balik ke Jakarta..” katanya.,
”Tenang ...Roy...., kami welcome kok.., kita memang lagi santai..., malah asyik ada temen.., tante masih mau ke Sentosa Islands, terus masih mau belanja, udah kamu ikut kita aja, biara papamu balik ke Jakarta, kita masih 2-3 hari kok disini, nanti tante temenin cari apa yang mau kamu beli, pasti ada ..deh yang mau dibeli tapi nggak enak sama papamu..ya kan ..?.” tiba tiba saja Anita sudah nyerocos panjang lebar sambil kakinya menendang kakiku di bawah meja. Aku masih belum mengerti maksudnya namun kuikuti saja kemauannya.

Walau semula masih menolak namun bujukan Anita dan papanya membuat Roy mau tetap tinggal dan besok kami akan mengantar Anton ke Bandara.

”Kamu ngapain ..sih..?,” tanyaku saat kita sudah berdua saja, ”Katanya mau santai kok malah ngasuh anak orang ?,” tanyaku lagi, dan dengan senyum khasnya istriku membisikan sesuatu ditelingaku..”kamu ngaco..kalau orang tuanya tahu..” kataku kaget juga dengan pikiran ’gila’ Anita. ”nggak lah .. kayak nggak pernah remaja aja kamu..”, dan akupun jadi tertarik melihat kelanjutan ulah Anita istriku itu.

Begitulah.., setelah mengantar Roy ke Changi Airport, kami bertiga kembali ke hotel dan atas usul Anita semalam, kami pindah dari hotel ke sebuah service apartment dengan dua kamar di daerah mansion road, yang sebenarnya sih tidak terlalu jauh.

Setelah makan malam dan berbelanja, bertiga kami menuju apartemen dan dalam waktu singkat Anita sudah berhasil ’mengambil hati’ Roy, tentu saja anak muda tetap memperlakukan istriku dengan penuh kesopanan dan hormat, sementara istriku juga bersikap seakan seorang ’tante’ yang baik, ..

Malam itu, sambil nonton TV dan ngobrol dengan suasana santai, istriku memang memakai pakaian santai walau sexy, hot pants dan tank top ketat, namun tetap ’normal’ dan tidak ada ’move’ yang berarti, sementara Roy juga sudah sangat relax dengan kami, namun aku tahu klalau matanya terkadang ’menyambar’ ke dada dan paha istriku, tapii semua berjalan biasa sampai masing masing masuk kamar.

”Pah.., ” katanya saat kami baru saja selesai melakukan hubungan sex yang sangat menggairahkan, ”Mmm.. ..?” jawabku agak malas, karena masih belum lepas dari sensasi kenikmatan yang baru saja kudapat.
Sambil menyandarkan kepalanya didadaku ia menjawab ”Besok siang..tinggalkan mama sama Roy..aja..ya”
”Oh...??” tanyaku
”Iya..anak itu masih polos banget, kalau papa ada, nggak mungkin.., lagian kalau dia nggak tahu kalau papa tahu...., pasti mati matian dia jaga hal yang dianggap rahasia..” katanya lagi, dan dari lirikan matanya yang ’nakal’ itu aku bisa menduga apa yang dipikirnya.
”Oke..., tapi cerita ya nanti...” jawabku
Anita tidak menjawab, namun kepalanya mulai turun dari dadaku ke perut dan...terus turun....

Siang harinya setelah mengunjungi beberapa tempat, kami makan siang dan Anita beralasan lelah dan ingin kembali ke apartment, sementara aku mengatakan masih mau mencari beberapa barang di KM 14, lokasi barang barang untuk otomotif, karena memang sesuai hobbyku.

”Roy.., temenin tante ya, Oom mau cari variasi mobil dulu, agak jauh sih.., ”
”Baik Oom” jawab anak muda dengan polosnya

Setelah mencium istriku, aku memisahkan diri, dan menduga duga apa yang dilakukan istyriku yang cantik, sexy namun nakal itu ?

Aku kembali agak larut, setelah sebelumnya menelpon Anita menyampaikan aku segera kembali, maklum aku nggak mau mengejutkan mereka, dan dengan tangan penuh belanjaan variasi kendaraan yang kubeli sepanjang siang dan sore aku memasuki apartment.

”Hey... makan dulu., mama pesen chinese food nih..” kata istriku sambil menyambutku, mencium bibirku dan membantu meletakan belanjaanku, sementara Roy tak kulihat..”Dia dikamarnya..” bisik istriku.

Kami makan malam bersama, dan walau istriku bersikap biasa namun kulihat Roy agak salah tingkah, lebih pendiam namun sesekali matanya menatap istriku, hm..aku yakin anak ini telah ‘dibantai’, sungguh tak sabar aku ingin mendengar cerita nya.

Malam itu kami dikamar, istriku menceritakan segalanya dan cerita itu kami akhiri dengan sebuah permainan sex yang sangat ‘panas’ 
 Sesampainya di apartment aku mandi, berganti pakaian lalu menggunakan salah satu baju suamiku yang jelas saja sangat kebesaran untukku sehingga seperti pakai daster mini, untuk satu dan lain alasan kulepas bra dan hanya menggunakan celana dalam mini berwarna putih tipis.
Karena hawa yang cukup panas tadi Roy juga mandi stegera setelah aku selesai dan ketika keluar ia menggunakan celana training dan kaos, tubuhnya atletis dan kemudaan yang memancar sungguh menggodaku.

Kuatir anak itu pergi ke fitness centre yang ada di lingkungan apartment itu, kupanggil anak itu dan kuajak ngobrol

”Roy.., kamu sudah punya pacar..?” tanyaku memancing
“Belum tante, ..”jawabnya dan mukannya memerah
”Ah..masa..pemuda secakep kamu belum punya pacar..?” tanyaku lagi
”Iya..bener.., kata papa Roy mesti lulus dulu baru boleh pacaran..” jawabnya polos
”Ah..papamu keterlaluan.., kayak nggak pernah muda aja..” aku berkata seenaknya, lalu kulonjorkan kaki sambil mengatur posisi duduk ku, baju yang dua kancing atas nya sengaja kubiarkan terbuka terkadang embuat payudaraku terlkihta sekilas dan aku tahu kalau ia seringkali melirik berusaha memandang lebih jelas.

”Sorry ya.., nggak apa apa kan kalau tante relax begini..?” tanyaku
”Nggak apa tan, kalau tante mau tidur silahkan saja.., Roy bisa ke fitness centre kok” jawabnya lagi.
”nggak tante mau ditemenin ngobrol, mau kan ..?”tanyaku
Dengan senyum anak muda itu mnengguk.

”Roy... ” tanyaku lembut
”Ya tante..?” tanyanya
”Boleh nggak tante minta pendapat kamu..?”
”Boleh... ” jawabnya ”tentang apa..?”
”Gini..., ” jawabku
”tante kan udah hampir 40 tahun, kayaknya udah tua..., kalau menurut Roy tante udah tua..?” tannayku
”Nggak tante.. tante masih cantik sekali.., malah paling cantik” jawabnya spontan
”Masa...., mungkin kamu lihat tante di wajah saja ’kali, kan kalau wajah pakai make up” kataku lagi bersikeras
”Bener.., tante Anita cantk sekali” jawabnya, namun wajahnya mulai memerah, agak canggung ia dengan percakapan ini.
”Oke.., gini tante mau pendapat kamu ya, tapi kamu harus jujur kalau nggak bagus bilang, oke..?” tanyaku
”Iya..tante.” jawabnya masih belum mengerti arah yang kutuju.

Aku lalu berdiri dihadapannya, lalu dengan perlahan kulepas baju yang kukenakan, sehingga tinggal mengenakan celana dalam putih tipis.
”Nah... coba kamu perhatikan..., ada nggak yang yang udah kurang bagus ..?” aku bertanya dan melihat padanya yang menatapku denmgan mata nanar dan jakun naik turun.

”Bagus tante...” namun ia menunduk tidak berani melihatku lebih lama lagi,.
”Ah..kamu nggak perhatiin.., sini berdiri..” lalu kutarik tangan yang tiba tiba terasa dingin itu dan dengan berdiri dihadapannya kubawa tangannya meraba payudaraku yang selama ini jadi kebanggaanku, ” kamu raba dong.., kalau udah kendor atau kegemukan bilang” kataku lagi dan tangannya kubawa meraba tubuhku.

”Dengan tangan agak gemetar Roy meraba tubuhku.. dan kulihat dari balik celana trainingnya sesuatu mulai menggelembung.
”Ba..bagus...tante..” katanya dengan suara serak agak berbisik.
”Aku berdiri memunggunginya, kedua tangannya kutarik memelukku dari belakang memegang payudaraku dan terasa dipantatku kalau kemaluannya menegang hebat.
Kubawa tangannya turun keperut masuk kedalam celana dalamku, dan ktika tangganya yang terus ’kutuntun’ menyentuh vaginaku ia seperti kena stroom, tergetar.

Agak lama kami berada dalam posisi itu dan aku menikmati rangsangan yang datang dalam diriku, lalu kulepaskan tangannya, menurunkan celana dalamku dan berbalik menghadapinya telanjang bulat.

”Gimana..., ada yang udah kurang bagus Roy..tanyaku..?”
”ngg..nggak tante.., tante cantik sekali..katanya menatap tubuhku dan wajahnya agak berkeringat.

”Katanya kalau cowok melihat wanita cantik, ’itunya’ bangun..kalau memang nggak bohong ..ayo..mana...tante mau lihat kamu juga.., ntar kamu Cuma nyenengin tante aja..,” kataku sambil maju dan mulai melepaskan celana dan kaos yang dikenakannya.
”Nanti..kalau oom datang..tante..”, katanya sambil berusaha mundur
”Ah.., nggak Oom kalau mau datang pasti telepon dulu, lagian kalau udah urusan mobil nggak kenal waktu..” dan dengan cekatan tanganku membantu melepaskan kaos yang dikenakannya menyusul training sekaligus celana dalamnya turun terlepas, dan ’praang.., ” kemaluan yang tegang itu seakan meloncat keluar, ketika celananya turun.

Kini kami berdua berdiri berhadapan telanjang bulat dan tanpa basa basi lagi kugenggam kemaluan anak muda yang lumayan besar ukurannya itu, aku merapat, mendongak karena ia memang lebih tinggi dariku kuraih kepalanya dengan tanganku yang satunya dan sekejab kemudian bibirnya sudah berpagutan dengan bibirku.

Roy sungguh masih polos, maka aku berusaha menjadi ’guru’ yang baik, lidahku menerobos rongga mulutnya mencari lidahnya dan ternyata ia murid yang pandai.., karena beberapa saat kemudian sudah bisa mengimbangi ciuman ciuman yang kulakukan.

Kurebahkan ia di sofa, mulai kucium lehernya, terus turun ke dadanya, kumainkan dan ku hisap putingnya, turun keperutnya dan ia cuma bisa mendesah dan mendesah.., lidahku terus turun kebawah, ketika mencapai batangnya sengaja kulewati dulu, kujilat sekilas bijinya, dan ia menggelinjang hebat, ketika kulirik kepala kemaluannya sudah mengeluarkan cairan bening.., kukecup dan kujilat, lalu aku mulai menjilat pahanya, lututnya dan ketika naik kembali ke pahanya kemaluannya yang kugenggam berdenyut dahsyat., hm...anak ini belum pernah bercinta pikirku., aku masih bermain dan mulai dengan bijinya, kujilat dan sesekali batangnya kujilat dari bawah keatas, beberapa kali seperti itu, baru kepala kemaluannya kumasukan dalam mulutku dan benar saja, baru dua atau tiga kali kuhisap, ia berteriak, menggelinjang dan dengan denyutan yang terasa sekali di batang kemaluannya anak muda berusai 18 tahun itu melepaskan air maninya dalam mulutku, gurih, agak asin, manis dan hangat., dan ..banyak sekali sehingga harus beberapa menelan untuk meminum tuntas dan ia terkapar lemas.

Melihat sensasi yang diterimanya aku tersenyum puas, namun vaginaku sendiri juga terasa hangat, kutekan dadanya saat ia mau bangkit, ”Santai..saja.., minum dulu ya ?”
Kataku..”Dan jangan pakai baju..” kataku lagi lalu berjalan bugil kedapur dengan buah dadaku bergoyang goyang.

Kubiarkan ia bersantai sejenak, lalu kujak kekamarnya.
Dasar anak muda, belum sampai seperempat jam kemaluannya sudah mulai bangkit lagi. Kini ia yang mulai berani menciumku lalu lidahnya mulai mencari puting payudaraku, kadang ku’ajari’, supaya jangan terlalu keras menghisap dan ketika lidahnya sampai di vaginaku, aku benar benar harus mengajarinya karena terkadang akibat nafsu yang sangat klitorisku beberapa kali kena giginya, ’Aw.., aduh.., yang lembut sayang..., ya pakai lidah kamu, nah...gitu, hh...yah terusin” dan sebagai ’murid’ yang pandai sebentar saja ia sudah menguasai mata pelajarannya. Kini dengan posisi diatas kuarahkan kemaluannya memasuki lubang vaginaku dan sebentar kemudian aku sudah mengendarai nya. Permainan kali ini agak lama, maklum ia sudah keluar banyak sekali tadi, dan malah aku yang tidak tahan..” ah...tante keluar..ah...” namun ia tetap saja bergerak. Lelah dengan posisi itu apalagi aku sudah klimax, aku sekarang dibawah dan dengan tidak sabar ia mengarahkan lagi kemaluannya memasuki vaginaku dan ..bless, dengan keras dihunjamnya hingga habis batang nya terbenam dalam vaginaku, aku tidak banyak bereaksi menunggu redanya klimax yang baru kurasakan, karena aku nggak mau menjadi ngilu kalau banyak bergerak.
Kecipak dan suara lain yang keluar dari kemaluan kami benar benar menambah erotis suasana, dan setelah beberapa lama kurasakan getaran getaran ku mulai kembali dan kini aku mulai mengayunkan pinggulku mengiimbangi gerak naik turun pinggul Roy diatasku. Bibir kami saling berpagutan dan tubuh kami di penuhi keringat yang mengucur dan setelah mati-matian aku coba bertahan akhirnya kurasakan kalau ia juga sudah mulai mendekati puncak, dan......”sama ..sama ...Roy...sama sama.....dan...ahh... kali ini berbarengan aku klimax dan Roy menyemburkan maninya dalam vaginaku.., masih hampir sama banyaknya dengan yang pertama.., sungguh .....kalau masih muda....

Setelah kubiarkan kemaluan Roy ’terendam’ cukup lama, akhirnya ia tergeletak lemas dan ........langsung tertidur.., akupun tidak mengganggunya.
Sore hari kami bangun, lalu mandi bersama, sambil mandi dan saling menyabuni kemaluan Roy sudah tegak lagi namun kali ini aku tidak mau bersetubuh, karena masih harus ’kusisakan’ untuk suamiku malam nanti.., jadi setelah mandi sekali lagi kugunakan mulutku dan kali ini ’pelajaran’ kutambah, ia kusuruh telentang, kuganjal pinggulnya dengan bantal, dan sesekali kuangkat kakinya tingi tinggi dan lidahku menjilati anusnya, sampai ia tergelinjang dengan hebatnya, dan saat ia menyemburkan lagi maninya, benar benar kunikmati air mani yang hangat dan kuminum tak bersisa 
 Sampai disini mendengar cerita istriku aku tak tahan lagi kutarik kepalanya, kucium bibirnya dan kudorong kepalanya ke arah kemaluanku yang sudah tegang dan mulut hangatnya segera menyambutnya. Dengan posisi duduk diranjang dan aku berdiri dihadapannya, kumaju mundurkan kemaluanku dalam mulut Anita yang dengan mahirnya ia imbangi dengan hisapan dan kulumannya Aku tak bertahan lama, dengan satu erangan kucoba membenamkan sedalam mungkin dan ”aaahhh...” kurasakan air maniku menyembur dengan denyut yang keras sekali, dan... ketika kulepaskan dari mulut istriku tiada setetespun yang tersisa, memang .. entah mengapa Anita suka sekali meminum air mani laki laki, dan kadang bersetubuh saja tidak cukup memuaskannya kalau belum menikmati limpahan air mani dalam mulutnya. Aku hanya diberikan istirahat sebentar dan istriku sudah mulai lagi ’menyerangku’ yang kali ini diakhiri dengan memenuhi kembali vaginanya yang tadi sepanjang siang baru saja di isi oleh Roy. Paginya seperti biasa, kami sarapan dan pergi sight seeing, kembali ke apartment menjelang sore, kali ini anita sudah punya rencana lain, apalagi malam ini adalah malam terakhir kami di Sgpore Sesuai kesepakatan, setelah makan malam, aku pura pura mengeluh sakit kepala, minta obat dan pamit tidur, jam menunjukan menjelang pk. 21.00. Aku masuk kamar, mematikan lampu namun sengaja pintu tidak kurapatkan sehingga aku bisa memandang ruang tamu dengan leluasa dan kulihat Anita duduk berdampingan dengan Roy menonton acara TV. Sekitar lima belas menit kemudian kulihat keduanya sudah mulai berciman saling memagut, dan ketika Roy lamat lamat kudengar menanyakanku istriku menjawab ” Tenang...saja..., Oom udah pulas kok” , namun istriku menolak ketika Roy mengajak kekamarnya ”Nggak, kita disini aja, kalau dikamar tante nggak bisa memantau nanti kalau misalnya dipanggil” dan sesaat kemudian mereka sudah telanjang bulat. Disofa yang cukup lebar itu mereka mengambil poisi 69, istriku dibawah dengan kaki terbuka lebar yang satu mengait disandaran sofa dan satunya menjuntai kelantai memberi akses yang seluas luasnya kepada Roy, sementara kemaluan anak muda itu sudah di mulut istriku. Roy tidak mampu bertahan lama, digerakannya pinggulnya naik turun dan dengan diiringi erangan Roy , istriku berusaha keras agar semnua yang dikeluarkannya tidak terbuang diluar mulutnya, namun selain jumlahnya banyak, posisinya juga kurang pas sehingga air mani anak muda membasahi juga pipinya, yang lalu dengan telunjuknya disapunya dan dimasukan ke mulutnya, matanya melirik kekamar yang dia tahu aku pasti sedang menonton shownya. Posisi doggy style yang mereka lakukan menimbulkan suara suara yang seru dan keplok-keplok biji Roy yang mengenai pantat Anita juga menimbulkan irama tersendiri, berganti ganti posis yang mereka lakukan dan akhirnya Roy, si anak muda itu melenguh panjang dan menumpahkan isinya dalam vagina istriku. Mereka diam sejenak lalu Roy membawa pakaiannya dan melangkah gontai kekamarnya sementara dengan menenteng semua pakaiannya dan masih tetap telanjang bulat dengan vagina yang masih dipenuhi air mani Roy, Anita melangkahj kekamar kami. Suasana dalam kamar yang gelap membuatku tidak jelas melihat wajah istriku, namun saat kami berpelukan aku merasakan aroma air mani saat mencium mulut istriku, lalu tiba tiba ia mendorongku keranjang, memposisikan vaginanya kemaluanku langsung memasuki vagina yang masih penuh dengan air mani Roy, hangat dan sensasional menurutku. Paginya kami berkemas, aku masih sempat memberi kesempatan Anita menuntaskan hasratnya sekali lagi dengan Roy, dan kamipun kembali ke Jakarta, Liburan yang menyenangkan

Adi Sopirku

Malam itu, aku hanya sendirian sedangkan suamiku harus pergi ke luar kota dan baru saja sekitar 2 jam yg lalu diantar oleh supirku ke Bandara. Kami belum memiliki anak walaupun sudah 3 tahun kami menikah. Setengah mengantuk aku menuju kamar mandi untuk membersihkan muka dan gosok gigi. Dari kamar mandi kea rah kamarku, sayup2 terdengar suara orang berbicara di ruang tamuku yang berada di bawah. Karena penasaran aku sedikit melongok ke bawah dari balkon melihat siapa yang sedang berbicara. Aku sangat terkejut karena yg kulihat ternyata supirku Adi tengah duduk di sofa tanpa menggunakan celana sedangkan Ainan sedang berjongkok didepannya. Walaupun ruangan agak gelap tapi aku masih bisa melihat jelas bagaimana Ainan menghisap2 batang kemaluan Adi. Ainan adalah saudara suamiku, aku kenal dia sejak dari SMP karena keluarganya tidak mampu maka Ainan tinggal bersama kami untuk membantuku dan sedikit2 mengikuti kursus. Aku sama sekali tidak pernah membayangkan bahwa diantara mereka ada hal-hal yang aneh. Selama ini Ainan setahuku sudah punya pacar, dan Adi yg juga sudah berkeluarga tidak pernah menunjukkan hal yang aneh2. Rupanya Adi tidak langsung pulang setelah mengantarkan suamiku ke bandara, aku juga tidak beranjak keluar kamar sejak suamiku pergi sehingga aku tidak tau kalau Adi sudah kembali. Mungkin mereka pikir aku sudah tidur lelap dari tadi sehingga akhirnya mereka berani melakukan ini di ruang tamuku. Aku melihatnya terus. Tak sedikitpun aku berusaha untuk menghentikan apa yang mereka lakukan. Ainan berpakaian lengkap, hanya Adi saja yg sudah tidak mengenakan celana lagi. Batang kemaluannya yang berwarna kecoklatan Nampak kontras dibandingkan kulit paha Adi yang putih bersih. Sesekali Adi meminta Ainan untuk menghentikan oral sexnya. Dari bahasa tubuhnya aku tahu Adi meminta Ainan untuk membuka bajunya dan duduk di pahanya. Tapi Ainan terus menolak dan blowjobnya makin liar. Cukup lama hal itu berlangsung walaupun aku pegal berdiri aku ingin tau bagaimana akhirnya. Saat rudal Adi meledak, aku tau Ainan sedikit tersedak, tapi karena ditahan oleh tangan Adi maka Ainan tidak dapat melepaskan mulutnya dari batang kemaluan Adi.
Saat Ainan akhirnya bisa melepaskan mulutnya dia langsung bangkit dan mengambil tissue yang ada di meja membersihkan mulutnya. Adi bangkit dari sofa kesayanganku, membuka jepit rambut Ainan dan meraih rambut Ainan yg panjang untuk membersihkan batangnya. Adi Nampak berdesis2 kenikmatan saat rambut Ainan mengenai batangnya. Wajahnya yg keenakkan itu Nampak erotis sekali. Sedangkan Ainan diam saja mendapat perlakuan seperti itu walaupun beberapa cairan sperma yg kental menempel di rambutnya yg panjang. Aku sedikit2 mundur dan melangkah kembali ke kamar. Aku tidak berani menutup pintu takut terdengar.

Semalaman aku tidak bisa tidur. Aneh rasanya wajah erotis Adi yang merasakan kenikmatan dan batang kecoklatan it uterus menerus membayangiku. Aku mungkin baru tertidur jam 4 pagi. Sehingga paginya aku bangun kesiangan. Aku tidak mandi di kamar mandi atas, tapi di kamar mandi bawah agar baju tidurku bisa langsung aku taroh di keranjang baju kotor di mesin cuci yg letaknya di dekat dapur. Ketika aku sampai di dekat mesin cuci, lagi-lagi aku mendengar sesuatu yang mirip seperti aku dengar tadi malam dari tempat menjemur pakaian yg letaknya tepat di atas mesin cuci. Ini pasti ulah Adi dan Ainan lagi pikirku, pasti mereka pikir aku belum bangun. Aku bergegas ke atas menuju kamar mandi atas. Karena dari jendela kamar mandi atas aku bisa melihat kea rah tempat jemuran. Sesampainya di kamar mandi atas, aku naik ke atas toilet dan mengintip apa yg terjadi. Dari kaca nako hitam kamar mandi itu aku melihat Ainan dan Adi berdiri membelakangi dan Adi menggenjot Ainan dari belakang. Ahh, kok akhirnya begini? Seingatku Ainan tadi malam menolak berhubungan sex. Pasti Adi benar2 tidak pulang dan menginap di kamar Ainan hingga Ainan pun luluh oleh rayuan Adi pikirku. Dan lagi2 aku tidak melakukan apa2 dan ingin melihat bagaimana akhirnya. Ainan sedikit mendesah dan dengan segera tangan Adi membekam mulut Ainan. Tiba2 aku ingin mengambil hpku untuk merekam kejadian ini. Pelan2 aku aku turun kembali masuk ke kamar dan mengambil hp ku. Pada saat aku kembali di depan jendela, entah mengapa aku melihat mereka berhenti tiba2. Adi mencabut penisnya, Ainan bergegas memakai celana dalamnya. Adi Nampak kebingungan mencari celana dalamnya. Pada saat Adi hendak bertanya Ainan mengisyaratkan untuk tidak berisik dan cepat menggunakan celana panjangnya saja. Aku masih sempat melihat Adi dalam kondisi tak bercelana. Dan dalam terangnya pagi aku melihat jelas penis Adi. Ainan memang tidak bugil tadi, dia menggunakan daster dan pada saat mereka bersenggama Adi hanya menyingkap daster Ainan saja.

Aku pun turun dari atas toilet, pasti mereka tau aku sudah bangun pikirku. Aku yang bingung harus bagaimana sempat duduk sebentar di tepi ranjangku sambil melihat sedikit rekaman video di hp yang hanya sempat merekam saat mereka tiba2 berhenti dan bergegas menggunakan baju. Aku yang juga sedikit kebingungan entah kenapa malah sudah turun ke ruang bawah. Ainan menyapaku dengan sopan “ mau sarapan Bu?”. Aku gelagapan dan bingung ditanya seperti itu oleh Ainan, kalau aku pikir2 sekarang rasanya aku bego juga ya waktu itu. Aku makin bingung saat melihat Adi turun dari tempat jemur baju. Saat Adi menuruni tangga besi putar yg dari atas, perlahan2 yg terlihat memang kakinya terlebih dulu. Dan aku asli sempat bengong saat melihat ke celana Adi, batang penis itu terlihat jelas masih menonjol dari balik celananya.

“Bu saya buatin minum ya?” perkataan Ainan membuyarkan bengongku. “iya yah” sahutku gelagapan. Aku benar2 salting. Aku malah jadi sibuk mengambil ceret air dan hendak memasak air. “Airnya sudah ada Bu” kata Ainan. Aku mengambil ceret itu lagi dan meletakkan di atas lap. Tiba2 aku sadar kayanya benda berwarna biru tua itu bukan lap, aku mengambil lap itu dan begonia lagi ditengah2 kecanggunganku aku membersihkan kompor menggunakannya. Digenggamanku aku tau itu celana dalam Adi. “Sini Bu biar saya teruskan bersih2nya, ibu minum saja” kata Ainan. Aku menyerahkan “lap” itu ke Ainan, dan mengambil gelas untuk minum. Aku duduk di meja makan, sambil minum dan mencoba menenangkan diri. Tapi lagi2 buyar saat Adi bertanya kepadaku “ibu jadi pergi ke Carrefour?” aku menatap Adi dan lagi2 pandanganku menuju kea rah celana Adi, aduh penis yang tak menggunakan celana dalam itu sepertinya masih sedikit tegak. “iya sekarang saja” jawabku sekenanya.

“Ainan, tolong ambilkan tas ibu ya”, Ainan bergegas ke atas. Aku lagi2 baru sadar betapa bodohnya aku menyuruh Ainan ke atas, karena sekarang aku hanya bersama Adi. Aku tidak berani melihat wajah Adi, tapinya lagi2 mengarah ke selangkan Adi. Adi entah mengapa hanya berdiri mematung tak jauh dari aku. Aku malu juga dibuatnya. Aku bergegas mengambil sepatu dan berjalan keluar menuju mobil. Di depan mobilku yang ternyata sudah siap aku mencoba membuka pintu. Ternyata masih terkunci. “Sebentar bu” ternyata Adi sudah di belakangku sambil menghidupkan remote, kemudian membukakan pintu untukku. Saat aku hendak masuk secara tidak sengaja pantatku bergeseran dengan penis Adi. Aduhh masih ngaceng batinku. Setelah dudukpun Adi kembali membuka pintu mobil “tasnya bu…..”ujarnya datar. Tapi dari posisiku duduk yang rendah karena mobilku sedan, aku lagi2 bisa melihat kea rah penis Adi yang masih tegang.

Adi pun masuk ke mobil kamipun berangkat. Lagi2 aku menyesali kenapa aku tidak duduk dibelakang saja. Memang sih selama ini normalnya kalau bepergian dengan Adi aku tidak pernah duduk di belakang, tapi kalau sekarang pasti Adi akan tau bagaimana kikuknya aku. Dan itu lho, aku masih saja tidak henti2nya melirik kea rah penisnya. Di perjalanan akupun masih membayangkan saat melihatnya tadi malam dan tadi pagi.

“Bu, maaf ya. Kami keterlaluan, saya minta ibu tidak memecat saya dan tolong jangan dilaporkan ke bapak” tiba-tiba saja Adi berbicara memecahkan kesunyian. Aku juga baru sadar dari lamunanku. Aku Cuma diam, aku bingung mau bicara apa. Lama aku tak mampu berkata-kata. Dan Cuma mendengarkan penjelasan Adi yang panjang lebar tapi sumpah tak satupun aku ingat saat ini dia bicara apa saja. Yang aku ingat dia menjelaskan bahwa perbuatan mereka adalah suka sama suka dan apalagi aku gak ingat. Cuma aku jadi membayangkan lagi peristiwa tadi malam, dan apa yg terjadi sampai Ainan akhirnya mau disetubuhi Adi.

“Saya mohon ya bu ya?” ujar Adi
“kalau Adi keluar, gak bisa ketemu Ainan lagi kan?” jawabku.
“Bukan itu intinya, ya tetap saja bisalah saya ketemu Ainan. Kalau saya keluar saya bisa janjian ketemu dia di luar rumah saat dia kursus. Seperti yang saya bilang tadi bu, saya senang kerja dengan ibu. Ibu baik dan cantik” Plasss kata2 terakhir Adi membuatku kaget. Lagi2 aku melihat penisnya, walaupun tak setegak tadi tapi gundukan itu masih menumpuk.

“Bu……” Adi memanggilku sambil secara mengejutkan tangan kirinya mendarat di pahaku. Aku yang menggunakan rok jeans pendek itu otomatis kaget saat tangan Adi menyentuh kulit dengkulku. Berani sekali orang ini pikirku. “Bu………” Adi memanggilku lagi mungkin karena aku diam saja, “Saya mohon ya Bu” tangan itu kali ini menggoyangkan dengkulku. Darahku berdesir merasakannya. Aduuuh kenapa aku ini. Lagi2 aku Cuma diam. “Ibu cantik dan baik, dan blab la” aku lupa dia bilang apa.

Entah apa saja lagi yg Adi katakan, tapi dalam pikiranku kenapa dia sama sekali tidak mengatakan tidak akan mengulangi itu lagi dg Ainan. Dan berkali2 sambil mengusap2 dengkulku dia mengatakan aku baik dan cantik. Tanpa aku sadar tangan kananku memegang tangan kirinya yang ada di dengkulku dan bukan menepisnya. Otomatis Adi seperti diberi angin menggenggam tanganku, dan aduuuuh aku diam saja. "Ibu silakan bilang, saya mau saja melakukan apa saja untuk ibu" kata Adi. Aku masih saja diam, aduuuuh aku memang seperti orang bego waktu itu. Aku baru sadar waktu tangan Adi membimbing tanganku ke arah penisnya. Aku sempat bingung, dan baru beberapa saat kemudian aku mengangkat tanganku dari situ. Adi diam saja, tapi tangannya kembali meraih tanganku kembali di taroh di atas penisnya yg ternyata kali ini sudah di luar. Entah kapan dia sempat membuka retsletingnya. Walaupun tanganku tidak menggenggamnya tapi tidak kutarik juga.

Tangan kiri Adi malah kembali ke pahaku. Kali ini malah makin berani mengusap2nya. Mungkin dipikirnya aku diam saja dan toh jika aku akan memecatnya sekalian saja hal ini dilakukannya. Sedikit2 rokku disingkapnya dan sedikit2 posisi pahaku makin terbuka, dan sedikit2 aku merasakan penis ini makin tegang. Tangan Adi makin ke dalam, walau dari luar celana dalamku dia berhasil memainkan bibir vaginaku. Aku diaaaaaam saja. Malah sedikit melenguh saat jari2 itu bermain2 di selangkanganku. Tiba2 salah satu jarinya menekan kuat seolah2 hendak masuk ke liang vaginaku. Aku jadi sedikit mengangkat pinggulku dan disaat yg sama dengan cekatan Adi menarik celdamku, sehingga kini dari sela2 celdamku dia leluasa memasukkan jarinya ke dalam vaginaku.
Aku memegang lengannya seolah2 hendak mencoba menarik keluar tangannya. Tapi aksi basa basi itu sama sekali tidak direspon. Jari2 terampil itu kini bermain lebih cepat sampai aku tanpa sadar membaringkan kepalaku di bahunya.
Adi menggunakan kesempatan posisi miringku ini dengan menarik celana dalamku hingga kebawah. Kini jari2 itu makin leluasa memporak porandakan vaginaku.
Posisiku makin miring, kepalaku makin merebah di pundaknya. Aku diam saja, sambil berusaha sekuat tenaga menahan untuk tidak bersuara. Walaupun begitu mulutku sulit rasanya untuk mingkem, apalagi saat ini 2 jarinya yang ada divaginaku. Aku menggigit bibir bawahku. Adi mengangkat tangan kirinya, merangkulku dari arah punggungku. Dengan meremas payudara kiriku dia mendorongku hingga merebahkan kepalaku di pangkuannya. “Angkat kaki kirinya” seru Adi, bagai sapi yang dicocok hidungnya aku menuruti perintah itu, yang pastinya membuat kaki kiriku terlepas dari celdamku. Kaki kiriku yang masih bersepatu itu naik ke atas tempat duduk mengkangkah lah jadinya aku. Tiga jarinya kini bisa dimasukkan dalam vaginaku sambil mengocok2. Tanganku menggenggam lengannya, wajahku berhadapan langsung dengan penisnya. “Sepong dong” pintanya. “gak pernah mas” sahutku, dan baru kali ini aku memanggilnya mas mungkin karena aku benar2 sudah dalam kekuasaan Adi. Aku hanya menggenggam penisnya, itupun hanya untuk menahan agar tidak mengenai hidungku. Tapi penis ini keras sekali sekarang. “Enak kok, coba aja” perintahnya lagi. “Nggak………” jawabku lirih. Tangan kanannya tiba2 melepas setir, kemudian dia melintir2kan sedikit kepala hulu ledak itu. “Nih coba rasain…” sambil mengusapkan tangan kanannya yang agak basah oleh cairan bening ke mulutku. Aroma sedikit pesing terlintas dihidungku. Tapi aku tetap tidak melayani permintaan itu, aku memang belum pernah melakukannya. Dan sama sekali tidak ingin melakukannya. Kalau menonton BF selalu saja adegan ini aku lewati karena jijik. Adi tidak memperdulikan reaksiku, dia makin intens mengocok vaginaku yang makin basah dan rasa aneh tiba2 menyergapku hingga membuatku menggigit bibir bawahku. Mau tak mau cairan yg tadi dioleskan dibibirku itu terasa olehku. Rasa asin. Tiba2 sentakan tangan Adi menyeruak makin dalam, membuat badanku terangkat makin mendekati Adi. Penis itu sekarang ada di bawah leherku. Mulutku makin sulit mingkem dan suara mendesisku tak mampu lagi aku tahan. Sampai akhirnya seperti tersengat arus listrik aku kelojotan oleh kocokan Adi. Mulutku melongo dan mataku merem melek, nafasku tersengal2. Tanganku mencakar lengan Adi hingga akhirnya aku memekik kecil dan dilanjutkan lolongan panjang memanggil namanya. Kepalaku terangkat saat aku meregang, mataku terbelalak dan bibirku kugigit2 sendiri dengan tak sadar. Setelah itu akupun ambruk di pangkuannya. Tangannya masih berada di vaginaku, terjepit oleh pahaku. Saat semuanya bisa ku kendalikan lagi baru tangan Adi bisa terlepas dan diapun membersihkannya dengan tissue. Adi membelai2 rambutku, kemudian perlahan2 dia membuka bajuku dan merogoh payudaraku. Aku tau dia masih horny. Penisnya yang ada di depanku yang sempat lemas, perlahan2 mengeras. Saat aku mencoba hendak bangkit dari pangkuannya karena punggung ini sakit, Adi memegang kepalaku dan sedikit mendorongnya sehingga wajahku berhadapan dengan penisnya. Aku mencoba dengan sedikit menjilat kepalanya kemudian entah kenapa akupun pasrah saja memblow jobnya. Pertama memang ada rasa jijik, tapi lama kelamaan hilang entah kenapa. Akupun membantinya membuka sabuk celana dan posisiku juga tengkurap sehingga bisa melakukannya dengan baik. Tapi cukup lama juga rudal itu bertahan hingga aku sedikit terganggu dengan bau ludahku sendiri. Adi memintaku melepas kuluman pada penisnya, sepertinya dia mengerti kondisiku, karena penisnya dia siram dengan pulpy orange. Setelah selesai disiram, kembali aku melakukannya itu lagi, secara naluriah akupun bisa melakukannya dengan baik hingga akhirnya pun penis itu meledak dimulutku. Karena sedikit tersedak sebagian spermanya menyemprot hidung, wajah, dan kaca mataku. Saat aku kembali duduk aku baru sadar ternyata kami sudah berada di area parkir Carrefour Cempaka Putih sejak tadi. Adi membersihkan penisnya kali ini dengan celana dalamku, karena tissuenya habis kupakai membersihkan wajahku. Aku memperhatikan bagaimana Adi membersihkan penisnya, sesuatu yang sejak tadi malam membuatku terhipnotis sampe aku seperti ini sekarang. 
 Aku keluar dari mobilku dan langsung menuju toilet. Kubersihkan wajahku dan badanku, sekalian kurapihakn bajuku yang sudah pasti kusut. Aku tak membawa make up, karena tadi aku berangkat buru2. Setelah selesai dari toilet akupun masuk ke supermarket untuk berbelanja. Beberapa kali aku hanya membawa keranjang belanjaanku dan berputar2 saja. Waktu melewati tempat baju, akupun membeli celana dalam. Yah, aku memang tidak memakai celana dalam karena dipakai Adi untuk membersihkan penisnya tadi. Setelah membeli celana dalam baru aku ingat aku harus beli tissue untuk di mobil, dan setelah itu aku mulai ingat apa saja yang harus aku beli untuk keperluan barang rumah tangga. Ketika aku hendak membeli susu dan gula aku bertemu Adi yang sedang membeli kopi.
“Tadi aku telpon kok ga diangkat?” tanya Adi
“ aa.. aku ga bawa HP lupa mas” sahut ku. Adi menghampiriku dan membantu mendorong keranjang belanjaan. “Mas mau beli apa?” tanyaku mencoba mencairkan kondisi yang masih kikuk. Aku masih sama bingungnya seperti tadi pagi. Padahal laki2 ini sudah sangat jauh menyentuh tubuhku. “Gak usahlah. Aku gak perlu apa2 bu” kata Adi. Aku menatapnya bingung karena dia masih memanggilku ibu dengan sopan. “ahh ya sudah, mmm cepat bayar saja kan kita belum makan. Aku lapar sayang” aduhh sekarang aku memanggilnya sayang. Aku ini bagaimana ya?
Adi diam saja aku panggil sayang. "Mari bu silakan, saya yg dorong belanjaannya" ujarnya sopan, dan aku berjalan di depannya. Tapi karena kikuk aku bergeser jalan disampingnya. "Sebentar" ujar Adi sambil berputar ke arah pakaian. "Aku gak pake celdam, kamu juga gak boleh ya" ujarnya sambil menyimpan kembali celdam yg aku beli tadi. Aku hanya mengangguk. Saat mengantri membayar, Adi yg berdiri di belakang sesekali menyodokkan penis di balik celananya ke pantatku. Aduh sudah tegang lagi nih. Setelah membayar semua belanjaan, kami berjalan menuju tempat makan. "Mas, itunya tegak lagi malu dong" ujarku. "Apa itunya?" Tanya Adi. "Penisnya mas" kataku lirih. "Ibu sudah pegang sudah nyepong segala macem masa belum tau!" Kata Adi. Aku agak bingung apa maksudnya Adi. "Sinih duduk dulu" perintah Adi. Kami memilih meja yang agak jauh dan mojok. "Ayo pegang yang ibu sebut penis itu", walau agak ragu aku pegang juga. Sambil mendekatkan bibirnya ketelingaku dia berbisik "namanya kontol ya?" Aku mengangguk. "Coba siapa namanya bu?", "kontol mas" jawabku.
Aku memesankan makanan untuknya dan akupun seperti tadi duduk di sebelahnya saat makan. "Coba tolong cocolin timun ini ke vaginamu bu!". Aku kaget mendengar perintahnya. Aku diam dan ragu2. "Ayoooh!" Pelan2 aku ambil potongan timun itu dan aku masukkan ke selangkanganku. Geli dan dingin rasanya. Kuberikan padanya dan langsung dimakan separuhnya. Dan diberikannya lagi padaku "olesin lagi, yg agak dalem masukinnya kalau nggak bisa aku yang masukin nih!" Aku menurutinya lagi2 seperti terhipnotis. Adi mengambil daftar menu, digunakannya untuk menutupi celananya sambil membuka retsleting. Penisnya langsung menonjol keluar. Diambilnya potongan timun dan dioles2kannya ke penis itu. "Nih cobain pasti enak". Aku memakannya sambil tidak memikirkan bagaimana rasanya dilidahku karena memang tidak terlalu berpengaruh. Tapi sensasi perlakuan itu cukup membuat aku horny.
"Ayo cepet makannya, kontolku udah konak nih" ujar Adi seenaknya. "Mas, aku gak mau sejauh itu. Cukup kaya tadi aja ya please. Aku gak mau yang gimana2" pintaku sedikit memelas. "Ya udah gak apa2 terserah ibu, saya kan cuma sekedar memuaskan ibu saja. Tapi jangan dimobil, kita ke hotel ya?" lagi2 seenaknya saja Adi ngomong. Memuaskan apanya pikirku, yg ada dianya yg keenakan aku blow job.
Singkat cerita Adi membawaku ke hotel cempaka putih. Setelah memesan kamar, kamipun menuju kamar di lantai 3. Di lift lagi2 Adi menyodokkan penisnya yg agak gondal gandul di balik celana.
Baru saja aku menutup pintu Adi sudah memburuku dengan ciuman bertubi2. Ciuman kami yang bernafsu itu di barengi dengan aksi Adi melucuti pakaianku sambil tetap berdiri. Adi menatapku saat semua bajuku terbuka dan tinggal braku saja. Ditarinya aku menuju cermin di depan tempat tidur. "Coba liat, betapa cantiknya kamu. Gua bilang sih lo pantesnya ga pake baju. Ya kan? Liat nih cantik banget" adi membuka bra ku. "Ha ha, biar ga besar gua tetep seneng sama toket lo Liz" ujar Adi sambil meremas2 payudaraku dari belakang. Aku melihatnya dari kaca bagaimana tubuhku polos bugil dan Adi meraba2 sambil menciumi pundakku. Aku benar2 terbakar birahi. "Buka bajuku sayang!" Dan akupun membukanya. Pada saat aku membuka celananya sambil berjongkok langsung saja aku sepong penisnya yang sudah tegak. Sekarang aku benar melihat dengan jelas penis itu. Adi mendesis2 keenakkan. sesaat kemudian Adi memintaku berdiri, kini dia yg menciumi payudaraku yg memang seperti dia bilang tak terlalu besar. Cuma 32 B. Aku memang bukan cewek seksi, cantikpun biasa saja menurutku, cuma pantatku agak bohay kata suamiku. Aku lagi2 melihat apa yg terjadi di kaca, saat melihat Adi menciumi toketku aku benar2 melayang apalagi tanpa diduga2 Adi berjongkok dan menaikkan satu kakiku ke pinggir tempat tidur sehingga diapun leluasa menjilati vaginaku. Suatu hal yang belum pernah kualami. Aku seperti kesemutan disekujur tubuhku beberapa kali aku dibuatnya sedikit merunduk menahan kegelian. Tak sungkan2 aku mendesis2 apalagi saat jari tengah Adi masuk dan lidahnya memainkan bibir kemaluanku aku menjerit! "Masss!!" Aku pegang kepalanya sambil menjambak rambutnya auuuuuuuh aku gak kuat.
Adi berdiri, kami berciuman. Aku merasakan bagaimana mulutnya yg bau kemaluanku sendiri. Direbahkannya aku di tempat tidur dan diciuminya aku bertubi2 dan aku menyambutnya juga dengan tak kalah liarnya. Remasan tangannya di puting susuku membuatku makin menjadi2 apalagi saat Adi memblowjobku. Aduh aku benar2 melayang badanku gemetar. Entah apa yg terjadi dibawah aku dibuatnya berteriak2.
Adi menghentikan aksinya tiba2, aku agak bingung namun ketika dia beringsut ke atas aku tau dia memintaku menyepong penisnya yang sedikit lemas. Sambil memegang pantatnya aku menyepong penis Adi. Adipun memaju mundurkan penisnya yg langsung mengeras lagi.
Adi mencabutnya dan kembali beringsut ke bawah. Adi mencium bibirku lagi dan tanpa sadar penis itu sudah tegak persis di bibir vaginaku.
"Mas, jang...." Blesssssss penis itu masuk! Aku berteriak sambil mencakar punggung Adi. "Uhhhhhhh Mas aku..." Ucapanku tak selesai karena Adi sudah menggenjotku. Tiba2 dia menghentakkan penisnya aku pun berteriak "masssssss!! Uffff" kepalaku serasa berkunang2. Berkali2 dia melakukan itu. "Coba bilang apa ini?" Tanya Adi sambil menjambak rambutku dan menciumi leherku. "Kontol mas Adi massss" sahutku. Berkali2 dia menghentakkannya lagi. Rasanya kontol itu seperti membentur rahimku. Akupun melolong2.
Tiba2 Adi mencabutnya. Dia merebahkan dirinya disampingku. Diangkatnya tubuhku sehingga berada di atasnya. Tanganku di arahkan ke kontolnya. "Ayo kamu masukin" aku meraihnya dan seperti perintahnya aku memasukkan penis itu ke vaginaku. Tanganku bergetar hebat saat melakukannya. Tapi begitu masuk, aku pejamkan mataku merasakan nikmatnya penis keras itu. Aku masih malu bergoyang, tapi tangan Adi memukul2 pantatku dan menggoyang2kan pinggulku. Aku memejamkan mataku tak berani menatap wajah Adi. Dengkulku bergetar hebat dan tak lama aku orgasme dan ambruk dipangkuannya. Aku malu sekali, tapi aku tidak bisa berbohong bahwa aku menikmatinya. Aku mengigit lehernya sampai gelombang orgasme itu mereda.
Adi bangkit, dan memposisikan aku untuk di doggy. "Mas tunggu..." Aku memang belum siap, tapi kontol itu sudah masuk blesss. Lagi2 aku berteriak2. Karena agak menyamping aku bisa melihat Adi dari kaca yg tadi. Tiba2 aku merasa ujung penis itu menyentuh sesuatu di vaginaku itukah g spot? Aku tak tau tapi bener2 membuatku terbeliak dan menjerit2 tak karuan. Lagi2 aku orgasme. Tapi Adi masih saja menggenjotku. Aku berteriak2 tak karuan memohon ampun. Dalam posisi ini aku tidak bisa apa2.
Untung saja tak lama kemudian Adi menghentikannya.
"Sebentar mas, aku gak kuat. Aku sepong saja penisnya" ujarku.
"Heh, coba sebut yang benar!" Hardik Adi sambil menjambak rambutku " Siniin kontolnya mas"ujarku meralat. Aku sudah tidak sungkan2 lagi. Lllep kontol itu masuk kemulutku. Rasanya gak karuan.
Adi mencabut kontolnya "aku gak mau keluar di mulutmu Liz". Dia menarik kakiku dikalungkannya di pundaknya dan bless masuk lagi kontol itu di vaginaku. Sambil menggenjot Adi menjilat2 wajahku. Berkali2 pinggulku ketarik ke atas setiap Adi menggenjot. Apalagi pada saat Adi melepas kaki kiriku dari pundaknya g spotku kena lagi. Akupun kelojotan. Orgasmeku tak tertahankan lagi. "Masih nyesel aku entot?" " Nggak" jawabku lirih dan tersengal2. "Masih mau mecat aku?" "Ngggak mas, gak akan!" " Masih marah aku ngentotin Ainan?" Tanya Adi, "nggggggggaaaak! " Aku berteriak tak tahan karena lagi2 Adi menggempur g spotku. "Ini buat kamu sayang" adi begerak cepat sekali sambil menciumi leher dan ketiakku dia pun akhirnya menuntaskan hajatnya. Crot crott crottt sperma itu keluar di rahimku.
Setelah itu hening, aku cuma bisa mendengar nafas Adi yg terengah2.
"Liza, kamu enak banget. Aku mau ngentotin elo sampe malem, kalau perlu kita terusin di rumah. Lo mau kan Liz" tanya Adi. Aku mengangguk pasrah. Dan memang itu yg terjadi. Setelah kelelahan sebentar dan tertidur kami mandi bersama. ML di kamar mandi kemudian di tempat tidur lagi. Jam enam sore saat kami pulang entah sudah berapa kali kami melakukannya. Ada mungkin 3 atau 4 kali spermanya membanjiri vaginaku.
Sesampai di rumah aku masih bingung harus bagaimana. Saat aku menyendiri di kamar dan menerima telepon dari Husni suamiku aku cuma berbohong saja.
Waktu aku turun ke bawah, aku melihat Adi dan Ainan sedang bercakap2 dg santainya. Gila sudah gila mungkin ya? Aku binguung sebingungnya saat makan besama mereka.
Waktu menonton tv bersama mereka juga aku banyak diam. Sampai aku tertidur.
Tengah malam aku terbangun, sayup2 aku mendengar suara Adi dan Ainan dari kamar Ainan. Ahhhhh pastinya mereka tengah bersenggama pikirku. Aku hanya terdiam memikirkan kejadian gila ini. Aku sedikit menitikkan air mata.
Entah berapa lama aku disitu yg aku tau Adi kemudian sudah di sampingku dalam keadaan bugil. Diajaknya aku ke kamar tamu yg tak jauh dr situ tempatnya. Akupun menuruti semua nafsunya sekali lagi di ruangan itu. Begitulah awal kisah penyelewenganku dg supir pribadiku. Aku dan Ainan berbagi ranjang, walau hingga kinipun aku tak pernah berani membicarakan ini dg Ainan.

Dengan Montir

Setelah semua cerita hidupku dengan Si Mbah berakhir. Aku benar2 kembali menjadi Mila yang dulu. Walaupun kadang2 terngiang kata2ku sendiri bahwa aku adalah wanita murahan yang kegatelan dibalik semua baju muslim dan jilbabku ini. Aku juga sering kangen dengan perlakuan si Mbah walaupun tidak dengan orangnya. Semua keinginan2 liar ku selalu bisa aku redam, walaupun kadang2 kalau ngobrol dengan Regy ingin rasanya mengikuti keliaran Regy yang sekarang sering ML dengan beberapa orang selain suaminya. Lis yang selalu rajin mengingatkan agar itu tidak terulang lagi.
Suatu hari, dalam perjalanan pulang dari Carefour, tiba2 di daerah tendean mobilku kepanasan dan mengeluarkan asap dari balik kap mobil. Di dekat situ ada sebuah pompa bensin dan aku sempat meminta tolong, namun para pekerja situ menyarankan aku untuk segera ke bengkel yang letaknya tak jauh dari situ. Sesampainya aku di bengkel, Nampak ada dua orang montir sedang duduk2 dan meminum segelas jamu. Ketika aku jelaskan permasalahanku mereka dengan sigap mengikutiku ke mobil. Mobilku yang tidak bisa dihidupkan lagi akhirnya didorong masuk ke bengkel kecil tempat mereka yang Cuma muat untuk satu mobil saja. Aku menelepon suamiku, setelah menjelaskan keadaan mobil suamiku meminta agar dia berbicara dengan montir. Aku memberikan hpku ke salah satu montir dan merekapun berbicara yang aku gak tau jelas apa saja yang dibicarakan. Saat itu aku sedang memperhatikan montir lainnya yang ternyata sedang berbicara dengan penjual jamu gendong. Dari pembiacaraan mereka aku tau kalau si Montir yg bernama Rudi itu sekali2 melecehkan si mbok jamu yang masih muda dengan guyonan joroknya. Inti pembicaraan Rudi adalah meminta jamu kuat lelaki tapi sekaligus obyek pelampiasan dari efek setelah meeminum jamu itu. Aku kasihan juga dengan si Mbok jamu itu menanggapi guyonan Rudi. Mbok jamu itu memberikan segelas jamu yang ternyata bukan kuat lelaki tapi segar lelaki, aku geli mendengarnya. Selesai menelepon Montir satunya menyerahkan HPku kembali.
Dia mengatakan yang penting di cek dulu apa radiatornya bocor, soalnya menurut suamiku dia rajin mengontrol mobil jadi mestinya gak mungkin penyebabnya kurang air. Montir yang bernama Adi ini langsung memerintah Rudi memeriksa radiator. Rudi yang telah selesai meminum jamu, mengatakan pada Adi kalau si Mbok Jamu lagi2 Cuma membawa segar lelaki bukan kuat lelaki. Adi ternyata sama saja ikut2an becanda jorok malah lebih parah dari Rudi. Waktu Adi melihatku memperhatikannya dia mencoba tersenyum ramah dan menawarkan jamu. Si Mbok jamu menawarkan jamu dan akupun meminta jamu beras kencur. Adi menimpali pesenanku agar si Mbok jamu jangan salah memberikan jamu segar lelaki. Melihat aku agak diam, Adi meralat omongannya dengan bertanya apa aku mau sari rapet saja. Aku tersenyum saja mendengar guyonannya. Adi memberikan jamu yang sudah dituangkan si Mbok kepadaku.
Saat meminum jamu aku sempat berbasa basi dengan si Mbok jamu dan akhirnya setelah menghabiskan jamu, aku kembalikan gelasnya ke Adi dan memberikannya ke si Mbok. Adi sedikit becanda menyakan apakah milik si Mbok sebesar diameter gelas atau tidak, kalau iya berarti si Mbok harus minum jamu sari rapetnya sendiri, dari pada nanti kalau bertempur dengan dia, Adi tidak usah melakukan gerakan ngebor. Adi mengatakannya sambil memeragakan gerakan yang memang tidak sopan, dan sambil melirikku. Ahhh aku Cuma diam saja. Aku membayar semua jamunya dengan member lebih. Pada saat si Mbok jamu mengangkat bakulnya Adi membantu dan saat selendang jamunya diselempangkan di dadanya Nampak dada si Mbok jamu menonjol besar. Adi dengan kurang ajarnya pura2 tidak sengaja menyentuh dada si Mbok. Mbok berteriak marah yang Cuma disambut Adi dengan tertawa2, si Mbok lebih marah lagi melihat bajunya berwarna hitam di dada bekas tangan Adi yang kotor.
Sialan batinku. Walaupun marah2 si Mbok masih saja tersenyum menanggapi tingkah Adi. Dia pun pamitan. Rudi yang sedang asik memeriksa radiator berteriak “Tun kapan kamu tidur sama aku?” si Mbok jamu hanya menimpali agar Rudi kerja saja membuka mesinnya. Rudi menyauti lagi “kalau ini dibuka muncrat” Adi tertawa2 dan si Mbok jamu mesem2 sambil menyumpahi Rudi edan dan porno. Adi menimpali kalau yang dibetulin Rudi bukan mesin, tapi radiator panas yang memang betul kalau di buka muncrat. Adi dan Rudi makin mengolok2 si Mbok jamu kalau sebetulnya si Mbok jamu sudah ingin ditidurin. Dua laki2 ini memang gila dan sudah tidak peduli lagi kepadaku. “Maaf buy a Cuma becanda” ujar Rudi dari balik kap mobil ku. Aku melirik Adi yang tanpa sengaja aku lihat dia memegang2 burungnya sambil melihat kepadaku dan si Mbok. Kurang ajar memang ini orang batinku. Tadinya aku pikir Adi Cuma tidak sengaja melakukan hal itu. Tapi waktu si Mbok jamu berlalu dan aku membuka pintu belakang mobil hendak mencari botol air minum. Adi yang berlalu di belakangku, dengan sengaja menggeserkan penisnya di pantatku yang sedang merunduk mencari botol di jok belakang. Ahh dia sudah kurang ajar nampaknya. Tapi aku diam saja. Lagi2 pikiran liarku sedikit menggodaku. Tapi aku coba bertahan. Masa dulu sama si Mbah sekarang sama montir yang kotor2 ini batinku. Ketika aku kembali duduk dan meminum air putih dari botol aqua.
Aku melihat Adi sedang memperhatikan aku. Bukannya malu ketahuan mencuri pandang dia malah berkata kalau aku mirip Marissa Haque yang hitam manis. Aku melihat ke bawah sepertinya burung Adi agak berdiri. Gila memang orang ini niat kali ya batinku. Rudi yang tadi memeriksa radiator mamanggilku, di depan kap mobil Rudi menjelaskan bahwa ada yang bocor radiatorku dan harus dibongkar supaya bisa ditambal Cuma ahrus menunggu dingin. Beberapa menit menunggu aku memainkan HP sambil ber SMS ria dengan Regy, dan menceritakan kelakuan dua montir ini. Regy menertawakan aku, dan mengatakan kalau dia diposisiku sudah dia sikat dua orang itu. Aku bilang aku takut risikonya kalau2 dua orang itu suka jajan sembarangan. Lamunanku tersentak saat Adi menerima telepon dan mengatakan pada Rudi bahwa istrinya telpon. Rudi menerima telpon dan ketika dia hendak duduk dengan membelakangi aku sedikit terlihat celana Rudi kedodoran dan terlihat jelas belahan pantatnya. Aku melihatnya terus. Setelah menerima telpon Rudi bilang bahwa istrinya akan membuat masakan dan meminta bantuan istri Adi. Adi hanya bilang agar istri Rudi saja yang telpon istrinya Rudi menuruti Adi yang memang lebih tua dan sepertinya memang pemilik bengkel ini. Nampaknya Adi dari belakang meja kasir malas beranjak.
Waktu Rudi menelepon istrinya lagi2 aku melihat belahan pantat Rudi. Sepertinya Rudi tidak sehitam Adi. Selesai menerima telpon Rudi kembali kea rah mobilku, dan aku beradu pandang lagi dengan Adi. Dan Adi tidak malu2 melihatku. “Duduk sini aja mbak biar gak panas” ujar Adi. Aku bilang justru enak di situ saja karena ada angin.
Tak lama aku ingin pup. Walaupun sudah aku tahan takut tak ada toilet atau takut toiletnya jorok, namun tetap saja aku gak bisa menahannya. Adi menunjukkan toilet di belakang bengkel yang cukup kecil tapi tidak jorok. Adi menghidupkan lampu dan lagi2 saat dia berlalu dengan sengaja dia menggesekkan penis dibalik celana jeans pendeknya ke pantatku. Hmmm kayanya sudah horny Adi ini. Aku bertahan saja dengan perlakuan Adi itu. Waktu aku akan pup karena harus jongkok sementara aku menggunakan baju muslim terusan, maka supaya tidak basah aku terpaksa membuka bajuku dan menggantungnya. Praktis aku hanya menggunakan BH saja. Waktu aku selesai pup dan hendak menggunakan celana dalamku aku baru sadar kalau WC itu ada jendelanya dan ada orang yang melihatku dari ruangan gelap disamping jendela itu. Dari topinya aku tau itu Adi. Aku tau Adi masih menatapku walaupun aku sempat melihat kearah matanya. Aku bingung, tapi aku cepat2 menggunakan baju dan keluar. Aku duduk lagi dikursi luar, Adi baru keluar dari belakang sambil membawa arlojiku yang ternyata tertinggal. Saat menyerahkan arloji Adi menyempatkan meremas tanganku. Lagi2 aku diaam saja mendapat perlakuan Adi yang makin menjadi2.
Rudi ternyata telah selesai membongkar radiatorku, dari kolong mobil dia berjalan keluar dan menuangkan sisa2 air di radiatorku. Rudi meletakkan radiatorku dan dia berjalan masuk kea rah Adi sambil memnita uang untuk membawa radiatorku ke tukang las.
“Kamu kok diam aja Boss, mikirin Atun ya? Makanya cari uang kalau punya 1 juta paling dia mau.” Ujar Rudi seenaknya tanpa memperdulikan aku. Adi menimpalinya dengan berkata, ambil saja Atun. Setelah mendapatkan uang dan dengan ramah permisi kepadaku tak lama Rudipun pergi naik angkot. Kini tinggal aku dan Adi. Adi makin berani menatapku lekat2, dari balik meja kasir sambil mengangkat salah satu kakinya ke kursi. Tangan satunya memegang batang rokok dan satunya entah mungkin masih memegang burungnya. Aduh jangan2 Adi coli batinku. Aku bingung. Aku pun lagi2 memainkan HP ku dan SMS Regy. Benar menurut Regy paling Adi sedang coli. Aku bertanya pada Regy apa yang harus aku lakukan? Apa aku pergi saja? Tapi banyak belanjaan dan ada laptop di mobil aku ragu…. Lama tak dijawab oleh Regy, begitu aku akan pergi Adi menerima telpon. Baru saja aku mau bilang mau keluar sebentar Adi memanggilku mengatakan bahwa telpon itu dari Rudi.
Aku meraih telepon itu dan segera berbicara dengan Rudi. Rudi menjelaskan bahwa bolongnya agak parah mau ganti radiator atau mau tetap di las. Aku gak mengerti dan begitu aku mau menanyakan pada Adi aku kaget, ternyata memang betul Adi sedang coli. Penisnya ternyata sudah diluar celana, jadi selama tadi duduk ternyata Adi sambil mengusap2 penis hitam dan panjangnya itu. Aku ngeri melihatnya sedikit terbata2 aku bingung menjawab Adi bangkit dia berjalan kebelakangku sambil memeluk aku yang sedang menerima telpon dari Rudi Adi bilang agar beli radiator saja. Rudi masih menyakan beberapa hal ke aku lewat telpon tapi aku sudah tidak tau mau bagamana. Tangan Adi sudah meremas2 susuku dan aku merasa burungnya sudah menempel keras di pantatku.
“Bilang Beli saja di langganan di daerah mayestik” ujar Adi. Aku mengatakan hal itu kepada Rudi. Telepon segera kututup aku ingin segera pergi. Tapi ketika aku berbalik Adi justru menciumi aku sambil mendorngku jalan mundur masuk ke belakang. Begitu masuk melewati tiarai kain Adi membiarkan celana pendeknya terlepas dan salah satu tangannya memegang kepalaku agar dia bisa menciumku. Aku mengelak terus tapi aku menuruti saja waktu arah jalan mundur ini masuk ke kamarnya yang gelap. Tangannya membuka resleting panjang dipunggung bajuku yang pastinya dia tau bagai mana membuka baju ini saat mengintip aku di toilet tadi.
Setelah retsleting terbuka tangan itu membuka tali BHku dan mulutnya masih saja mencoba mencium mulutku sedangkan penisnya yang tegak itu seperti pistol yang menusuk2 menodongku agar terus mundur hingga aku tak bisa mundur lagi karena ada tembok dibelakangku. Aku Cuma bisa meminta dengan lirih untuk menyudahinya tapi dia malah dengan leluasa melepaskan bajuku hingga aku hanya menggunakan celana dalam saja. Adi menghidukpan lampu kamar dan menikmati tubuhku yang telanjang. Sementara baju Bh, dan HPku sudah di buangnya di dekat kasur tanpa dipan yang ada di lantai. Karena tak bisa menciumku Adi merunduk dan mengulum putting susuku dengan buas dan salah satu tangannya mulai meremas2 selangkanganku dari balik celana dalamku. Aku tentu saja tak bisa lagi bertahan. Merasakan aku tak lagi melawan Adi membuka celana dalamku dan menciumi vaginaku. Adi menciumi vaginaku sambil memainkannya dengan jari2 tangan kanannya. Aku yang sambil berdiri bersandar di dinding mencoba menahan kepala Adi namun ketika dua jarinya menusuk dalam ke area sensitifku aku hanya melongo dan mengelepar ketika jari2 itu mengocok2 bagian itu. Serrrr aku merasakan dalam sekejap banyak cairan mengalir dari vaginaku.
“Enak ya sayang?” “iya mas” jawabku. Di cabutnya tangannya. Aku yang lemas tak mampu berdiri melihat aku agak jongkok. Adi mengarahkan penis hitam legamnya ke mulutku. Aku pun mengulumnya. Sudah lama aku tidak melakukan ini. Karena tadinya hanya si Mbah yang aku sepong, sedangkan suamiku tak pernah. Aku agak terkesima dengan ukuran panjang penis Adi. Kepalanya besar tapi batangnya tidak sebesar kepalanya. Tapi batang itu panjang. Bentuknya aneh, tapi begaimanapun bentuknya akhirnya masuk kemulutku. Adi sempat mendorong masuk penisnya hingga penuh. Aku merasakan kepalanya menyentuh tonjolan amandelku walaupun belum semuanya masuk. Setelah itu ditarik keluar. Adi merebahkan tubuhnya dan memintaku menaikki tubuhnya. Sialan aku benar2 dibuatnya menyerahkan semua kehormatanku kepadanya.
Aku pun membimbing penisnya masuk vaginaku yang sudah kuyup tadi. Kepalanya yang besar akhirnya masuk. Sedikit2 batangnya masuk. Aku merasakan sudah semuanya namun kok pantatku serasa ngawang. Belum semuanya mungkin, dan Adi pun tiba2 menyentaknya dari bawah hingga masuk semua aku kaget dan merasa sedikit ngilu apa lagi bagian G spotku tersentak. Aku pun ambruk dalam pelukannya. Tapi Adi memintaku tegak. Baru saja aku sedikit tegak dan mencoba menyesuaikan vaginaku dengan penis Adi HPku berbunyi. Adi mengambilnya. Di mintanya aku menjawab karena itu dari suamiku. Aku bingung dengan keadaanku, aku akhirnya nekat menjawab telepon itu.
“Bunda gimana mobilnya”
“mm mini sedang di dongkrak sama montirnya” jawabku. Adi tersenyum mendengar jawabanku. Tiba2 dia menyentakkan penisnya dari bawah.
“ehh didongkrak mas” Adi menyentakkan lagi.
Aku yang gelagapan menjawab lagi “ehhhh didongkrak2 mas” aku bingung. Adi memegang dan meremas pantat dan susuku.
“ohh bisa aku bicara dengan montirnya”
“emmmm lagi dikolong montirnya mas, nanti ya Ayah” jawabku. Dan segera menutup HPku. Begitu selesai Adi tertawa sambil memegang pantatku. Aku pun bergerak2. Pertama2 yang aku rasakan kepala kontol Adi sama sekali tak bisa bergerak seperti terjepit. Akhirnya Adi membalikkan tubuhku. Di tariknya keluar penisnya. Diarahkan ke wajahku sambil ditepuk2kan di hidung mulut dan terus ke bawah hingga tepat di mulut vaginaku. Di bukanya pahaku dan didorongnya penisku hingga masuk kedalam dan dia pun mulai menggenjotku. Dia pun mulai menikmatinya. Aku benar2 pening dengan apa yang aku rasakan di vaginaku, Adi makin beringas menciumi aku, dimintanya aku membuka jilbabku dan setelah terbuka Adi menciumi leherku sampe habis penuh dengan cupang. Tak lama kemudian dia memintaku berbalik. Dengan doggy style aku benar2 dibuatnya mabuk kepayang. Aku berteriak2 setaip kali Adi menusuk2 dengan kuat penisnya yang seperti tombak. Cairan yang keluar dari vaginaku benar2 banyak akibat ulah Adi ini. Aku dibuatnya kesetanan dengan tusukan Adi. Hingga suatu saat Adi menjambak rambutku dan mencengkeram erat susuku dan akhirnya meledaklah penis itu di vaginaku.
Adi membalikkan badanku dan kembali menancapkan penisnya sambil menciumi aku. Setelah berbaring lama. Adi bangkit dan berpakaian. Aku pun mengikutinya. Tak lama ketika aku sedang berpakaian aku mendengar Rudi datang. Adi langsung menyuruh Rudi memasang radiatornya.
Ketika aku keluar aku melihat Adi juga membantu memasang radiatorku. “Ehh sudah pake baju sayang” Ujar Adi. Sambil tangannya meremas dadaku. Aku diam saja. “Duduk situ dong” lagi2 tangan jahil itu menepak pantat sambil sedikit meremasnya. Alhasil baju muslim kaos berwarna coklat ini kotor dengan bekas tangan Adi di dada dan pantatku.
“Oooh jadi gitu. Aku disuruh pergi jauh2 kalian ngentot ternyata”, ujar Rudi dari bawah. “Ehhh gak boleh kurang ajar sama pacarku ya? Kita baru jadian makanya si Atun cepet kamu sergap kalau nggak keduluan aku nanti. Mulai besok Rud, kamu harus hormat sama mbak ini dia pacarku. Oh ya kamu namanya siapa sayang?”
Aku baru sadar kalau Adi belum tau namaku. Rudi tertawa terbahak2 dari bawah. “Mila mas” jawabku lesu. Adi menghampiriku sambil sekali lagi memegang susuku dan menciumi aku. “Rud 34 B! Top marktop bro”. ujar Adi sambil kembali menciumi aku, aku benar2 pasrah dan menciuminya juga. “Halaah Atun itu 36 C, pasti dia masih lebih gede” ujar Rudi dari bawah. “Liat aja besok, aku kemaren2 gak enak sama boss, aku takut boss suka duluan, padahal Atun itu kalau aku yang pegang gak marah2 kaya sama Adi”. Aku diam saja, tiba2 SMS masuk, dari Regy dia menanyakan bagaimana aku akhirnya. Aku menjawab saja kalau aku udah kena sama Adi. Aku bercerita kalau penisnya minta ampun panjang banget”. Regy pun langsung menelepon, aku tidak bisa menjawab semua pertanyaannya. Tapi Adi bangkit dan berlalu menhgampiri Rudi, baru aku bisa menjawab walaupun sambil berbisik2. Selesai menutup HP, Adi dan Rudi pun selesai memasang radiatorku. Tapi ketika hendak membayar, aku kaget karena biaya pembelian radiator cukup mahal. Uangku tidak cukup dan harus ambil uang ke ATM. Adi pun menyarankan untuk mengantarku ke ATM. Adi meminta kunci mobil dan memengeluarkan mobil. Di suruhnya aku duduk disampingnya yang lagi nyetir. “Kita puter2 dulu sayang ATMmu apa”. “Mandiri jawabku” Ada yang deket sih tapi kita ke Komdak saja disitu ada yang drive thru” Ujarnya. Mobilpun berjalan. Belum jalan jauh Adi sudah membuka celananya lagi. “Aku orang miskin, belum pernah aku pacaran naik mobil bagus dingin sambil disepong pacarnya. Paling naik motor”. “Kamu sering jajan kan? Aku gak mau” jawabku. “Nggak, aku gak pernah jajan. Sama sekali nggak. Tapi memang pacarku bobol semua. Ha ha ha. Jadi ngapain aku jajan.” Adi tertawa ngakak “Beneran gak pernah sayang” aku pun pasrah dan mulai menyepong pacar baruku ini. Seperjalanan hingga ambil ATM aku hanya diberi kesempatan mengambil kartu ATM dan menyebut PINnya. Setelah itu aku mengulumnya lagi. Suatu ketika waktu Adi hendak membayar tol dalam kota, dan membayar tol. Adi berbincang2 dengan penjaga tol “Mbak jangan ngiri ya, kita lagi pacaran” Aduh pasti petugas tol itu melihat jelas aku sedang nyepong Adi. Adi tertawa2 terbahak2. Tak lama kemudian disekitar daerah slipi. Adi pun memuncratkan spermanya. Dan akupun menelannya habis2 semuanya. Rasanya beda dengan si Mbah. Aku mengambil tissue membersihkan mulutku. “kamu enak bener sayang. Kamu harus sering2 datang ya”. “IYa mas” jawabku. Seperjalanan Adi memainkan tangannya di dadaku. “Copot dong BHnya aku mau mainin pentilmu” akupun menuruti perintah Adi. Walaupun BHku sudah aku copot aku masih kembali mengenakan bajuku karena BHku aku copot lewat lengan sementara pengait dibelakangnya Adi yang melepaskannya. Adi memainkan lagi pentil dan buah dadaku. “Toket lu keren juga say, memek lu juga enak. Kontol gue gimana?”. “Panjang bener mas, gak kuat aku” Jawabku. Setelah keluar told an mengarah kembali ke daerah Tendean. Aku makin geli dengan permainan Adi di dadaku. Ahhh mudah2 tidak lagi batinku. Besok juga aku gak akan ke bengkelnya lagi. Adi tiba2 berusaha membuka retsleting bajuku lagi. “Mas jangan, banyak orang. Ini kan di jalan. Kaya tadi di Tol mas gitu aku kan malu” Adi diam saja. Tangannya kini malah pindah berusaha menyingkap rok ku. Aku sudah mencoba melarangnya namun karena takut dia marah, aku biarkan tangannya menyingkap hingga dia bisa meraih selangkanganku. “Udah deh mas. Sini aku sepong lagi ya”, ujarku. Aku melihat tititnya itu sudah tegang lagi walaupun belum keras betul.
Baru sebentar saja penis itu aku kulum, aku merasakan penis itu sudah keras sekali. Aku merasakan kalau mobil ini akan berbelok, ketika aku ingin melihat sampai mana Adi malah menekan keapalaku agar tetap menyepong kontolnya. Aku baru sadar kalau ternyata aku sudah di bengkelnya lagi. Mobilku pun sudah masuk lagi ke posisi yang tadi. Adi memaksaku rebah dan sandaran kursipun dibuatnya rata. Di angkatnya bajuku. Dan dibukanya celdam aku. Akhirnya aku dieksekusi lagi di dalam mobil ku . Mobilku yang masih menyala dengan AC yang dingin itu membuat Adi benar2 kesetanan dan lebih buas dibandingkan tadi. Aku merasakan mobilku bergoyang2 hebat. Kaki kiriku melingkar dipundakny sedangkan satunya melingkar di pinggangnya. Adi memompaku dengan sangat kuat. Aku tak tahan untuk tidak berteriak2. Tapi kadang2 teriakanku tertahan oleh serangan ciumannya yg juga bertubi2. Dengan gempuran itu dan serangan yang buas aku pun kewalahan. “Sama2 sayang, enak bener kamu Mil” akhirnya kami keluar bersama2. Vaginaku terasa panas saat lahar panas itu meledak2 dengan cukup kuat di dalamnya. Adi menjilat2 wajahku “Kamu enak banget sayang, aku goyang lagi ya” Aku pikir Adi hanya akan sedikit menggoyang agar spermanya tuntas keluar. Tapi goyangannya makin lama makin keras, dan kini kedua kakiku disandarkan di bahunya. “shhhh shhhh dari dulu aku pengen ngentotin cewe di mobil goyang seperti sekarang ini. Anjing kamu enak banget Mil” Dia mengocok2 lagi. Aku agak kesakitan sebetulnya, dan kurang bisa menikmatinya namun aku mencoba bertahan. “Aduh kakiku sakit mas.” “Sorry ayo pindah kebelakang saja.” Di belakang walaupun pertamanya agak sulit mencari posisi yang enak akhirnya diantara barang belanjaan tempat aku merebahkan badan, Adi menggenjotku lagi. Karena sudah lemas aku cukup pasif kali ini dan ketika Adi orgasme aku hanya diam saja. Aku benar2 nggak kuat melayani Adi.
Sebelum Adi bangkit, dia mengambilkan bajuku. Setelah Adi bangkit aku yang takut Rudi melihat apa yang terjadi dari luar, ternyata tak melihat Rudi sama sekali. Setelah berpakaian lagi, Adi menciumi aku. Kami berciuman cukup lama, sampe akhirnya aku meminta untuk menyudahinya dan aku pun pamit pulang.